Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Will]
“Oh?
Kau datang.”
"Kakak."
Berkat
Alex, entah bagaimana aku berhasil menenangkan diri, dan setelah bersiap-siap,
aku segera memasuki tempat pesta perayaan kemenangan.
Saat
aku menoleh ke arah suara yang familiar yang ditujukan kepadaku, Alex dan Glen
dengan tangan terangkat melihat ke arahku.
“Alex,
Glen.”
"Kau
terlambat. Baru saja, Keluarga Kerajaan memasuki ruangan."
Kata-kata
Alex membuatku mengecek waktu.
Tentu
saja, aku berhasil berada di sini, di tenggat waktu yang sangat tipis. Aku
hampir terlambat.
"Maaf."
“Yah,
kau tidak sepenuhnya terlambat. Lihat, kau datang tepat pada waktunya.”
Saat
aku mengikuti pandangan Alex, Putra Mahkota dan Lidi ada di sana.
“!!”
Aku
merasakan sakit di dadaku. Namun, entah bagaimana itu berlalu, dan aku
menatapnya.
Memakai
gaun perak dengan garis leher lebar, dia menunjukkan senyum lembut saat dia
ditemani oleh Yang Mulia.
Dari
tempat tersebut, desahan kekaguman dan tatapan cemburu terlepas dari jenis
kelamin mengalir kepada mereka.
Para
perempuan cemburu pada seorang putri bangsawan yang tadinya tidak memiliki
tunangan, Putri Phantom, yang kini telah mendapatkan Yang Mulia Putra Mahkota.
Sekarang Putra Mahkota telah menjadikan Lidi sebagai miliknya sendiri.
Tanpa
memedulikan semua pandangan itu, keduanya duduk di kursi yang telah disiapkan.
“Memang
tidak apa-apa? Itu kursi Putri Mahkota, kan?”
Aku
mengerutkan alisku dan mengatakan hal yang ada di pikiranku. Meskipun
pertunangan telah resmi ditetapkan, dia belum menjadi Putri Mahkota.
Tentu
saja, dia sudah diakui sebagai Putri Mahkota karena kata-kata yang diucapkan
oleh Putra Mahkota saat Upacara Pertunangan, tapi kurasa akan ada orang yang
tidak suka dengan kejadian ini.
Menimbang
hal itu… Kenapa tempat duduknya diatur untuk ada di sana.
“Bagaimanapun
Freed ada di sana. Maksudku, tidak akan ada yang mengatakan apapun. Coba saja
lihat apa yang ada di dadanya.”
“Nn?”
Kata-kata
Alex membuatku melihat dadanya.
“Bunga…
Raja!”
Di
dada putihnya, ‘Bunga Raja’ Putra Mahkota yang berupa mawar biru mekar secara penuh,
bersinar cemerlang.
Lagi-lagi
rasa sakit menimpa dadaku. Sedangkan Alex dan Glen berbicara, mereka tampak
terkesan.
“Hee… Ini pertama kali aku melihatnya,
jadi seperti itu ‘Bunga Raja’ Freed. Lidi menyebutnya tato yang stylist. Tapi… Yaa… Kurasa itu memang
terlihat seperti itu (tato yang stylist).”
“Aku
sudah mendengar ceritanya dari Freed, tapi ini juga pertama kalinya aku melihatnya
secara langsung. Tentu saja dengan adanya ‘Bunga Raja’, maka tidak akan ada
yang bisa mengeluh.”
“Siapa
yang akan berani mengatakan sesuatu. Kalau sampai ada yang mengatakannya, hal
itu akan berubah menjadi lese-majeste?
Tidak ada orang yang tidak tahu arti dari 'Bunga Raja' di negara ini. Bahkan
jika mereka tidak suka dengan kejadian (Lidi yang duduk di kursi Putri Mahkota)
ini, mereka hanya bisa tutup mulut.”
T/N:
lese-majeste = Istilah dari Prancis yang
berarti melakukan kesalahan/tindak kejahatan terhadap Keluarga Kerajaan.
Biasanya bentuk kesalahan/kejahatannya adalah pelanggaran terhadap martabat
Keluarga Kerajaan.
Teman
masa kecilku dan adikku membuat lelucon di sampingku, tapi aku tidak bisa.
Aku
hanya bisa menatap tajam pada 'Bunga Raja' yang bersinar di dada Lidi.
…Aku
tahu kalau Putra Mahkota sudah ‘memeluk’ Lidi.
Bahkan
aku melihat ‘tanda-tanda cinta’ di leher Lidi dengan mataku sendiri, aku juga
sudah mendengar tentang ‘Bunga Raja’.
Tapi…
Tetap ada perbedaan yang besar antara mendengar dan melihat.
'Bunga
Raja' bersinar tanpa malu-malu seolah-olah itu adalah tanda kepemilikan, semua
ini membuka kembali luka di hatiku.
Tanda
yang sepertinya menginformasikan bahwa dia sudah menjadi milik Putra Mahkota
secara utuh terasa tak tertahankan bagiku.
Aku
memutuskan untuk terus mencintainya. Mulai sekarang aku akan lebih sering
melihat hal yang menyakitkan bagiku.
Aku
harus siap dengan itu. Tapi…
Aku
tidak bisa menghentikan kepedihan hatiku saat melihat wajah mereka yang
berdekatan dan berbicara dengan akrab tanpa memperhatikan aku.
Aku
ingin mengalihkan pandanganku dari mereka, tapi aku tidak bisa.
Dan…
Tiba-tiba aku mendengar jeritan bernada tinggi dari seluruh aula.
Putra
Mahkota tersenyum manis pada Lidi. Seluruh wanita muda yang ada di aula ini
seketika tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari senyum Freed yang
memesona, yang tidak pernah dilihat siapa pun.
Aku
melihat ke arah Lidi, dia menunjukkan ekspresi kagum.
Sepertinya
dia tidak tertarik dengan wajah Putra Mahkota.
Untung
dia tidak terpesona melihat senyum Putra Mahkota, meski begitu aku tetap merasa
sakit, karena itu berarti dia tertarik pada diri Putra Mahkota itu sendiri.
"Alismu
mengerut."
"Diam!"
Tanpa
diberitahu, aku sudah mengetahuinya. Tetap saja, aku tidak bisa mengalihkan
pandanganku dari mereka, terlebih saat Putra Mahkota mencium dahi Lidi. Jeritan
bergema di seluruh aula.
“Oh…
Freed melakukannya dengan baik.”
Sungguh menjengkelkan melihat
Freed menggoda adikku seperti itu, kata Alex, tapi
aku hanya bisa menggelengkan kepala dalam pikiranku.
―――Itu
salah, Putra Mahkota sedang menahan dirinya saat ini.
Tepat
sebelum memberikan ciuman di dahinya, Putra Mahkota melihat sekilas ke seluruh
aula ini dan sedikit tersenyum.
…Aku
mengerti. Itu adalah wajah yang hanya ditujukan pada para pesaingnya.
Meski
itu hanya sekejap, tapi tidak salah lagi.
Tidak
diragukan lagi, tindakan itu adalah pernyataan kepemilikan yang ditujukan kepada
semua orang di aula ini.
Dengan
itu, mereka yang mengarahkan perasaan kurang ajar pada Lidi beberapa waktu lalu,
kini mereka tidak punya pilihan selain menyerah.
Secara
implisit, Putra Mahkota menunjukkan bahwa dia serius dengan Lidi.
Dia
tidak akan pernah memaafkan orang-orang yang mendekatinya.
Seharusnya
tidak ada orang di sini yang akan menjadi musuh Putra Mahkota.
“…Dengan
Freed yang bersikap seperti itu, sudah pasti orang yang mau menjilat Lidi akan
bertambah.”
“Alex…”
Mendengar
apa yang baru saja aku pikirkan diungkapkan oleh Alex, seketika aku menoleh ke
arah Alex dengan senyum pahit.
“Anehnya
cemburu memang merepotkan, tapi lebih merepotkan lagi untuk mengusir mereka
yang mencoba menjilat.”
Itu benar.
Aku setuju dengan ucapan Alex itu, tindakan Freed memang akan menimbulkan hal
itu.
“Tidak
mungkin untuk mengusir semua orang, tapi jika sampai batas tertentu. Itu
mungkin saja.”
Jika
hal itu bisa membuat ketidaknyamanan Lidi berkurang, maka aku akan ikut
membantu.
Ketika
aku hendak membuka mulutku, Alex berbicara kepadaku dengan heran.
“Apa…
Kau juga akan berpartisipasi, kan? Kau benar-benar begitu peduli pada Lidi.”
"…Aku
hanya khawatir kalau kamu melakukannya sendirian."
Aku
tahu itu hanya alasan, tapi aku tetap mengatakannya dengan putus asa.
“Ya
ya, anggap saja seperti itu.”
“Kalian
berdua, tampaknya Freed akan berdansa.”
Atas
kata-kata Glenn, aku dan Alex tutup mulut.
Sepertinya
saat kami sedang mengobrol dengan suara pelan, tanpa kami sadari waktunya untuk
berdansa telah tiba.
Meskipun
Lidi tidak suka menghadiri pergaulan kelas atas, tapi kehebatannya dalam
berdansa bisa membuat para pedansa profesional merasa malu.
Saat
dia mulai menari, aku bisa melihat mata Putra Mahkota yang melebar karena
terkejut.
Alex
tertawa dari dasar tenggorokannya.
“Haha.
Freed sangat terkejut.”
Glen
bereaksi terhadap kata-kata itu.
“Atau
lebih tepatnya, itu mengejutkan. Dia dipanggil Putri Phantom, jadi aku pikir
dia akan kurang baik dalam berdansa karena dansa adalah bagian dari pergaulan
kelas atas.”
“Hanya
saja dia tidak muncul di pergaulan kelas atas, meski dia menguasai semuanya
dengan sempurna.”
"Sepertinya
begitu. Itu adalah kehebatan yang luar biasa."
Glen
menghela nafas, kagum.
Sambil
mendengarkan pembicaraan mereka berdua, aku memerhatikan Lidi dan Putra Mahkota
dengan saksama.
Tak
perlu dikatakan lagi untuk Lidi, tapi Putra Mahkota juga cukup ahli dalam
berdansa. Melihat keduanya menari, secara misterius mereka terlihat cocok.
Setiap kali dia bergerak, gaun peraknya berkilauan.
Putra
Mahkota yang memeluknya terlihat sangat bahagia, mereka saling menatap, sangat
dekat, sepertinya Putra Mahkota mengatakan sesuatu padanya.
Tak
lama setelah itu, dia tersenyum.
…Sejujurnya,
melihat mereka berdua membuatku terbakar cemburu.
Menggigit
bibir dan mengepalkan tangan, aku menahan semua ini dengan sepenuh hati.
Setelah
dansa yang membuat mata semua orang tertuju pada mereka berakhir, gemuruh tepuk
tangan bergema.
Itu
berarti, penderitaanku akan segera berakhir.
Saat
aku merasa lega, Alex memanggilku.
“Oi!
Will. Aku akan pergi ke Lidi, kau juga ikut.”
“Alex…
Lakukan sesukamu, tapi itu…”
“Glen.
Diamlah! Jadi? Kau mau ikut, kan?”
Glen
menegurnya dengan panik, namun Alex tetap menatapku dan bertanya.
Aku
memahami mata itu, dia memintaku untuk mempersiapkan diri. Aku menghela nafas.
…Ya, aku mengerti. Kau
ingin menekankan bahwa aku harus ‘memulainya’ dari sekarang.
Aku
hanya bisa tersenyum pada teman masa kecilku yang begitu jahat ini.
“…Aku
harus pergi, bukan? Maka, aku akan pergi.”
Aku
hanya bisa menjawabnya dengan ‘iya’. Hanya itu.
Bahkan
kalau aku terbakar dalam nyala api neraka, aku tidak bisa menyerah pada cinta
ini.
“Bagus,
ayo cepat pergi. Lidi!!”
Bersama
dengan Glen, aku mengejar Alex yang sudah melangkah mendekati keduanya.
Mulai
sekarang, semua ini akan menjadi sebuah keharusan bagiku.
Lagipula
aku perlu mempersiapkan diriku sekali lagi, sambil memikirkan itu… Aku menghela
nafas panjang.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment