Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Putri Marquis]
Pertama
kali aku bertemu dengannya, rasanya seperti petir menyambar diriku.
Putra
Mahkota yang tampan, berambut pirang, dan bermata biru. Dia bagaikan orang yang
keluar dari sebuah cerita. Aku ingin menjadi seseorang yang spesial baginya, dia
yang tidak pernah melepaskan senyum lembutnya.
***
"Putra
Mahkota…"
Ketika
aku mendengar akan ada pesta malam yang dihadiri Putra Mahkota, aku segera
memohon kepada Kakakku yang baru saja mendapatkan gelar bangsawan –menggantikan
ayah kami untuk membiarkan aku ikut berpartisipasi di pesta itu.
Ini
akan menjadi pertama kalinya dalam beberapa bulan aku bertemu dengan Putra
Mahkota.
Hanya
dengan melihat sosoknya saja, dadaku sudah bergetar saking gembiranya.
Pada
saat yang sama, aku melihat Putra Mahkota masuk ke aula pesta dengan
menggandeng seorang wanita, seketika aku merasakan penderitaan yang tak
tertahankan.
Itu
terjadi sebulan yang lalu.
Posisi
tunangan Putra Mahkota yang tadinya kosong kini dimiliki oleh Putri Perdana
Menteri, baik dalam nama maupun kenyataan.
"Itu
keputusan Yang Mulia Raja."
Suara
penyesalan dari Ayah yang telah menyerahkan gelarnya kepada Kakak terasa
seperti mendorongku ke dalam kegelapan.
Kandidat
calon tunangan Putra Mahkota.
Aku
adalah salah satu dari banyak kandidat itu.
Tetap
saja, aku tidak berbeda dari kandidat lainnya.
Mungkin
aku bisa menjadi istri Putra Mahkota. Bahkan jika kemungkinannya rendah, aku selalu
memimpikannya dan aku selalu berusaha untuk mewujudkan mimpi itu setiap
harinya. Aku selalu menghadiri pesta malam yang dihadiri Putra Mahkota dan
terus mencari perhatian kepadanya.
Aku
tidak ingin bingung dengan wanita yang berkerumun di sekitar Putra Mahkota,
yang hanya bisa mengandalkan wajah cantik dan kedudukan sosialnya.
Meskipun
aku jatuh cinta dengan wajahnya yang tampan, setiap hari aku selalu mengabdikan
diri untuk menjadi wanita yang terhormat.
Berkat
usahaku itu, aku yakin posisiku sebagai kandidat calon tunangan dapat meningkat
pesat.
Sedikit
lagi, jika aku bertahan sedikit lebih lama lagi, mungkin aku bisa dekat dengan
Putra Mahkota.
Itulah
yang kupikirkan. Namun…
“Kini,
tunangan untuk Putra Mahkota telah ditentukan, dia adalah Putri Duke Vivouare, Lady
Lidiana.”
Kata-kata
yang Ayah ucapkan itu lebih dari cukup untuk membuatku putus asa.
Putri
Duke Vivouare.
Wanita
yang namanya selalu menjadi yang pertama dalam daftar kandidat calon tunangan
Putra Mahkota.
Aku
belum pernah bertemu dengannya. Desas-desus mengatakan bahwa dia memiliki fisik
yang lemah, karena itu dia jarang muncul di pergaulan kelas atas.
Namun,
dalam prakteknya dia memiliki popularitas yang luar biasa di antara wanita muda
yang mengenalnya, dan di antara para pria, dia disebut Putri Phantom. Bagaikan,
bunga yang tak terjangkau, yang mengumpulkan tatapan kerinduan.
Silsilah
keluarganya adalah nomor satu di negeri ini. Ayahnya adalah Perdana Menteri dan
seorang Duke yang terkemuka. Kakak laki-lakinya adalah tangan kanan Putra
Mahkota, tidak ada lagi kekurangan di keluarganya.
Aku
berasal dari keluarga Marquis, tapi keluargaku tetap tidak bisa dibandingkan
dengan Keluarga Duke Vivouare.
Dan
dia adalah satu-satunya putri dari keluarga itu. Sudah jelas bahwa kami
sangatlah berbeda.
Jika
dia tidak memiliki fisik yang lemah, mungkin saja sudah sejak dahulu tunangan
untuk Putra Mahkota diumumkan, dan dialah orang itu. Meski begitu, Upacara
Pertunangan masih belum dilakukan, artinya bisa saja itu hanyalah rumor yang
beredar.
“Ayah…
Apakah yang Ayah katakan itu benar?”
Aku
menanyakan hal itu dengan suara gemetar. Perasaan tidak ingin mempercayainya
memenuhi diriku.
"Itu
benar. Tadi para bangsawan dikumpulkan untuk membahasnya. Besok seluruh
bangsawan senior akan berkumpul di Istana Kerajaan untuk upacara pertunangan."
"Besok!?"
Pikiranku
tidak bisa mengikuti pembicaraan yang sangat tiba-tiba dan sangat tidak terduga
ini.
Aku
belum pernah mendengar tentang pelaksanaan Upacara Pertunangan segera setelah calon
tunangan diputuskan.
“Aku
belum memberitahumu tentang ini, tapi sebenarnya sudah lama tunangan untuk
Putra Mahkota diputuskan. Tapi, aku tidak mendengar kabar apakah Putra Mahkota
menerimanya. Jadi, aku tetap diam sampai menit terakhir… Aku sudah melakukan hal
yang salah padamu.”
Ayah,
yang menyadari perasaanku pada Putra Mahkota memasang ekspresi menyesal.
“Tidak…
Ayah tidak perlu meminta maaf…”
“Beberapa
kali aku memiliki kesempatan untuk menasihati Yang Mulia Raja. Tapi semuanya,
kecuali kali ini tidak berguna... Sepertinya Yang Mulia Raja ingin menghormati
keinginan Putra Mahkota.”
“!!”
Aku
terkesiap mendengarnya.
Spontan
aku menutup mulutku.
“Putra
Mahkota...?”
"Benar.
Sesuai keinginan Putra Mahkota, Upacara Pertunangan akan diadakan besok, dan Upacara
Pernikahan diadakan setengah tahun lagi. Tidak ada cara bagi kita untuk
membatalkannya."
Upacara
Pernikahan diadakan setengah tahun lagi... Aku hanya bisa terkejut mendengarnya.
Aku
meminta konfirmasi dengan suara yang terus gemetar.
“Apa
yang diinginkan Putra Mahkota… Em… Putri dari Keluarga Duke?”
"Itulah
yang dikatakan Yang Mulia Raja. Dengan Putri Duke sebagai lawannya, tidak ada bangsawan
yang bisa mengajukan keberatan."
“Itu…
Ya…”
Tidak
mungkin untuk bersaing dengan keluarga bangsawan yang terkemuka.
Sejak
awal dia adalah kandidat utama. Lawan yang tidak bisa aku ajukan keberatan.
Jika
pertunangan dengan wanita yang diinginkan oleh Putra Mahkota, maka tidak
mungkin dilakukan pembatalan.
Aku
menundukkan kepalaku dan menggigit bibir.
Diinginkan
oleh Putra Mahkota―― Kata-kata itu menghancurkan hatiku lebih dari apapun.
“…Aku
ingin tahu apakah Putra Mahkota kenal dengan Lady Lidiana…”
Akulah
yang menghadiri setiap pesta malam yang dihadiri Putra Mahkota. Karena aku
belum pernah bertemu dengan Lady Lidiana di sana, seharusnya begitu juga dengan
Putra Mahkota.
“Menurut
cerita Yang Mulia Raja, sepertinya mereka baru saja bertemu baru-baru ini. Aku
pernah mendengar bahwa Putra Mahkota jatuh cinta pada pandangan pertama. Sejak
awal Lady Lidiana adalah kandidat nomor 1 sebagai calon tunangan Putra Mahkota,
Yang Mulia Raja bahkan berkata, ‘Aku berharap mereka bertemu lebih awal’.”
"Cinta
pada pandangan pertama…"
“Aku
harus menghadiri Upacara Pertunangan besok. Dan, Milly...”
"…Iya"
Aku
mendapat firasat tidak menyenangkan dari tatapan serius Ayah.
"Segera,
kamu akan mendapatkan tawaran pertunangan… Kamu mengerti maksudku? "
"…Iya."
Aku
menutup mataku dengan erat dan mengangguk.
Seperti
yang diharapkan… Setelah kemungkinan bertunangan dengan Putra Mahkota
menghilang, aku harus segera menikah dengan pria lain.
Itu
adalah sesuatu yang aku tahu, tapi aku tetap merasakan dadaku menegang dengan
menyakitkan.
"Bagus.
Kalau begitu, kembali ke kamarmu."
“…Selamat
malam, Ayah.”
Aku
mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan ruang kerja Ayah. Entah bagaimana,
aku berhasil kembali ke kamarku, tapi hanya sampai di situ.
Seketika
aku kehilangan kekuatan di kakiku dan terjatuh.
“Kenapa…
Kenapa bukan aku?”
Air
mata mengalir deras.
Tiba-tiba
aku dibuat sadar akan cinta dan pertunangan Putra Mahkota.
Aku
bermaksud untuk menyatakan cintaku dengan kemampuan terbaikku, dengan cara yang
elegan.
Aku
ingin dia melihatku, meski hanya sedikit.
Namun,
senyum Putra Mahkota yang kudapatkan tidak berbeda dengan senyuman yang
didapatkan oleh semua orang, hanya dengan melihat matanya, aku jelas tahu bahwa
Putra Mahkota tidak tertarik padaku atau pun wanita lainnya.
Meski
begitu, tidak apa-apa…
Jika
itu sama untuk semua orang, maka aku tidak keberatan.
Semua
itu tidak masalah selama aku bisa berada di sampingnya.
Aku
selalu memimpikan hari di mana aku memiliki ukiran ‘Bunga Raja’ di dadaku.
Bahkan jika dia tidak mencintaiku, aku tetap ingin memiliki ukirannya (Bunga
Raja).
“Orang
yang dicintai… Sesuatu seperti ini.”
Selain
itu, wanita itu adalah seseorang yang tidak akan pernah bisa aku lampaui. Putri
dari seorang Duke yang namanya selalu menjadi nomor 1 di daftar kandidat calon
tunangan Putra Mahkota. Aku mendengar kalau dia memiliki fisik yang lemah.
Namun… Aku tidak peduli dengan semua itu,
aku jatuh cinta padanya… Aku ingin tahu apakah Putra Mahkota mengatakan hal
itu.
“…Aku
ingin melihat wanita seperti apa dia…”
Menuangkannya
ke dalam kata-kata, aku memperkuat tekadku.
Aku
ingin melihat wanita yang mencuri hati Putra Mahkota.
Aku
tidak benar-benar berpikir bahwa aku bisa melakukan apapun. Jika Putra Mahkota
setuju dengan itu, maka aku tidak punya hak untuk menentang. Namun,
Aku
ingin memastikan seperti apa Putri Duke yang beruntung itu dengan mata kepalaku
sendiri. Jika tidak, aku tidak akan bisa menerimanya.
Itulah
yang kurasakan.
***
Aku
benar-benar tidak akan gelisah.
Memutuskan
seperti itu, akhirnya aku tiba di sini –di tempat Pesta Perayaan Kemenangan.
Dengan
memakai gaun favoritku, aku menunggu kedatangan Putra Mahkota dengan nafas
tertahan.
Keributan
menyebar ke seluruh aula dalam sekejap, dan kemudian menjadi sunyi senyap.
Tampak
jelas tatapan semua orang terfokus pada Putra Mahkota yang ditunggu-tunggu dan…
Tunangannya.
Tidak
ada orang yang memperhatikan senyum Putra Mahkota yang lebih lembut dari
biasanya, setiap wanita di aula ini menatap tunangannya di sebelahnya. Meskipun
melihat Putra Mahkota yang seperti itu untuk pertama kalinya membuat hatiku
sakit, aku mengepalkan tanganku dan entah bagaimana aku mencoba melihat wajah wanita
itu.
“!!”
Keterkejutan
menembus tubuh saya. Meskipun dia bertubuh langsing, seperti yang dikatakan
oleh rumor… Dia adalah wanita yang cantik dan bermartabat.
Punggungnya
yang tegak dan sikapnya yang bermartabat tidaklah kalah dengan Putra Mahkota di
sisinya.
Desas-desus
mengatakan dia memiliki fisik yang lemah, tapi aku tidak dapat melihat apapun
yang lemah darinya. Mata berwarna ungu dengan tatapan yang kuat menatap lurus
ke depan, menentang tatapan sekitarnya.
Seperti
yang diharapkan dari satu-satunya putri dari keluarga bangsawan yang terkemuka.
Meski usianya masih muda, pendidikan yang diberikan padanya sempurna,
lingkungan sekitar hanya bisa secara spontan menghela nafas kagum.
Tapi,
yang penting bagiku bukanlah penampilan wanita itu.
Yang
paling mengejutkanku adalah dadanya.
Di
bawah tulang selangka di sisi kiri dadanya ada mawar biru cerah yang
menakjubkan sudah mekar dengan penuh, itu adalah fakta yang tak terbantahkan.
“Bunga…
Raja…”
Sepertinya
bukan hanya aku yang terkejut.
Di
sekelilingku, aku bisa mendengar suara jeritan yang teredam.
Tidak
terkejut. Kami telah mendengar tentang Upacara Pertunangan yang diakhiri dengan
tunangan yang secara resmi diputuskan, tapi sama sekali tidak ada yang menduga
bahwa dia sudah diberi ‘Bunga Raja’.
'Bunga
Raja' adalah bukti seorang Putri Mahkota. Seperti yang sudah diketahui, dengan
keberadaan ‘Bunga Raja’, maka pernikahan tidak akan dibatalkan apapun yang
terjadi. Semua wanita muda yang mengetahui tentang fakta itu menjerit.
Ketika
aku mendengar dari Kakak, yang menjadi seorang pemimpin dari Ordo Primera
Chivalric, bahwa Putra Mahkota dan tunangannya menghabiskan malam bersama, aku
tidak mempercayainya, saat mendengarnya aku hanya berpikir lelucon macam apa itu.
‘Kesucian’
dianggap sangat penting untuk Upacara Pernikahan dengan Keluarga Kerajaan.
Sebelum Upacara Pernikahan selesai, aku pikir itu tidak mungkin dilakukan.
Namun,
lain ceritanya jika 'Bunga Raja' sudah diberikan.
Dia
masih belum melakukan Upacara Pernikahan, tapi dia sudah diakui oleh Putra
Mahkota sebagai Putri Mahkota yang sebenarnya, begitulah kenyataannya.
Dan,
karena dia sudah diakui sebagai Putri Mahkota. Maka tidak akan ada masalah
dengan menghabiskan waktu bersama.
Melihat
mawar biru yang indah dari kejauhan, pandanganku menjadi kabur karena air mata.
Itu
adalah bukti sebagai seorang Putri Mahkota. Itulah satu-satunya hal yang
kuinginkan, yang kuharapkan apapun yang terjadi.
Aku
tidak bisa menahan kekesalanku karena itu sudah menjadi milik wanita lain.
Aku
terus menatap mereka dengan lekat-lekat, Putra Mahkota mengantarnya dan
menyuruhnya duduk di kursi Putri Mahkota.
Karena
'Bunga Raja' ada di sana, itu adalah perilaku yang pantas, yang tidak bisa
dikeluhkan oleh siapa pun.
Semua
orang mengamati mereka berdua tanpa membuang muka, tapi orang-orang itu sendiri
tampaknya tidak peduli dan mulai berbicara dengan riang.
Tentu
saja, tidak ada cara untuk memahami apa yang mereka katakan.
Tapi
setelah dia mengatakan sesuatu, Putra Mahkota menyipitkan matanya dan tersenyum
bahagia.
"Putra
Mahkota."
Melihat
ekspresi Putra Mahkota yang seperti itu untuk pertama kalinya, kupikir nafasku
akan berhenti.
Putra
Mahkota yang hanya memiliki satu ekspresi yang tidak peduli dengan wanita mana pun
yang ada di hadapannya, menunjukkan senyuman yang hanya ditujukan untuk
tunangannya.
Ini
adalah sesuatu yang ingin kulihat apapun yang terjadi.
Matanya
hanya menatap tunangannya.
Akhirnya,
dia menjatuhkan ciuman di dahinya, dan lebih jauh mengarahkan senyum manis dan
menawan padanya.
Jeritan
terdengar di seluruh aula, tapi aku tidak peduli dengan itu.
Melihat
sikapnya terhadap tunangannya. Aku merasa, aku mengerti arti sebenarnya dari pertama
kalinya Putra Mahkota menginginkan sesuatu.
―――Putra
Mahkota sudah menemukannya. Satu-satunya untuknya.
Meskipun
aku putus asa, sikapnya ada di pikiranku.
…Aku
mengerti Putra Mahkota.
Aku
tidak mau mengakuinya, tapi sudah jelas bahwa dia mencintai tunangannya.
Itu
tidak menyenangkan, tapi aku bisa memahaminya bahkan dalam waktu yang singkat
ini. Tapi, bagaimana dengan tunangannya itu?
Aku
tidak bermaksud mengatakan kalau dia membenci Putra Mahkota. Ekspresi bahagia
yang dia tujukan pada Putra Mahkota tidak bisa dilihat sebagai kebencian.
Tapi,
aku tidak bisa melihatnya sebagai ekspresi yang sama dengan Putra Mahkota.
Dia
tampak benar-benar tidak terganggu oleh senyum manis Putra Mahkota dan
mempertahankan sikap tenangnya.
"…Apa
artinya?"
Tidak
diragukan lagi dia dicintai oleh Putra Mahkota dan diakui sebagai Putri
Mahkota, pasti tidak akan... Ada cerita bodoh seperti ini.
Tapi,
kurasa ada perbedaan dalam tingkat antusiasme di antara mereka.
Dibandingkan
dengan Putra Mahkota yang dengan tegas mencoba berinteraksi dengan tunangannya,
tidak peduli bagaimana aku melihatnya, dia tampak kurang tertarik dengan Putra
Mahkota.
"…Apa
ini"
Meskipun
dia mendapatkan apa yang sangat kuinginkan.
Meskipun
itu satu-satunya hal yang kuinginkan.
Kenapa
wanita itu tetap tenang.
“Tak
bisa dimaafkan…”
Api
kecil menyala di dadaku. Dalam sekejap itu menyebar dan menelanku.
Aku
menyerahkan diri pada emosi, sambil mengepalkan tanganku, aku menatap tajam ke
arah wanita itu.
Aku
tahu, ini adalah kecemburuan yang tidak pantas, tapi aku tidak bisa
menghentikannya, aku juga tidak bermaksud untuk melakukannya.
Itu
sebabnya, aku tidak menyadarinya.
Aku
tidak pernah menyangka akan ada orang yang mengamatiku dengan senyuman.
"…Ketemu."
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
1 Comments
Akhirnya dilanjutin lagi. Thank youu min reii🤧 kyknya bakal ada yg nusuk lidi deh, tp kzl jg sih lamalama ma lidi yg ga peka sama perasaannya. Ngebuat org pengen nguji dia
ReplyDeletePost a Comment