Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Apostate/Scheat]
Untuk pertama kalinya, selama beberapa saat aku merasa senang.
Aku berjalan dengan cepat untuk segera kembali ke negaraku.
Sulit untuk membawa barang bawaan yang besar ini, tapi ini adalah suvenir untuk
Ibu.
Aku tidak bisa menghilangkannya.
Saat berjalan, aku mengingat percakapanku dengan
'Shinigami Merah' yang aku temui secara tidak terduga, dan mulutku mengendur.
Aku tidak pernah berpikir ada orang yang bisa berbicara
denganku secara normal.
Aku ingin tahu apakah itu karena dia sama denganku.
Waktu yang kuhabiskan bersamanya menyenangkan, saat
berbicara dengannya, tubuhku menggigil karena kegembiraan.
Merasa ingin bersenandung atau bahkan bernyanyi, aku
meninggalkan jalan utama dan melangkah ke jalan pegunungan.
Sudah waktunya untuk kontak secara reguler.
Karena aku tidak boleh dilihat oleh siapa pun, aku pun
pergi ke jalan yang tampak biasa dilalui oleh binatang dan kemudian menghilang
di antara pepohonan.
Aku menurunkan karung goni yang selama ini kubawa di
bawah pohon besar.
Brug
Saat aku menurunkannya, benda-benda di dalamnya
mengeluarkan suara tumpul yang menabrak satu sama lain.
Hanya untuk memastikan, aku memeriksa sekeliling, lalu
mengeluarkan kertas dengan formasi sihir yang tergambar di sana dari saku
dadaku.
Aku menyebarkannya di akar pohon dan memasukkan kekuatan
magis ke dalam formasi sihir itu. Formasi sihir itu pun bersinar pucat dan tak
lama kemudian aku bisa mendengar sebuah suara.
"…Kamu terlambat."
Itu adalah suara rendah seorang wanita. Dia adalah Master-ku.
T/N: Master di sini
lebih ke Guild Master alias Ketua Serikat. Bukan master guru atau pun master
tuan/majikan.
Dengan acuh tak acuh, aku menjawabnya seperti biasa,
suara humor yang buruk bahwa aku telah menyelesaikan urusan penting.
Aku tidak bermaksud untuk berbicara lama.
“Aku menyelesaikannya. Sesuai rencana, 5 orang. Sekarang aku
akan kembali.”
Setelah aku menjelaskan secara ringkas urusanku, suara
yang berasal dari formasi sihir itu berubah menjadi suara yang tidak
menyenangkan.
"Kembali? Aku belum memerintahkanmu untuk kembali."
“Kamu mengirim anggota 'Black' kepadaku secara rahasia.
Apa kamu pikir aku tidak akan marah karena hal itu? Aku merasa sakit, jadi aku
akan pulang.”
Saat aku memberitahunya tentang niat sebenarnya, Ketua
Serikatku hanya menjawab, “Aku mengerti.”
“Hmm. Kupikir kamu tidak akan melakukan kontak, tapi
mungkinkah kamu menyingkirkan mereka?”
“Mana mungkin, Master mengetahuinya dengan baik, kan. Aku
tidak membunuh selain dari targetku. Orang lain yang melakukannya. Aku baru
saja bersih-bersih.”
"Hou…"
Keheningan tercipta. Formasi sihir terus bersinar meski
berkedip.
‘Aku ingin tahu apakah adegan ini tidak akan segera
berakhir’, pikirku.
“…Bahkan jika kamu tidak membutuhkan mereka, meski mereka
terlihat begitu, mereka tetap para ahli yang aku kumpulkan di antara para ahli
lainnya. Apa kamu tahu siapa yang melakukannya?”
Suara yang mengandung tawa ini membuat penampilan Cain
muncul di hadapanku.
Untuk pertama kalinya, setelah sekian lama, aku bertemu
seseorang dengan talenta yang sama denganku.
"Shinigami Merah."
"…Apa?"
“Aku bilang, 'Shinigami Merah'. Kurasa mereka menghalangi
jalannya. Itu adalah karya yang luar biasa dan tak terlukiskan. Seketika semuanya
mati… Bukankah lebih baik melatih anggota kita dari awal?”
“Cerita yang bodoh. Shinigami sudah mati karena Kutukan
Sahaja… Tidak mungkin dia ada di sana.”
Seolah-olah dia mengolok-olokku, dia menjawabku dengan
suara kesal.
Apapun itu, kurasa aku akan tetap dianggap mengatakan hal
bohong. Aku tidak begitu peduli.
“Kalau kamu berkata seperti itu, lalu siapa yang
melakukannya? Kami tidak bertarung, tapi dia memiliki talenta yang sama
denganku. Jadi aku harus menganggap kalau itu bukan dia? Dia memiliki mata
berwarna mereka. Kupikir bukti itu sudah cukup untuk membuktikan kalau itu
adalah dia.”
“Shinigami Mata Merah… ya.”
Begitu aku memberi tahunya tentang mata merah yang
merupakan ciri paling khas dari Shinigami Merah, seperti yang diharapkan Master
berhenti meragukanku. Ada banyak pembunuh, di antara mereka dia adalah
satu-satunya orang yang bermata merah. Semua orang tahu itu.
“Kurasa tidak salah lagi, itu pasti dia. Aku juga ingin
tahu tentang kutukan itu, jadi aku bertanya padanya tapi dia menghindarinya.
Dia orang yang menarik. Sudah lama sekali sejak aku benar-benar ingin membunuh
seseorang.”
"Berhenti. Itu tidak akan diizinkan."
Aku mencoba untuk bercanda dengan mengatakan itu, tapi
dengan mudahnya candaanku dijatuhkan.
‘Ya ampun’, aku mengangkat bahuku.
"Aku tahu. Dia adalah favorit Raja. Aku tidak
bermaksud untuk mengangkat tanganku padanya hanya untuk dieksekusi."
Itu adalah hal yang dikenal bahwa Raja kita
menginginkannya.
“Hm… Sepertinya dia akan menjadi suvenir yang bagus.
Bisakah kamu membawanya?”
Aku merasa heran dengan Master yang mengajukan permintaan
tidak masuk akal.
Menangkapnya, dia yang talentanya setara denganku? Itu
adalah hal yang sangat tidak masuk akal untuk dikatakan.
"Mustahil. Dia bilang, dia tidak ingin kembali."
“Ini adalah perintah… Bagaimana kalau aku mengatakan
itu?”
“Tidak adil… Tapi, tidak. Aku harus segera menemui Ibu. Aku
punya suvenir untuknya.”
Aku menatap ke arah karung goni yang aku taruh di atas
semak belukar.
Suvenir untuk Ibu. Kali ini ada banyak. Aku harap dia
menyukainya.
"Egois…"
Aku tersinggung oleh kata-kata Master.
“Hei, aku sudah bilang kalau aku marah. Aku selalu
mengatakannya berkali-kali. Aku ingin bekerja sendiri karena aku menganggap
orang lain adalah sebuah beban.”
“Tapi, kali ini lawan-”
“Diam. Lawan apa. Master, aku mematuhi strategimu, tapi aku
tidak akan diam begitu saja.”
Jika dia tidak mendengarkanku, maka aku tidak akan
bekerja.
Saat aku menyiratkan itu, di seberang sana, sisi yang berlawanan
dari formasi sihir, keadaan di sana tenggelam dalam keheningan.
"…Aku mengerti. Tapi strategi selanjutnya tidak
mungkin dilakukan sendirian. Aku akan mendengarkan permintaanmu, jadi
lakukanlah."
"…Aku tidak peduli selama itu adalah tujuanku."
“Berjanjilah.”
Dalam sekejap aku memberinya jawaban dengan mengangguk.
“Aku mengerti, tidak masalah. Kalau begitu, aku akan
pulang.”
“Tunggu, aku mengizinkanmu untuk pulang, tapi
selesaikanlah satu masalah terlebih dahulu.”
Aku mengerutkan alis pada Master yang masih memiliki
pekerjaan untukku.
Kurasa aku sudah banyak bekerja hari ini.
“Eh? Aku sudah punya cukup suvenir untuk Ibu.”
“Karena Shinigami, hanya kamu yang bisa pergi ke sana
sekarang. Ini mendesak… Ada satu saksi. Bereskan dia sebelum Wilhelm mencurigai
sesuatu.”
Dengan kata-kata itu, seorang lelaki yang sendirian, yang
menggigil di tempat itu muncul di benakku.
Tentu saja, aku mengingatnya. Karena, aku sengaja
memenggal kepala target di hadapannyanya.
Bermandikan darah yang menyembur ke mana-mana, dia
gemetar dengan mata yang terbuka lebar.
Aku mengingat keputusasaan di matanya bahwa dia mungkin akan
menjadi yang berikutnya… Aku pikir itu benar-benar bagus.
“Dia, ya. Baiklah, aku mengerti. Aku akan
menyelesaikannya sebelum hari ini berakhir… Itu sebabnya jangan mengeluh
tentang apa yang aku lakukan setelahnya.”
Saat aku mengkomunikasikan persetujuanku bersama dengan
ancaman, aku mendengar sebuah decakkan lidah sebagai jawabannya.
"Cih, dimengerti. Hei, katakanlah, kamu sengaja
membiarkannya, kan."
“Karena, dia bukanlah targetku.”
Bagiku itu wajar.
Itulah kenapa aku berbalik dan membiarkannya pergi.
Ketika dia mengerti bahwa dia tidak akan dibunuh, dia
sangat lega sampai dia kehilangan kesadaran.
“Kamu… Mengabaikannya.”
"Tentu saja. Tapi tidak apa-apa. Aku memahaminya
dengan baik sekarang."
“…Kamu tidak pernah berubah. Saat sudah tenang, tunjukkan
wajahmu di tempat persembunyian. Itu akan bagus.”
"Dimengerti."
Bersamaan dengan kata-kata itu, formasi sihir yang
tertulis di atas kertas kehilangan cahayanya. Aku pun menyalakan api untuk
membakarnya menjadi abu.
Satu pekerjaan dan aku akan pulang.
“Ini merepotkan.”
Aku memegang rosario yang terbalik, yang selalu aku pakai
sebagai penerangan.
Dengan cahaya yang tersebar aku menyipitkan mata.
“Ibu, maaf. Aku punya satu pekerjaan lagi. Aku akan segera
menyelesaikannya, jadi tunggulah.”
Aku membawa karung goni di bahuku. Isinya
berguling-guling dan membuat suara benturan.
Aku mengubah arah dari beberapa waktu yang lalu, dan
dengan santai mulai berjalan.
Glundung, glundung.
Setiap kali karung goni diguncang, itu akan mengeluarkan
suara benturan.
Aku harap mereka tidak terlalu hancur.
Karung itu memiliki banyak lapisan, jadi darah tidak akan
bocor, tapi aku benci jika mereka menjadi berantakan sebelum aku menunjukkannya
kepada Ibu.
Ah, tapi, lelaki itu memiliki mata biru langit yang
indah.
Tanpa sadar aku mengingat ekspresinya sebelum dia ditelan
oleh keputusasaan.
Kalau aku kembali dengan membawanya, aku bertanya-tanya
apakah Ibu akan senang.
Semakin aku memikirkannya, tampaknya itu adalah ide yang
bagus.
Anehnya, saat aku memikirkan hal itu, pekerjaan tambahan
yang merepotkan ini tiba-tiba terasa menyenangkan.
Glundung, glundung, glundung.
Karung goni itu bergetar naik turun. Di dalamnya, oleh-oleh
untuk Ibu juga berguncang-guncang.
Selain itu, aku bersiul dalam suasana hati yang baik.
Merasa baik, aku menuruni kaki gunung. Aku ingin tahu
apakah lelaki itu masih di sana.
―――Tampaknya kepulanganku menjadi sedikit tertunda.
"Yo-sha…"
Sekali lagi aku menyesuaikan posisi karung goni yang aku bawa, kemudian terdengar seperti sesuatu yang ada di dalamnya berbenturan dan ada suara cipratan―――
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment