Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Lidi]
“Jujur
saja, Lidi. Kamu tidak mengerti apapun.”
“Haa…”
Saat
mendengar Freed menggerutu seperti itu, dia menuntunku ke seorang pria
berstatus tinggi yang tampaknya berusia lebih dari empat puluh tahun, dan
seorang wanita yang tampaknya adalah istrinya.
Saat
dia melihat kami, mata pria itu berbinar bahagia.
“Freed!!
Apakah Putri ini tunanganmu?”
"Lama
tidak bertemu, Paman. Ya, dia tunanganku, Putri Lidiana."
Tanpa
sadar aku terpesona menyaksikan pria yang memanggil Freed dengan senyum yang menawan.
Pria
itu memiliki rambut pirang yang gelap dan memberikan kesan yang lebih tenang
dibanding dengan Freed, tapi senyumnya tampak manis, sama seperti Freed.
Wajahnya menunjukkan bahwa ia sudah memiliki pengalaman hidup yang luar biasa.
"Senang
bertemu denganmu. Putri Lidiana. Saya Garay. Paman Freed. Di sebelah saya
adalah istri saya, Sarah. Saya dengar Freed membawa tunangannya hari ini. Saya
tidak bisa tenang, jadi saya datang ke sini."
Dengan
perkenalan dirinya, aku mencocokkan dirinya dengan potret dalam ingatanku.
Tentu saja aku mengenalnya.
Tuan
Garay. Paman Freed. Adik Raja saat ini.
Saat
ini berada di urutan kedua takhta, setelah Freed. Istrinya berasal dari Keluarga
Marquis.
“Saya
minta maaf atas salam yang terlambat. Saya Lidiana.”
Ini
bukan waktunya untuk terpesona. Aku menegakkan diri dengan panik dan mengenalkan
diriku.
“Saat
aku bilang, aku ingin mengenalkanmu pada seseorang, itu adalah Pamanku. Aku
yakin, kita akan memiliki banyak kesempatan untuk bertemu mulai sekarang. Jadi
aku ingin menambah kenalanmu, Lidi.”
Rupanya
demi aku yang tidak terbiasa dengan Keluarga Kerajaan, Freed mencoba
memperkenalkan bangsawan yang dekat dengannya kepadaku. Aku menghargai
perhatiannya ini.
“Lidi
harus melakukan banyak hal sebagai Putri Mahkota. Kalau ada yang bisa
kulakukan, akan kulakukan sebisaku.”
Melihat
Freed mengelus kepalaku dengan mata menyipit, Tuan Garay membuat wajah yang
sangat tertarik.
Atau
lebih tepatnya, Tuan Garay terlihat sangat menawan.
Aku
merasa pusing hanya dengan melihat daya tariknya yang begitu memikat.
“Hou. Aku sudah mendengar desas-desus tentang
obsesi Freed, tapi tampaknya itu bukanlah sebuah kebohongan. Kalian terlihat
sangat dekat.”
“Aku
tidak tahu apa yang Paman dengar, tapi aku benar-benar terobsesi. Paman tampak
sama seperti biasanya.”
"Haha.
Begitulah."
Dia
langsung setuju dan menarik istrinya ke arah dirinya sendiri. Penampilan mereka
yang luar biasa membuatku teringat sesuatu.
Freed
berkata bahwa Pangeran akan hadir, mungkin yang Freed maksud adalah dia.
Lady
Sarah yang dipeluknya dengan patuh berada di sampingnya. Dia tampak seperti
orang mungil yang patuh.
Karena
Tuan Garay memiliki fisik yang besar, di pelukannya dia (Sarah) terlihat lebih
kecil.
Dia
memakai gaun hijau lumut dengan stole
tipis di atasnya. Dia memiliki fitur pucat yang elegan.
"‘Bunga
Raja’ Freed adalah mawar biru, ya. Tidak salah lagi. Hanya dengan sekali lihat,
itu memang ‘Bunga Raja Sejati’."
Sambil
memeluk Lady Sarah, Tuan Garay mengamati 'Bunga Raja'ku dan berkata begitu.
“'Bunga
Raja Sejati'?”
“Freed…
Kau belum menjelaskannya, ya?”
Mendengar
kalimat ini untuk pertama kalinya, aku membuat wajah bertanya-tanya dan Tuan
Garay bertanya kepada Freed dengan heran.
“Aku
hanya menjelaskan intinya. Tapi yang pasti, aku belum menjelaskan tentang 'Bunga
Raja Sejati'. Itu hanyalah nama, jadi kurasa itu bukanlah pembicaraan penting.”
"Kau
ada benarnya."
Freed
mengatakannya sambil mengangkat bahunya dan Tuan Garay mengangguk.
"‘Bunga
Raja’ Lidi memiliki warna yang indah, bukan? Itu hanya muncul pada garis
keturunan langsung, terlebih hanya pada ‘Bunga Raja’ dari putra sulung."
“Akan
lebih cepat untuk ditunjukkan daripada dijelaskan. Sarah.”
"Iya."
Mengganggu
Freed yang mencoba menjelaskan, Tuan Garay melihat ke arah istrinya.
Lady
Sarah yang sampai saat ini hanya terdiam dan terus berada di samping suaminya, kini
melangkah maju.
"Lady
Lidiana, ini."
Saat
dia melepas stolenya, tentu saja ada
'Bunga Raja' di dadanya, tapi… Bagaimana aku harus mengatakannya, secara
keseluruhan… Warnanya jelek(?) Aku bisa tahu kalau simbol bunganya adalah
anemone, tetapi warnanya hampir tidak cemerlang.
“Anemone, bukan?”
T/N : Nama anemone berasal dari Bahasa Yunani, “windflower”
yang berarti bunga angin. Bunga ini diyakini muncul dari air mata Aphrodite
yang berduka atas kematian Adonis. Dalam Bahasa Bunga (hanakotoba), anemone
berarti bersungguh-sungguh, ketulusan, cinta yang tidak luntur, kebenaran,
menyerah, dan harapan yang pudar.
Saat
aku meminta konfirmasi, Tuan Garay mengangguk.
“Benar,
warnanya ungu. Tapi, itu sangat berbeda dari ‘Bunga Raja’ milik Putri, bukan?
Kejelasan bentuk dan warna 'Bunga Raja' menandakan ketebalan darah. 'Bunga
Raja' Freed sangat indah karena dia adalah keturunan langsung dan putra
sulung.”
"Lidi
baru melihat 'Bunga Raja' Ibunda saja..."
"Aku
mengerti."
Pembicaraan
mereka membuatku teringat pada 'Bunga Raja' Ratu. Tentu saja, 'Bunga Raja'-nya
adalah bunga lili putih (sayuri) yang indah, warnanya yang cemerlang.
"'Bunga
Raja' Lidi dan Ibunda secara khusus disebut 'Bunga Raja Sejati'. Itu berarti
'Bunga Raja' dari garis keturunan langsung yang merupakan putra sulung."
“Apakah
ini hanya masalah penamaan?”
"Tepat
sekali."
Melihat
Freed mengangguk, aku menjadi yakin untuk saat ini, tapi sejujurnya aku tidak
pernah memikirkan perbedaan antara 'Bunga Raja' sampai sekarang. Mungkin
Kakakku dan orang-orang lainnya pun tidak mengetahui soal ini.
‘Bunga
Raja’ adalah cerita yang terkenal, bagi Kerajaan Wilhelm, dengan pengecualian
'Bunga Raja', tato di dada dianggap tidak menghormati Keluarga Kerajaan dan dapat
dihukum sebagai lèse-majesté.
T/N :
lèse-majesté = pelanggaran terhadap martabat penguasa (Keluarga Kerajaan) yang
berkuasa atau bisa juga dianggap sebagai pemberontakan terhadap negara.
Terutama
meniru hasil 'Bunga Raja' akan mendapat hukuman berat, jadi tidak ada rakyat
yang akan mencobanya bahkan sebagai lelucon.
Artinya,
tato di dada pada seorang wanita hampir pasti mengidentifikasi dirinya sebagai
Putri Mahkota.
Tidak
mungkin untuk memastikan keaslian ‘Bunga Raja’ dengan cara mendekati dan
menatap ‘Bunga Raja’ di dada seorang wanita. Jadi ternyata ada cara untuk
membedakan ‘Bunga Raja’ dengan memperhatikan warna dan bentuknya.
Setelah
menyelesaikan penjelasannya, Tuan Garay dan Freed mulai berbicara sekali lagi.
Sepertinya
pembicaraan mereka menjadi begitu hidup karena mereka sudah lama tak bertemu.
Freed juga memiliki ekspresi bahagia, pastinya mereka dekat sebagai paman dan
keponakan.
Aku
dan Lady Sarah mundur selangkah untuk tidak menghalangi pembicaraan mereka, tapi
sesekali mereka mengikutsertakan kami dalam pembicaraan.
Tak
lama suasana di sekitar menjadi berisik, lalu ada seorang pria berjalan ke arah
sini dengan dua wanita cantik di kedua lengannya.
“Andre!?”
Tuan
Garay menjadi orang pertama yang memecahkan keheningan. Dengan mata terbuka
lebar, merasa heran, dia menatap tajam ke pria bernama Andre. Pada saat yang
sama, Lady Sarah menjadi pucat.
“Kenapa…?
Anak itu bisa di sini...”
Lady
Sarah bergumam, dia tampak gemetar. Aku melihat Freed yang ada di sampingku, Freed
juga menatap pria itu dengan tatapan tajam.
"Freed?"
“…”
Bahkan
saat aku memanggilnya, dia tidak menjawab. Mereka bertiga menatap pria itu
tanpa bergerak.
Pria
yang ditemani oleh dua wanita cantik itu dengan percaya diri datang mendekat
dan berdiri di depan Freed.
“Freed,
sudah lama sekali.”
Meski
dia menyapa Freed, tapi matanya tidak tersenyum.
Sebaliknya,
aku merasakan kebencian dari orang ini.
“Andre…
Kenapa kau di sini?”
"Apa?
Apa aneh aku di sini? Aku juga Keluarga Kerajaan. Apa salahnya datang untuk
memberi selamat kepada sepupuku yang luar biasa."
Dia
bilang dia datang ke sini untuk memberi selamat, tapi suaranya tidak terdengar
seperti itu.
Pria
itu berbicara menantang dengan suara penuh kebencian, lalu mengalihkan
pandangannya ke arahku.
Sudut
mulutnya berubah. Meskipun dia memiliki penampilan yang indah, untuk beberapa
alasan aku merasa sangat jijik. Spontan aku berpegangan pada lengan Freed.
Freed
pun mengubah posisinya untuk melindungiku.
“Dia
Putri yang kau ‘rasakan’, ya. Yah, dia cukup ‘datar’, tampak seperti tidak ada
yang bisa dilihat.”
“Andre!
Apa yang kau katakan! Minta maaf pada Putri Lidiana sekarang juga!”
Freed
mengejang mendengar kata-kata yang berlebihan itu dan hendak menanggapi, tapi Tuan
Garay berteriak lebih cepat darinya.
“Kenapa
kau di sini!? Kau tidak diizinkan untuk datang ke sini. Aku sudah
mengatakannya. Jangan pernah ke sini lagi. Kenapa kau melakukan hal yang egois!”
“Ayah,
kau menyebalkan. Bukankah apapun yang kulakukan, aku selalu egois. Aku ini
hanya penasaran seperti apa wanita Freed. Terlebih katanya Freed jatuh cinta
pada pandangan pertama dengannya.”
Mau
tak mau aku menganggap mata pria yang sekilas memandangku ini menjijikkan.
Saat
aku memperkuat cengkeramanku pada Freed, dia menarik bahuku mendekat
seolah-olah membuatku merasa aman.
Merasa
lega aku menghembuskan nafas dan sedikit melemahkan cengkeramannya.
Melihat
sikapku yang tidak biasa –ketakutan, Freed mengarahkan tatapan penuh amarah
pada pria itu.
"Andre,
jangan berpikir bahwa kata-kata kasarmu terhadap tunanganku akan dimaafkan
hanya dengan permintaan maaf."
Pria
itu bahkan tidak gentar mendengar ancaman Freed. Sebaliknya, dengan lengannya yang
masih melingkari dua wanita cantik, dia merengut pada Freed.
“Hmph.
Apa yang harus kutakuti saat ini? Konyol. Dari semua orang kau malah
mendapatkan wanita seperti ini, menyedihkan sekali.
"Aku
tidak akan memaafkanmu karena menghinanya. Benci saja aku dengan egomu itu,
tapi jangan melibatkannya."
Dengan
tegas, pria itu menanggapi kata-kata Freed.
“Benci!?
Salah! Itu salahmu, b*jing*n!!”
“Andre,
cukup!”
Tuan
Garay berdiri di antara Andre dan Freed.
Dia
berbalik ke arah Freed dan sedikit menundukkan kepalanya.
"Maaf,
Freed. Putraku sudah mengatakan hal yang sangat kasar. Sebagai orang tua, aku
juga akan bertanggung jawab atas kesalahan putraku. Aku tidak keberatan dia
dihukum, tapi untuk sekarang bisakah kau serahkan saja hukumannya padaku."
T/N : Di sini, maksudnya
Tuan Garay yang bakal ngehukum Andre, ya. Tuan Garay memohon sama Freed biar
anaknya ga dihukum secara langsung sama Freed.
"Tapi-"
Saat
Tuan Garay mengatakan hal itu dengan sangat serius, aku melihat Lady Sarah yang
juga ikut menundukkan kepalanya dengan diam-diam.
Melihat
itu, aku menarik ujung pakaian Freed.
“Freed…
Aku tidak keberatan.”
Saat
aku menatapnya sambil mengatakan itu, Freed berkedip dan dengan enggan
melepaskan amarahnya.
"…Aku
mengerti. Jika Lidi berkata seperti itu, aku menyerahkannya pada Paman. Tapi
hanya kali ini saja, di lain waktu, aku akan mengurusnya (menghukum) sendiri."
Tuan
Garay mengangguk dengan kuat pada pernyataan Freed.
Lady
Sarah juga menundukkan kepalanya lebih dalam.
"Tentu
saja. Maafkan aku. Aku berhutang budi padamu."
“Kalau
Paman ingin berterima kasih kepada seseorang, lakukan pada Lidi. Karena aku
belum memaafkannya (Andre).”
“Terima
kasih, Putri Lidiana. Saya akan membalas budi suatu hari nanti.”
Saat
pandangan yang dipenuhi dengan tekad beralih ke arahku, perlahan aku menggelengkan
kepala.
“Tidak,
saya tidak keberatan.”
Menundukkan
kepalaku sedikit, bersama dengan Freed aku meninggalkan tempat.
Aku
merasakan tatapan pria itu (Andre) ke arah kami, tatapan yang penuh kebencian.
Takut
pada tatapannya yang seakan bercampur dengan kegilaan. Aku kembali memegangi
lengan Freed.
***
“Hei,
siapa orang itu? Kudengar dia Putra Tuan Garay, tapi-“
Aku
berjalan menyusuri koridor bersama Freed.
Awalnya,
kami berencana untuk meninggalkan pesta seusai menyapa Tuan Garay. Karena
waktunya tepat, kami langsung keluar dari Pesta Perayaan Kemenangan. Sekarang aku
berjalan bersama dengan Freed kembali ke kamarnya.
Pria
tadi sangat menjijikkan.
Pria
itu memiliki karakteristik Keluarga Kerajaan, rambut pirang dan mata biru, penampilannya
terlihat mirip dengan Tuan Garay, tapi tatapannya dipenuhi dengan kebencian dan
lingkaran hitam di sekitar matanya merusak segalanya. Aku yakin kalau aku mengingat
sebagian besar wajah para bangsawan, tapi aku tidak bisa mengingat pria itu.
“Nama
orang itu adalah Andre. Putra sulung Paman... Sebelumnya aku sudah
mengatakannya, kalau seorang pria dari Keluarga Kerajaan tidak bisa mendapatkan
‘Bunga Raja’, maka dia akan diusir. Andre lah orang itu.”
“Jadi…
Begitu…”
Kalau
dipikir-pikir, Tuan Garay memiliki dua putra. Aku ingat salah satu dari mereka
bernama Andre. Tapi katanya dia menjalani perawatan karena sakit dan tidak pernah
terlihat selama bertahun-tahun. Pantas saja aku tidak mengenalinya, karena kesannya
sangat berbeda dari yang kudengar, terlebih penampilannya sangat berbeda dengan
potret lukisan yang pernah kulihat.
“Karena
masalah mengenai 'Bunga Raja' adalah rahasia, jadi secara resmi dikatakan bahwa
dia menjalani perawatan karena sakit. Dibanding pasangan, dia memilih untuk
dilayani oleh wanita dalam mengatasi kekuatan magisnya. Tapi sepertinya itu
tidak berjalan dengan baik…”
Mendengar
kata-kata itu, aku mengingat kembali keadaan Andre. Pastinya, dia memiliki dua
wanita cantik dan seksi tadi untuk melayaninya.
"Aku
tidak ingin berurusan lagi dengannya, rencananya tidak seperti ini... Tapi,
Keluarga Kerajaan yang gagal mendapatkan 'Bunga Raja' akan diasingkan ke daerah
pinggiran dan menjadi tahanan rumah sampai mati, bagaimana caranya dia bisa ke sini…
Kalau dia sampai ketahuan datang ke sini, dia akan diusir, seharusnya dia tahu
itu, tapi… Apa yang dipikirkannya?"
Freed
merenung, lalu dia meminta maaf padaku.
“Lidi,
maaf karena sudah melibatkanmu ke dalam pertengkaran bodoh ini. Itu tidak
menyenangkan, bukan? Lidi tidak perlu peduli dengan apa yang dikatakannya.”
“Aku
baik-baik saja, tapi...”
Aku
memikirkan kata-kata Andre.
Matanya
saat dia berkata "Itu salahmu" ke Freed. Tatapannya seakan mengatakan
penyebab utama kebenciannya. Itu membuatku muak.
Bohong
jika aku bilang aku tidak ingin mendengarnya. Tapi, Freed pasti tidak akan mau
mengatakannya.
Aku
bisa mengerti hanya dengan melihat suasananya.
Jadi
aku tidak akan bertanya, tapi…
"…Kamu
baik-baik saja? Kamu tidak depresi?”
“Eh?”
Aku
memanggil Freed yang berada di sampingku. Sejak bertemu Andre, Freed terlihat
berbeda.
Tampaknya
Freed tidak menyangka aku melontarkan pertanyaan itu. Dengan cemas aku menatapnya,
dia berkedip tanpa henti lalu bergumam dengan suara lembut. “Aku menyerah.”
“...Lidi
menyadarinya, ya. Aku hanya mengingat masa lalu. Maaf. Aku telah membuatmu
khawatir."
Dia
mengatakannya sambil tersenyum dan menatap mataku, tapi senyum Freed ini tidak
seperti biasanya.
Dadaku
sangat sakit. Aku tidak ingin Freed tersenyum dengan terpaksa seperti ini.
Karena
aku tidak tahan melihatnya, aku mengulurkan tanganku dan membelai rambutnya.
“Lidi?”
“…Anak
baik, anak baik.”
“…Aku
bukan anak kecil.”
Tanpa
peduli dengan ucapan Freed, aku terus membelai rambutnya.
Kelembutan
rambutnya terasa nyaman.
“…Jangan
memaksakan diri untuk tersenyum. Menurutku, tangan manusia bisa menyembuhkan dan
membuat orang merasa nyaman.”
Aku
bermaksud mengatakannya dengan serius.
Tidak
yakin apa yang dia pikirkan, tapi Freed segera kembali ke dirinya sendiri.
“…Kalau
begitu, tidak hanya dengan tanganmu, aku ingin Lidi menghiburku dengan seluruh
tubuhmu. Ah, kalau dipikir-pikir, malam ini aku bisa ‘memelukmu’ sampai aku
puas, kan?”
"Hee…"
Tanganku
yang masih membelai rambutnya seketika membeku.
Kemudian
Freed membawa tanganku ke bibirnya lalu menjatuhkan ciuman ke telapak tanganku.
Aku ter*ngs*ng, dan mengeluarkan suara aneh.
“Hya…”
“Lidi,
sejak aku melihat penampilanmu siang tadi, aku sudah menahan diri, kamu tahu? Dan
aku depresi karenanya. Bisakah Lidi menghiburku dengan tubuhmu?”
“…!!”
Ucapan
Freed membuatku tidak bisa mengatakan apapun.
Bagaimana…
Bagaimana dia bisa berpikir seperti itu… Aku tidak mengerti.
Meski
aku mengerti maksudnya dengan jelas, tapi aku hanya bisa memiringkan kepala dan
tidak mengatakan apapun.
…Meski
begitu, dalam sekejap entah bagaimana aku menyadari bahwa kata-kata dan
tindakannya ini hanya untuk menipuku.
Tapi
kuyakin ucapannya yang mengatakan kalau dia ingin dihibur itu bukan kebohongan.
"…Baik."
Tanpa
sadar, aku sudah mengangguk.
Untuk
sesaat muncul keheningan.
Kemudian
aku tersenyum tipis saat mendengar ucapan “Terima kasih.” darinya.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment