Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 63 – Dia dan Pesta Perayaan Kemenangan 1


[POV Lidi]

Saat kami memasuki tempat pesta perayaan kemenangan, rasa ingin tahu orang-orang mengarah kepada kami.

Begitu aku melangkah masuk bersama dengan Freed, dalam sekejap tempat ini menjadi ramai.

…Wow! Semua orang menatap tajam.

Tatapan yang menusukku terlalu menyakitkan.

Tapi, tidak ada gunanya mengkhawatirkan mereka. Aku melewati mereka dengan satu desahan, dan duduk di kursi yang diatur oleh Freed. Bagaimana pun juga, kursi itu adalah kursi Putri Mahkota… Tapi aku menyerah untuk berdebat dengan Freed untuk mengatakan bahwa aku masih tunangannya. Jadi aku tetap diam dan duduk.

Kukira ini tidak menjadi masalah karena ‘Bunga Raja’ sudah menarik perhatian banyak orang.

Aku merasa tatapan semua orang berkumpul di 'Bunga Raja' yang melakukan debut pertamanya di acara resmi ini.

Ketika aku mulai merasa tidak nyaman, Freed yang berada di sisiku berkata,

“Lidi, kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Sebaliknya, akan lebih baik untuk memamerkannya (Bunga Raja).”

“Tidak. Tidak peduli apapun itu, tidak mungkin…”

Aku menghela nafas pada Freed yang memiliki seringai jahat di wajahnya.

Pesta ini murni untuk merayakan kemenangan atas Invasi Tarim, bukan pesta debut pertunangan Putra Mahkota.

Sejujurnya, aku tidak ingin menonjol di pergaulan kelas atas lebih dari ini.

Meskipun ini bukan pesta malam yang biasa, rintangan yang tiba-tiba muncul padaku ini terlalu tinggi.

“Kita hanya perlu menyelesaikan salam dan berdansa, lalu ini akan berakhir. Aku juga tidak ingin tinggal lama di sini, jadi mari kita lakukan yang terbaik.”

"Iya…"

Karena Freed mengatakan jadwal yang harus dilakukan secara singkat, aku pun mengangguk ke arahnya.

Dengan kehadiran Freed yang menjadi aktor utama, suasana di tempat ini langsung berubah menjadi cemerlang.

Saat aku menenangkan diri dan mengamati tempat ini, tampaknya Kakak dan Will sudah berada di sini sejak tadi.

“Ah… Will ada di sini.”

Will yang memakai pakaian yang terlihat mirip dengan Freed sepertinya sedang berbicara dengan Kakak dan Glen.

Melihat sosok teman masa kecilku untuk pertama kalinya setelah sekian lama mengingatkanku bahwa dia juga kembali. Aku merasa sangat bersalah karena melupakannya.

Meskipun dia kembali dari pertempuran yang sama dengan Freed, aku melakukan hal buruk dengan melupakannya. Aku harus minta maaf nanti.

"Lidi, jangan panggil nama orang lain saat kamu bersamaku."

“Eh?”

Meskipun aku hanya bergumam pada diriku sendiri, sepertinya Freed yang berada di sebelah mendengarnya.

Aku tidak bisa menyembunyikan kebingunganku saat dia mengeluh dengan wajah cemberut.

"Tidak, aku tidak memanggilnya... Itu bukan masalah besar. Aku hanya bergumam sendiri."

“Aku tetap tidak suka. Kamu pasti tahu kalau soal dirimu, aku selalu berpikiran sempit. Jadi kumohon, jangan membuatku khawatir.”

“……”

“Kalau bisa, aku juga ingin Lidi berhenti melihatnya. Tidak masalah kalau akau memonopoli pandangan Lidi, bukan?”

Artinya dia ingin aku tidak mengalihkan pandangan darinya. Begitu?

Dengan mata mencela aku menatap Freed yang membuat permintaan tidak masuk akal itu.

“Tidak, itu tidak mungkin.”

"Aku mengerti. Tapi, aku ingin Lidi memahami perasaanku ini."

Seketika aku merasa takut dengan senyum gelapnya, rasanya seperti dia ingin menghukumku. Hukuman apa yang akan dia lakukan padaku? Menakutkan!

“…Aku mengerti, aku akan berhati-hati. Tapi kurasa ini bukan waktunya untuk membicarakannya.”

Kami bercakap-cakap dengan berbisik, tapi semua orang tahu bahwa kami sedang melakukan pembicaraan rahasia karena wajah kami begitu dekat. Aku perhatikan, kelakuan kami ini menarik lebih banyak perhatian.

Saat aku mencoba melarikan diri dengan panik, Freed tersenyum.

Pada saat itu, suara ‘kyaa!!’ bermunculan di seluruh tempat.

Itu adalah reaksi para nona bangsawan saat melihat senyum Freed.

Mungkin terbiasa dengan suara seperti itu, Freed tampaknya tidak peduli.

“Aku berpikir untuk memamerkan hubunganku dengan Lidi di depan semua orang. Jadi, biarkan aku melakukannya.”

Saat aku menjauh, dia berkata seperti itu, lalu mencium keningku.

Keributan di dalam aula pesta ini, kali ini membuatku ingin menangis.

Ah... Lagi-lagi aku menjadi pusat perhatian…

Setiap kali aku menghadiri pesta, aku selalu menjadi orang pemalu yang menghindar dari pandangan publik sebisa mungkin. Tapi sekarang semua itu hancur.

Dengan senyum lembut dan postur tubuh yang tak terputus, aku menunggu akhir dari penebusan dosa ini.

***

Dengan masuknya Yang Mulia Raja, pembukaan pesta perayaan kemenangan diumumkan.

Kemudian Freed mengeluarkan pidato sebagai perwakilan dari Keluarga Kerajaan kepada semua orang.

Sambil melihat Freed yang berbicara sebagai tokoh kunci dari kemenangan dan komandan pasukan, aku berpikir.

Ya. Dia benar-benar seorang pangeran.

Melihatnya memonopoli mata semua orang, aku sangat setuju bahwa dia adalah 'Putra Mahkota yang Sempurna'. Itu wajar karena aku selalu menghindarinya, alhasil aku hampir tidak pernah melihat Freed. Jadi aku merasa terkesan dengannya saat ini.

“Lidi, ayo kita berdansa.”

Saat Freed selesai berpidato, dia mengulurkan tangannya kepadaku, dan aku dengan patuh menerima ajakannya.

Karena aku mendengar bahwa aku harus menari sampai bagian pertama, dengan patuh aku mengikuti Freed, dan kami mulai menari di tengah lantai dansa.

Begitu kami mulai menari, mata Freed terbuka lebar seolah dia terkesan.

"Aku terkejut. Lidi pandai berdansa."

"Tentu saja."

Aku menertawakan Freed yang terkejut karena aku bisa berdansa dengan sangat baik.

Sebenarnya, di kehidupanku yang sebelumnya aku mempelajari kehidupan aristokrat seperti ini, aku sangat menyukai hal-hal yang khas dari bangsawan seperti dansa atau etika.

Karena seleraku itu, saat aku diberikan guru privat untuk pertama kalinya oleh Ayah, aku sangat senang karena akhirnya bisa belajar etika. Aku masih ingat, karena antusiasme aku itu guru privat sampai heran dan berkata bahwa ini adalah pertama kalinya ada seorang gadis yang sangat antusias untuk belajar etika.

Karena seleraku yang seperti itu dan harapan Ayah (Lidi menjadi Putri Mahkota), aku jadi bisa menguasai seluruh tata krama bangsawan dengan sempurna.

“Haha. Aku sangat pandai menari.”

"Sepertinya begitu. Semua orang terpikat oleh Lidi."

“Ah… Terima kasih.”

Tapi, Freed juga ahli dalam hal ini. Ketika aku menunjukkan keahlianku, dia langsung bisa memimpin langkah dalam berdansa. Etiket dansanya luar biasa.

Setelah kami menyelesaikan bagian dansa awal dengan mudah, tepuk tangan yang meriah bergema.

Dansa yang bermartabat ini memukau banyak orang. Meski merasa sedikit malu, aku meninggalkan lantai dansa dengan Freed.

Dengan itu sebagai isyarat, orang lain mulai berdansa satu demi satu.

“…Lelah.”

Melihat pesta perayaan kemenangan dimulai dengan aman, aku menarik nafas lega.

Ini pertama kalinya aku berada di pihak penyelenggara acara, tapi aku tidak pernah menyangka hal itu membutuhkan pertimbangan seperti ini. Seketika aku merasa lelah.

"Kerja bagus. Tapi, tahan sebentar lagi, ya. Ada orang yang ingin aku perkenalkan."

“Orang yang ingin Freed perkenalkan kepadaku? Siapa?"

“Kurasa itu tidak akan lama… Ah! Sebelum itu…”

“Lidi.”

Sebelum Freed bisa melanjutkan, aku mendengar Kakak memanggilku.

Dia sedang bersama Will dan Glen.

"Kakak."

“Yo, kita semua terlihat cocok berkumpul seperti ini.”

Persis seperti yang dikatakan Freed, semua orang yang berkumpul di sini memiliki masa depan yang menjanjikan.

Putra Mahkota, Pewaris Keluarga Duke sekaligus Komandan Divisi Penyihir, juga Pewaris Keluarga Duke sekaligus Asisten Putra Mahkota. Lalu ada juga, anak kedua dari Keluarga Duke, meski dia adalah anak kedua, tapi dia adalah salah satu Komandan Ordo Ksatria.

Karena masing-masing dari mereka adalah tipe keindahan yang berbeda, aku hanya bisa tersenyum pahit saat aku mendengar desahan dari semua orang.

Bahkan Kakakku, meski hanya demi penampilan, tapi dia memainkan peran dengan sempurna, tapi aku hanya bisa tertawa saat mengingat seperti apa sifat aslinya.

Semua orang ingin dekat dengan mereka, tapi sekarang setelah semua pria populer ini berkumpul, sebenarnya mereka adalah orang-orang yang sulit didekati secara proporsional.

Hanya dengan melihat situasi yang tak terduga ini dari kejauhan, tidak ada seorang pun yang mencoba mendekat.

Memanfaatkan itu, aku berbicara dengan nada biasa.

“Will, sudah lama tidak bertemu. Maaf, sebelumnya (Kejadian di Gerbang Transfer) aku tidak menyadarimu. Will juga sudah berjuang dengan baik. Terima kasih.”

“…Iya.”

“!! Haha!! Kau... Tiba-tiba memberikan pukulan terakhir... Seperti biasa penampilanmu (tidak peka) memang yang terbaik.”

Aku sedang berbicara pada Will, tapi untuk beberapa alasan Kakak yang tidak ada hubungannya dengan itu tertawa terbahak-bahak dan menepuk pundakku. Glen yang ada di sebelahnya juga memiliki ekspresi masam.

“Jangan sentuh aku. Aku tidak mengerti apa yang Kakak katakan... Yang lebih penting, Will apa kamu terluka? Kamu baik-baik saja?”

"…Tidak apa-apa."

Aku melepaskan tangan Kakak dari pundakku dan terus berbicara dengan Will.

Melihatku dan Will yang seperti ini, wajah Glen seperti berkata aku mengerti.

“Jadi begitu, ya… Aku mengerti.”

"Benarkan?"

Ketika Glenn mengangguk, untuk beberapa alasan Kakak menunjukkan wajah yang sangat puas.

Meski aku merasa kalau ekspresi itu menjengkelkan, aku mencoba berbicara dengan Will lagi, tapi sayangnya, aku tidak berhasil. Lenganku ditarik dari belakang.

“Ah…”

“…Lidi, terlalu dekat. Menjauhlah.”

Aku dipeluk dari belakang dan dibisikkan oleh Freed. Merasa nafasnya menggelitik leherku, aku menundukkan kepalaku.

Hya?”

“Ah… Jangan bersuara seperti itu… Apa Lidi lupa apa yang aku katakan sebelumnya?”

…Hukuman …Saat aku diingatkan akan kata itu, aku menggelengkan kepalaku dengan panik.

"Tidak, tidak, tidak, aku tidak bermaksud seperti itu!"

“Tidak peduli apa yang kamu pikirkan, itu tidak bagus. Lidi adalah tunanganku. Tidak boleh berselingkuh, mengerti?”

“Berselingkuh, katamu…”

Masih memelukku erat, Freed tidak membiarkanku pergi. Aku bisa merasakan mata dari banyak orang di aula ini terfokus pada tindakan Freed. Meski merasa tidak tahan dengan semua ini, dengan enggan aku kembali berbicara dengan Will.

“Syukurlah kamu tidak terluka. Ah, benar… Aku membuat makanan baru, pastikan untuk segera berkunjung… Ah, tunggu… Freed?”

“Ah, benar. Pamanku dan istrinya sepertinya datang dari jauh, kita harus segera memberi salam kepada mereka.”

Aku ditarik secara paksa dari Will.

Aku pikir, tidak ada gunanya menentangnya. Jadi aku memanggil Will untuk terakhir kalinya.

“Selamat tinggal, Will. Sampai nanti!”

“Lidi?”

"Hiiii…"

Freed memelototiku dengan wajah tersenyum yang menakutkan. Aku menguatkan diri karena terlalu takut.

Mengambil keuntungan dari diriku yang tidak bergerak, dengan cepat Freed membawaku pergi.

Kakak dan Glen yang menyaksikan kejadian ini berbicara dengan berbisik.

"Lihat? Itu di luar ekspektasi, bukan?"

“Kau benar. Atau lebih tepatnya… Putri memang seperti itu…”

“Itulah kenapa aku bilang kalau dia itu bodoh.”

"Kakak juga, sedikit... Ah! Tidak, apapun yang Kakak katakan sekarang ini tidak ada gunanya."

Sepertinya mereka berbicara dengan berbisik-bisik, tapi aku bisa mendengar beberapa kata dari pembicaraan mereka.

Dasar Kakak bodoh! Siapa yang kau sebut bodoh!? Dasar bodoh!!

Meskipun aku ingin mengatakan kata-kata itu, tapi Freed yang menyeretku pergi saat ini terlihat sangat menakutkan, jadi aku harus mengurungkan niatku.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?