Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 66 – Dia dan Malam yang Dijanjikan 1


[POV Lidi]

Ketika aku mengangguk, mengatakan aku akan menghiburnya, senyum menyebar di wajah Freed, seperti dia adalah orang yang berbeda dari beberapa saat yang lalu, dan dengan tidak sabaran dia mempercepat langkahnya.

Meski aku merasa heran, aku tidak akan melarikan diri bahkan jika dia tidak terburu-buru seperti ini, diinginkan bukanlah hal yang buruk.

Meski begitu, sambil berjalan aku terus memikirkan bagaimana caraku untuk menghibur Freed.

Aku ingin dihibur―――

Itulah yang dia katakan. Dan aku sudah mengangguk.

Tentu saja aku harus melakukannya (menghibur Freed).

Menghibur.

…Hmm…

Dengan kata lain, sesuatu yang disukai pria.

Aku memikirkannya dengan serius.

Dan jawaban yang kudapatkan...

…Bl*wj*b? Haruskah aku memberinya bl*wj*b?

Begitu?

Aku tidak terlalu memiliki ‘pengalaman’ dari kehidupanku yang sebelumnya.

Itulah satu-satunya hal yang ada dipikiranku tentang ‘menghibur pria’.

Selain itu, ada ‘melakukannya tanpa pengaman’ dan ‘mengeluarkannya di dalam’, tapi kita sudah melakukannya.

‘Melakukannya dengan dadaku’, itu impian pria...

…Ya, tidak salah lagi itu adalah tantangan. Baiklah, mari pertimbangkan hal itu.

Aku tidak bisa membayangkan memegang ‘miliknya’ di dadaku yang tidak begitu besar.

Pertama-tama, jika aku berbaring, dadaku menjadi rata. Aku ingin tahu apakah pria di dunia ini benar-benar memahami itu. Aku ingin menanyakannya dengan serius.

Kesimpulan yang kudapatkan setelah memikirkan hal-hal bodoh seperti itu, bagaimanapun juga jawabannya adalah bl*wj*b.

Pada dasarnya, aku belum pernah ‘melakukan hal itu’ dengan Freed.

Bukan karena aku tidak menyukainya, tapi aku tidak punya kesempatan.

Sebelumnya ketika dia memakai seragam militer, dan saat kami ‘melakukannya’, kalau aku diperintahkan untuk ‘melakukannya’, kurasa, aku akan melakukannya dengan senang hati. Aku yakin itu.

Kesampingkan masalah ‘keahlian’, yang terpenting adalah semangat.

Kalau aku bisa mencapai tujuanku, menghiburnya, maka tidak ada alasan untuk ragu.

Wanita harus berani!!

Baiklah, saat aku bersemangat, karena aku akan melakukannya untuk pertama kalinya sejak kehidupanku yang sebelumnya. Saat aku melihat ke arah Freed, kami sudah memasuki kamarnya, dan aku mendengar pintu ditutup dengan dibanting.

Karena aku sedang berpikir tentang bagaimana menghibur Freed, sepertinya aku menjadi buta terhadap lingkungan sekitar. Saat aku akan berbicara, Freed mendekat.

“Apa? …Apa kamu akan mengatakan ‘tidak karena ini sudah terlalu malam’?”

"Bukan, aku tidak akan mengatakan itu... Aku hanya terkejut karena tanpa kusadari, kita sudah berada di kamarmu."

Saat aku ​​menjawabnya dengan jujur, Freed tertawa kecil.

“Ah, aku mendapat kesan bahwa Lidi sedang memikirkan sesuatu. Kukira Lidi menyesali kata-kata yang kamu ucapkan beberapa waktu lalu… Tapi… Percuma mengatakannya.”

Freed yang memandangku dengan tatapan tajam, seakan mengatakan kalau dia tidak akan membiarkanku melarikan diri, dengan rela aku pun melingkarkan tanganku di lehernya dan memeluknya tanpa mengatakan apapun.

Aah, baunya enak... Ini aroma Freed.

“Sejak tadi aku terdiam karena… Aku sedang berpikir bagaimana cara untuk menghibur Freed.”

“…Lidi.”

Saat aku mengatakan itu di telinganya, mata Freed terbuka lebar.

Seketika Freed membalas pelukanku dengan kuat.

"Kamu sedang memikirkan tentang itu... Aku senang..."

“Emm…”

***

WARNING!! R-18!!

Risiko yang terjadi saat atau sesudah membaca, harap ditanggung masing-masing~

***

Setelah mengatakannya, Freed menciumku.

Aku menerimanya, dan membuka mulut untuk mengundangnya.

Menanggapi undanganku, dengan agresif Freed menyelinap masuk.

―――Kini dominasi terbalik.

Semua yang kupikirkan hilang dalam sekejap.

Saat lidah kami terjalin, dengan tidak sabaran kami melepaskan pakaian kami.

Freed melepas gaunku, dan aku melepas justaucorps Freed. Pakaian yang jatuh ke lantai membuat suara kecil.

T/N: Baju panjang –hampir sepanjang lutut, yang biasa digunakan bangsawan pada paruh kedua abad ke-17 sampai abad ke-18.

Saling melepas pakaian, kini dalam sekejap kami menjadi tel*nj*ng.

Bersama-sama kami jatuh ke atas tempat tidur dan tangan Freed mulai menyentuh tubuhku.

Lalu dia mengincar dadaku, bermain-main di sana dengan menggunakan mulutnya.

“Nnn…”

Kedua dadaku dipermainkan olehnya, yang satu dengan tangannya dan yang satu dengan mulutnya.

Tubuhku merasakan nikmat.

"Ah… Ah…"

Dengan kuat aku melingkarkan tanganku di punggungnya, seolah-olah mengatakan bahwa aku menerima semua kenikmatan yang dia berikan, dan dengan kuat aku memeluknya.

Saat dia bermain dengan dadaku, segera ‘miliknya’ menyentuh tubuhku.

Rasanya seperti dia ‘mengetuk pintu masukku’, aku tahu kalau di bawah sana aku sudah basah.

“Lidi… Kita belum melakukan apa-apa, dan kamu sudah basah… Kamu basah kuyup?”

Freed pasti menyadarinya dari ‘miliknya’ yang menyentuhku. Setelah berhenti bermain dengan dadaku, Freed memegangi pipiku, dan melakukan kontak mata dengan senyum bahagia.

Dihadapkan dengan semua ini, wajahku menjadi merah.

Aku pun berbicara dengan kesal.

“Bukankah Freed sama saja… Kamu sangat ‘panas’ dan ‘keras’…”

“Tentu saja. Aku dibuat menunggu selama ini… Lidi yang membuatku seperti ini.”

Mengatakannya dengan suara serak yang penuh gairah, dia sengaja menekan ‘miliknya’ ‘di sana’ dan menggosoknya berulang kali.

“…! Aah!!”

“Haha… Terasa nikmat?”

Freed terus menerus menggosoknya, aku pun merasakan kenikmatan yang tidak terkira.

“Uh… Nn… Terasa nikmat.”

Tetap saja, ini bukanlah apa yang kuinginkan. Meski Freed belum menyentuh ‘di sana’, tapi tubuhku sudah memanas, menginginkan ‘milik’ Freed.

Ahh… Rasanya membuat frustrasi. Aku ingin dia segera ‘masuk’.

Freed terus saja menggosokkannya, lalu secara tidak sengaja Freed masuk ‘ke sana’.

“Aahhh...”

"Suara yang bagus."

Freed tertawa kecil dan menatapku dengan tatapan penuh nafsu.

Aku menunggunya untuk ‘masuk’ secara keseluruhan, tapi Freed justru kembali ke posisi semula.

―――Salah. Karena tidak tahan lagi, aku pun menghentikannya.

Sambil menatap mata Freed, perlahan aku menggelengkan kepala.

“Jangan di sana… Di sini, kumohon.”

“!!!”

Aku mengulurkan tanganku, menyentuh ‘miliknya’, dan menuntunnya ke ‘pintu masukku’.

“Lidi… Kamu agresif.”

Rasanya, aku bisa mendengar Freed menelan ludahnya.

Aku sendiri tidak mengira kalau diriku sampai melakukan ini.

Freed menatapku dengan takjub, lalu mata Freed menyipit karena puas saat aku mengatakan,

“Karena… Aku menginginkannya.”

Freed bilang dia dibuat menunggu, tapi bagaimanapun aku juga merasakan hal yang sama.

Karena aku pikir Cain ada dekat sana jadi tadi siang aku menolaknya, kalau bukan karena itu aku tidak akan menolak.

Tapi pada akhirnya aku tetap ‘dimainkan’ olehnya tanpa ‘dipuaskan’, itu justru membuatku frustrasi.

Panas yang ada di tubuhku semakin membara.

Aku ingin Freed segera ‘masuk’ ke sana.

Mendengar kata-kataku, Freed berhenti menggosokkannya, perlahan dia pun masuk ke ‘pintu masukku’. Tepat seperti yang kuinginkan, seketika tubuhku seperti kehilangan kekuatan.

Setelah itu, Freed langsung menciumku.

“Nn… Ah…”

Menanggapi Freed yang memasukkan lidahnya, aku mengerang. Lidahnya dengan bebas bergerak di mulutku. Dia menelusuri gigiku dan menstimulasi langit-langit mulutku dengan ujung lidahnya.

Ha… Aku tidak pernah merasa cukup… Lidi selalu terasa manis, tapi hari ini Lidi sangat manis. Lidi? Apa kamu sangat menginginkanku?”

"Iya…"

Aku mengangguk untuk menunjukkan kepada Freed bahwa jawabannya memang, aku menginginkannya.

Tubuhku, ‘di bawah’ sana semakin memanas, semua ini rasanya masih tidak cukup.

“Aahhh!”

“Ah, ‘itu’ masuk semakin dalam.”

Kyaa…”

Hanya dengan dorongan-dorongan kecil, Freed mer*ngs*ngku berulang kali dengan sengaja.

Lagi dan lagi.

Haa… Ahh…”

“Ah, nikmat sekali. Aku hanya sedikit mendorongnya, dan rasanya sudah sepanas dan senikmat ini… Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku langsung ‘memasukkan semuanya’?”

“Aahhh…”

Aku sangat menginginkannya, jadi aku mendorong pinggulku.

“Tolong, masukkan lebih dalam… Nnn…”

Diiringi oleh suara yang tidak senonoh, penyatuan kami semakin dalam.

Ha… Aaah!!”

Saat aku menutup mataku karena merasa sangat nikmat, aku mendengarnya tertawa.

"Apa? Lidi tidak tahan? Lidi sangat menginginkannya?”

“Ah… Jangan membuatku mengatakannya…”

Terus terang saja, aku merasa amat sangat malu.

Aku sadar bahwa aku sudah melakukan hal yang sangat agresif.

“Tapi, Lidi menginginkannya, kan?”

Memohon, baiklah, aku mengurung Freed.

Akan sulit kalau dia ‘menarik dirinya’ di tengah jalan.

"Baiklah. Baiklah. Aku akan melakukannya, jadi masuklah sedalam mungkin. Aku menginginkannya. Kumohon Freed… ‘Masuklah’."

Aku melingkarkan kedua tanganku di lehernya dan menariknya lebih dekat sambil mengatakan itu, seketika Freed menatapku dengan mata serakah. Aku tahu mata itu. Itu adalah mata seekor karnivora yang mengincar mangsanya.

“…Lidi benar-benar pandai memohon.”


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?