Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 64.5 – Duka Putri Marquis


[POV Putri Marquis]

Pertama kali aku bertemu dengannya, rasanya seperti petir menyambar diriku.

Putra Mahkota yang tampan, berambut pirang, dan bermata biru. Dia bagaikan orang yang keluar dari sebuah cerita. Aku ingin menjadi seseorang yang spesial baginya, dia yang tidak pernah melepaskan senyum lembutnya.

***

"Putra Mahkota…"                   

Ketika aku mendengar akan ada pesta malam yang dihadiri Putra Mahkota, aku segera memohon kepada Kakakku yang baru saja mendapatkan gelar bangsawan –menggantikan ayah kami untuk membiarkan aku ikut berpartisipasi di pesta itu.

Ini akan menjadi pertama kalinya dalam beberapa bulan aku bertemu dengan Putra Mahkota.

Hanya dengan melihat sosoknya saja, dadaku sudah bergetar saking gembiranya.

Pada saat yang sama, aku melihat Putra Mahkota masuk ke aula pesta dengan menggandeng seorang wanita, seketika aku merasakan penderitaan yang tak tertahankan.

Itu terjadi sebulan yang lalu.

Posisi tunangan Putra Mahkota yang tadinya kosong kini dimiliki oleh Putri Perdana Menteri, baik dalam nama maupun kenyataan.

"Itu keputusan Yang Mulia Raja."

Suara penyesalan dari Ayah yang telah menyerahkan gelarnya kepada Kakak terasa seperti mendorongku ke dalam kegelapan.

Kandidat calon tunangan Putra Mahkota.

Aku adalah salah satu dari banyak kandidat itu.

Tetap saja, aku tidak berbeda dari kandidat lainnya.

Mungkin aku bisa menjadi istri Putra Mahkota. Bahkan jika kemungkinannya rendah, aku selalu memimpikannya dan aku selalu berusaha untuk mewujudkan mimpi itu setiap harinya. Aku selalu menghadiri pesta malam yang dihadiri Putra Mahkota dan terus mencari perhatian kepadanya.

Aku tidak ingin bingung dengan wanita yang berkerumun di sekitar Putra Mahkota, yang hanya bisa mengandalkan wajah cantik dan kedudukan sosialnya.

Meskipun aku jatuh cinta dengan wajahnya yang tampan, setiap hari aku selalu mengabdikan diri untuk menjadi wanita yang terhormat.

Berkat usahaku itu, aku yakin posisiku sebagai kandidat calon tunangan dapat meningkat pesat.

Sedikit lagi, jika aku bertahan sedikit lebih lama lagi, mungkin aku bisa dekat dengan Putra Mahkota.

Itulah yang kupikirkan. Namun…

“Kini, tunangan untuk Putra Mahkota telah ditentukan, dia adalah Putri Duke Vivouare, Lady Lidiana.”

Kata-kata yang Ayah ucapkan itu lebih dari cukup untuk membuatku putus asa.

Putri Duke Vivouare.

Wanita yang namanya selalu menjadi yang pertama dalam daftar kandidat calon tunangan Putra Mahkota.

Aku belum pernah bertemu dengannya. Desas-desus mengatakan bahwa dia memiliki fisik yang lemah, karena itu dia jarang muncul di pergaulan kelas atas.

Namun, dalam prakteknya dia memiliki popularitas yang luar biasa di antara wanita muda yang mengenalnya, dan di antara para pria, dia disebut Putri Phantom. Bagaikan, bunga yang tak terjangkau, yang mengumpulkan tatapan kerinduan.

Silsilah keluarganya adalah nomor satu di negeri ini. Ayahnya adalah Perdana Menteri dan seorang Duke yang terkemuka. Kakak laki-lakinya adalah tangan kanan Putra Mahkota, tidak ada lagi kekurangan di keluarganya.

Aku berasal dari keluarga Marquis, tapi keluargaku tetap tidak bisa dibandingkan dengan Keluarga Duke Vivouare.

Dan dia adalah satu-satunya putri dari keluarga itu. Sudah jelas bahwa kami sangatlah berbeda.

Jika dia tidak memiliki fisik yang lemah, mungkin saja sudah sejak dahulu tunangan untuk Putra Mahkota diumumkan, dan dialah orang itu. Meski begitu, Upacara Pertunangan masih belum dilakukan, artinya bisa saja itu hanyalah rumor yang beredar.

“Ayah… Apakah yang Ayah katakan itu benar?”

Aku menanyakan hal itu dengan suara gemetar. Perasaan tidak ingin mempercayainya memenuhi diriku.

"Itu benar. Tadi para bangsawan dikumpulkan untuk membahasnya. Besok seluruh bangsawan senior akan berkumpul di Istana Kerajaan untuk upacara pertunangan."

"Besok!?"

Pikiranku tidak bisa mengikuti pembicaraan yang sangat tiba-tiba dan sangat tidak terduga ini.

Aku belum pernah mendengar tentang pelaksanaan Upacara Pertunangan segera setelah calon tunangan diputuskan.

“Aku belum memberitahumu tentang ini, tapi sebenarnya sudah lama tunangan untuk Putra Mahkota diputuskan. Tapi, aku tidak mendengar kabar apakah Putra Mahkota menerimanya. Jadi, aku tetap diam sampai menit terakhir… Aku sudah melakukan hal yang salah padamu.”

Ayah, yang menyadari perasaanku pada Putra Mahkota memasang ekspresi menyesal.

“Tidak… Ayah tidak perlu meminta maaf…”

“Beberapa kali aku memiliki kesempatan untuk menasihati Yang Mulia Raja. Tapi semuanya, kecuali kali ini tidak berguna... Sepertinya Yang Mulia Raja ingin menghormati keinginan Putra Mahkota.”

“!!”

Aku terkesiap mendengarnya.

Spontan aku menutup mulutku.

“Putra Mahkota...?”

"Benar. Sesuai keinginan Putra Mahkota, Upacara Pertunangan akan diadakan besok, dan Upacara Pernikahan diadakan setengah tahun lagi. Tidak ada cara bagi kita untuk membatalkannya."

Upacara Pernikahan diadakan setengah tahun lagi... Aku hanya bisa terkejut mendengarnya.

Aku meminta konfirmasi dengan suara yang terus gemetar.

“Apa yang diinginkan Putra Mahkota… Em… Putri dari Keluarga Duke?”

"Itulah yang dikatakan Yang Mulia Raja. Dengan Putri Duke sebagai lawannya, tidak ada bangsawan yang bisa mengajukan keberatan."

“Itu… Ya…”

Tidak mungkin untuk bersaing dengan keluarga bangsawan yang terkemuka.

Sejak awal dia adalah kandidat utama. Lawan yang tidak bisa aku ajukan keberatan.

Jika pertunangan dengan wanita yang diinginkan oleh Putra Mahkota, maka tidak mungkin dilakukan pembatalan.

Aku menundukkan kepalaku dan menggigit bibir.

Diinginkan oleh Putra Mahkota―― Kata-kata itu menghancurkan hatiku lebih dari apapun.

“…Aku ingin tahu apakah Putra Mahkota kenal dengan Lady Lidiana…”

Akulah yang menghadiri setiap pesta malam yang dihadiri Putra Mahkota. Karena aku belum pernah bertemu dengan Lady Lidiana di sana, seharusnya begitu juga dengan Putra Mahkota.

“Menurut cerita Yang Mulia Raja, sepertinya mereka baru saja bertemu baru-baru ini. Aku pernah mendengar bahwa Putra Mahkota jatuh cinta pada pandangan pertama. Sejak awal Lady Lidiana adalah kandidat nomor 1 sebagai calon tunangan Putra Mahkota, Yang Mulia Raja bahkan berkata, ‘Aku berharap mereka bertemu lebih awal’.”

"Cinta pada pandangan pertama…"

“Aku harus menghadiri Upacara Pertunangan besok. Dan, Milly...”

"…Iya"

Aku mendapat firasat tidak menyenangkan dari tatapan serius Ayah.

"Segera, kamu akan mendapatkan tawaran pertunangan… Kamu mengerti maksudku? "

"…Iya."

Aku menutup mataku dengan erat dan mengangguk.

Seperti yang diharapkan… Setelah kemungkinan bertunangan dengan Putra Mahkota menghilang, aku harus segera menikah dengan pria lain.

Itu adalah sesuatu yang aku tahu, tapi aku tetap merasakan dadaku menegang dengan menyakitkan.

"Bagus. Kalau begitu, kembali ke kamarmu."

“…Selamat malam, Ayah.”

Aku mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan ruang kerja Ayah. Entah bagaimana, aku berhasil kembali ke kamarku, tapi hanya sampai di situ.

Seketika aku kehilangan kekuatan di kakiku dan terjatuh.

“Kenapa… Kenapa bukan aku?”

Air mata mengalir deras.

Tiba-tiba aku dibuat sadar akan cinta dan pertunangan Putra Mahkota.

Aku bermaksud untuk menyatakan cintaku dengan kemampuan terbaikku, dengan cara yang elegan.

Aku ingin dia melihatku, meski hanya sedikit.

Namun, senyum Putra Mahkota yang kudapatkan tidak berbeda dengan senyuman yang didapatkan oleh semua orang, hanya dengan melihat matanya, aku jelas tahu bahwa Putra Mahkota tidak tertarik padaku atau pun wanita lainnya.

Meski begitu, tidak apa-apa…

Jika itu sama untuk semua orang, maka aku tidak keberatan.

Semua itu tidak masalah selama aku bisa berada di sampingnya.

Aku selalu memimpikan hari di mana aku memiliki ukiran ‘Bunga Raja’ di dadaku. Bahkan jika dia tidak mencintaiku, aku tetap ingin memiliki ukirannya (Bunga Raja).

“Orang yang dicintai… Sesuatu seperti ini.”

Selain itu, wanita itu adalah seseorang yang tidak akan pernah bisa aku lampaui. Putri dari seorang Duke yang namanya selalu menjadi nomor 1 di daftar kandidat calon tunangan Putra Mahkota. Aku mendengar kalau dia memiliki fisik yang lemah. Namun… Aku tidak peduli dengan semua itu, aku jatuh cinta padanya… Aku ingin tahu apakah Putra Mahkota mengatakan hal itu.

“…Aku ingin melihat wanita seperti apa dia…”

Menuangkannya ke dalam kata-kata, aku memperkuat tekadku.

Aku ingin melihat wanita yang mencuri hati Putra Mahkota.

Aku tidak benar-benar berpikir bahwa aku bisa melakukan apapun. Jika Putra Mahkota setuju dengan itu, maka aku tidak punya hak untuk menentang. Namun,

Aku ingin memastikan seperti apa Putri Duke yang beruntung itu dengan mata kepalaku sendiri. Jika tidak, aku tidak akan bisa menerimanya.

Itulah yang kurasakan.

***

Aku benar-benar tidak akan gelisah.

Memutuskan seperti itu, akhirnya aku tiba di sini –di tempat Pesta Perayaan Kemenangan.

Dengan memakai gaun favoritku, aku menunggu kedatangan Putra Mahkota dengan nafas tertahan.

Keributan menyebar ke seluruh aula dalam sekejap, dan kemudian menjadi sunyi senyap.

Tampak jelas tatapan semua orang terfokus pada Putra Mahkota yang ditunggu-tunggu dan… Tunangannya.

Tidak ada orang yang memperhatikan senyum Putra Mahkota yang lebih lembut dari biasanya, setiap wanita di aula ini menatap tunangannya di sebelahnya. Meskipun melihat Putra Mahkota yang seperti itu untuk pertama kalinya membuat hatiku sakit, aku mengepalkan tanganku dan entah bagaimana aku mencoba melihat wajah wanita itu.

“!!”

Keterkejutan menembus tubuh saya. Meskipun dia bertubuh langsing, seperti yang dikatakan oleh rumor… Dia adalah wanita yang cantik dan bermartabat.

Punggungnya yang tegak dan sikapnya yang bermartabat tidaklah kalah dengan Putra Mahkota di sisinya.

Desas-desus mengatakan dia memiliki fisik yang lemah, tapi aku tidak dapat melihat apapun yang lemah darinya. Mata berwarna ungu dengan tatapan yang kuat menatap lurus ke depan, menentang tatapan sekitarnya.

Seperti yang diharapkan dari satu-satunya putri dari keluarga bangsawan yang terkemuka. Meski usianya masih muda, pendidikan yang diberikan padanya sempurna, lingkungan sekitar hanya bisa secara spontan menghela nafas kagum.

Tapi, yang penting bagiku bukanlah penampilan wanita itu.

Yang paling mengejutkanku adalah dadanya.

Di bawah tulang selangka di sisi kiri dadanya ada mawar biru cerah yang menakjubkan sudah mekar dengan penuh, itu adalah fakta yang tak terbantahkan.

“Bunga… Raja…”

Sepertinya bukan hanya aku yang terkejut.

Di sekelilingku, aku bisa mendengar suara jeritan yang teredam.

Tidak terkejut. Kami telah mendengar tentang Upacara Pertunangan yang diakhiri dengan tunangan yang secara resmi diputuskan, tapi sama sekali tidak ada yang menduga bahwa dia sudah diberi ‘Bunga Raja’.

'Bunga Raja' adalah bukti seorang Putri Mahkota. Seperti yang sudah diketahui, dengan keberadaan ‘Bunga Raja’, maka pernikahan tidak akan dibatalkan apapun yang terjadi. Semua wanita muda yang mengetahui tentang fakta itu menjerit.

Ketika aku mendengar dari Kakak, yang menjadi seorang pemimpin dari Ordo Primera Chivalric, bahwa Putra Mahkota dan tunangannya menghabiskan malam bersama, aku tidak mempercayainya, saat mendengarnya aku hanya berpikir lelucon macam apa itu.

‘Kesucian’ dianggap sangat penting untuk Upacara Pernikahan dengan Keluarga Kerajaan. Sebelum Upacara Pernikahan selesai, aku pikir itu tidak mungkin dilakukan.

Namun, lain ceritanya jika 'Bunga Raja' sudah diberikan.

Dia masih belum melakukan Upacara Pernikahan, tapi dia sudah diakui oleh Putra Mahkota sebagai Putri Mahkota yang sebenarnya, begitulah kenyataannya.

Dan, karena dia sudah diakui sebagai Putri Mahkota. Maka tidak akan ada masalah dengan menghabiskan waktu bersama.

Melihat mawar biru yang indah dari kejauhan, pandanganku menjadi kabur karena air mata.

Itu adalah bukti sebagai seorang Putri Mahkota. Itulah satu-satunya hal yang kuinginkan, yang kuharapkan apapun yang terjadi.

Aku tidak bisa menahan kekesalanku karena itu sudah menjadi milik wanita lain.

Aku terus menatap mereka dengan lekat-lekat, Putra Mahkota mengantarnya dan menyuruhnya duduk di kursi Putri Mahkota.

Karena 'Bunga Raja' ada di sana, itu adalah perilaku yang pantas, yang tidak bisa dikeluhkan oleh siapa pun.

Semua orang mengamati mereka berdua tanpa membuang muka, tapi orang-orang itu sendiri tampaknya tidak peduli dan mulai berbicara dengan riang.

Tentu saja, tidak ada cara untuk memahami apa yang mereka katakan.

Tapi setelah dia mengatakan sesuatu, Putra Mahkota menyipitkan matanya dan tersenyum bahagia.

"Putra Mahkota."

Melihat ekspresi Putra Mahkota yang seperti itu untuk pertama kalinya, kupikir nafasku akan berhenti.

Putra Mahkota yang hanya memiliki satu ekspresi yang tidak peduli dengan wanita mana pun yang ada di hadapannya, menunjukkan senyuman yang hanya ditujukan untuk tunangannya.

Ini adalah sesuatu yang ingin kulihat apapun yang terjadi.

Matanya hanya menatap tunangannya.

Akhirnya, dia menjatuhkan ciuman di dahinya, dan lebih jauh mengarahkan senyum manis dan menawan padanya.

Jeritan terdengar di seluruh aula, tapi aku tidak peduli dengan itu.

Melihat sikapnya terhadap tunangannya. Aku merasa, aku mengerti arti sebenarnya dari pertama kalinya Putra Mahkota menginginkan sesuatu.

―――Putra Mahkota sudah menemukannya. Satu-satunya untuknya.

Meskipun aku putus asa, sikapnya ada di pikiranku.

…Aku mengerti Putra Mahkota.

Aku tidak mau mengakuinya, tapi sudah jelas bahwa dia mencintai tunangannya.

Itu tidak menyenangkan, tapi aku bisa memahaminya bahkan dalam waktu yang singkat ini. Tapi, bagaimana dengan tunangannya itu?

Aku tidak bermaksud mengatakan kalau dia membenci Putra Mahkota. Ekspresi bahagia yang dia tujukan pada Putra Mahkota tidak bisa dilihat sebagai kebencian.

Tapi, aku tidak bisa melihatnya sebagai ekspresi yang sama dengan Putra Mahkota.

Dia tampak benar-benar tidak terganggu oleh senyum manis Putra Mahkota dan mempertahankan sikap tenangnya.

"…Apa artinya?"

Tidak diragukan lagi dia dicintai oleh Putra Mahkota dan diakui sebagai Putri Mahkota, pasti tidak akan... Ada cerita bodoh seperti ini.

Tapi, kurasa ada perbedaan dalam tingkat antusiasme di antara mereka.

Dibandingkan dengan Putra Mahkota yang dengan tegas mencoba berinteraksi dengan tunangannya, tidak peduli bagaimana aku melihatnya, dia tampak kurang tertarik dengan Putra Mahkota.

"…Apa ini"

Meskipun dia mendapatkan apa yang sangat kuinginkan.

Meskipun itu satu-satunya hal yang kuinginkan.

Kenapa wanita itu tetap tenang.

“Tak bisa dimaafkan…”

Api kecil menyala di dadaku. Dalam sekejap itu menyebar dan menelanku.

Aku menyerahkan diri pada emosi, sambil mengepalkan tanganku, aku menatap tajam ke arah wanita itu.

Aku tahu, ini adalah kecemburuan yang tidak pantas, tapi aku tidak bisa menghentikannya, aku juga tidak bermaksud untuk melakukannya.

Itu sebabnya, aku tidak menyadarinya.

Aku tidak pernah menyangka akan ada orang yang mengamatiku dengan senyuman.

"…Ketemu."


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?