Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Lidi]
Aku
memutuskan untuk menyerahkan percakapan kepada mereka, dan menikmati teh.
Persetan dengan pertemuan
ini. Mari kita nikmati teh yang
enak.
Aku membiarkan keduanya, dan aku minum teh sebelum tehnya menjadi dingin. Lalu, aku melihat ke arah manisan yang disajikan dengan teh.
Aneka macam
manisan tertata dengan apik di atas meja. Di antara semua
manisan itu, aku memilih kue coklat
dan memakannya. Rasa manis yang lembut dengan sedikit rasa pahit menyebar,
rasanya enak, sampai ke tingkat yang mengejutkan.
Spontan aku mendesah
kagum.
Aku tahu ini
kebiasaan buruk untuk memikirkan bagaimana kue ini dibuat, tapi aku tidak bisa menghentikan
rasa penasaranku.
Aku
terpesona oleh resep yang rumit.
Seperti yang
diharapkan dari Koki Kerajaan. Kemampuan mereka sangat mengesankan.
Hal berikutnya yang aku ambil dari piring adalah manisan yang dipanggang.
Segera setelah aku menggigitnya, aku membuka mata lebar-lebar karena teksturnya yang sangat ringan.
Rasa manis yang
moderat ini
membuat nafsu makan
menjadi semakin naik.
Inilah
kenapa rasa penasaranku tidak bisa berhenti.
Dan sekali lagi, ini
adalah mahakarya. Luar biasa.
Aku
benar-benar mulai bersenang-senang, aku meraih cokelat dengan penuh semangat.
…Wow, ini juga enak.
Begitu aku memasukkannya ke dalam mulutku, cokelat ini
meleleh dengan lembut di lidahku.
Rasanya, seluruh tubuhku telah kehilangan kekuatannya karena aroma kakao yang lembut bersama dengan rasa manis yang luar biasa. Aku senang.
Bravo. Seperti yang
diharapkan, manisan yang disiapkan untuk pesta teh dengan Putra Mahkota
benar-benar berbeda.
Bahkan rasa cokelat
ini agak berbeda, seperti yang kuduga, hal yang membuat ini berbeda
adalah pembuatannya yang halus dan tidak
berbelit-belit.
Aku
kehilangan kata-kata. Sempurna. Pekerjaan yang sempurna.
Ah, bahagianya.
Aku terus mengunyah tanpa memikirkan apa pun. Lalu,
aku mengambil cangkir teh.
Ah, tehnya
sudah habis. Aku harus menuangnya lagi.
…Enak. Luar biasa.
Dan saat aku sedang
menikmati Pesta Teh dengan nyaman, pada saat itulah aku menyadari bahwa suara
yang sejak tadi kudengar, perlahan-lahan suara itu menjadi mereda.
Aku pun bertanya-tanya
apa
yang terjadi. Dengan kue cokelat yang enak, yang masih ada di mulutku, aku pun
mengangkat kepalaku untuk
melihat bahwa
kedua Putra Mahkota
itu
sedang menatapku dengan
wajah tercengang.
Aku pun
buru-buru mengunyah dan menelan kue coklat yang
ada di mulutku.
Memiringkan kepalaku,
aku bertanya pada Freed.
“…Nnn… Apa
ada sesuatu yang salah, Yang Mulia?”
Aku sedikit bingung.
Meski begitu, aku tetap bertanya. Freed mengedipkan matanya.
Tampak
dia
merasa sedikit malu saat
dia menjawab pertanyaanku itu dengan pertanyaan.
“Lidi… Apa
selama ini kamu makan saat kami ngobrol?”
“…Ya… Apakah ada
masalah?”
“Tidak, tentu saja
aku tidak keberatan, tapi…”
Aku
tidak berpikir bahwa aku telah melakukan pelanggaran etiket.
Selama percakapan,
seseorang bebas untuk makan dan minum, terlebih, mereka berdua kan terus
berbicara dan mengabaikan aku.
Kalau aku harus mengatakannya, maka itu berarti aku
bebas.
Jadi,
aku menikmati Pesta Teh sendirian agar aku tidak menjadi penghalang di percakapan
mereka, tapi sekarang
aku menjadi bertanya-tanya, apa aku melakukan sesuatu yang salah?
Saat aku memiringkan
kepalaku dengan bingung karena tidak mengerti apa maksudnya, Putra Mahkota Maximillian langsung menatapku seolah aku membangkitkan minatnya.
Dia benar-benar sebuah kecantikan yang luar biasa. Dia terlihat seperti patung es yang dibuat dengan baik.
Itu bukan seleraku, tapi pasti ada orang yang menganggapnya tak tertahankan.
…Seperti,
para penggemar yang
suka dilecehkan secara verbal, dan
sejenisnya.
“…Apakah Putri itu adalah tunanganmu?”
“Itu benar. Kamu sendiri yang meminta kehadirannya, bukan? …Tunanganku, Putri Lidiana.”
Itu adalah suara yang tajam,
suara yang benar-benar berbeda
dari yang ditujukan kepadaku.
Meski begitu, dengan
enggan Freed memperkenalkanku kepada Putra Mahkota Maximillian.
Lega karena giliranku
akhirnya tiba, aku pun berbicara.
“Salamnya telah
tertunda… Saya Lidiana. Senang
berkenalan dengan Anda, Yang Mulia Putra Mahkota Maximillian.”
“Putri Lidiana. Jika
ingatanku dengan benar, kamu adalah satu-satunya anak perempuan dari Keluarga Duke yang terkemuka… Aku mengerti.”
Tatapan menilainya itu tidak menyenangkan. Berpikir begitu, aku pun
menundukkan kepalaku dan melihat ke bawah.
Freed yang duduk di
sebelahku mengangkat suara seolah menahan Putra Mahkota
Maximillian.
“Bisakah
kamu tidak menatapnya dengan mata yang sangat tidak menyenangkan itu. Aku tidak
suka tunanganku ditatap dengan tatapan menilai seperti itu.”
“…Maafkan
ketidaksopananku.
Itu sudah
menjadi sebuah kebiasaan. Seharusnya kamu juga
mengerti, ini adalah efek negatif dari menjadi seorang Putra Mahkota.”
Freed memalingkan
pandangannya yang
dingin ke arah Putra Mahkota Maximillian saat dia menyatakan permintaan maaf yang tidak
mungkin bisa
disebut sebagai permintaan maaf. Itu bukanlah suara manis yang selalu kudengar, itu adalah
suara dingin yang terasa seperti akan memotongmu.
“Aku
penasaran. Putra Mahkota Maximillian,
aku
tahu bahwa kamu sedang mencari Permaisuri untuk dirimu sendiri. Dan aku tahu
bahwa Sahaja rakus akan apa
yang dimiliki orang lain. Jadi aku akan memperingatkanmu terlebih dahulu, jika kamu ingin naik takhta dengan aman, maka jangan
punya ide yang aneh.”
“Kamu sangat
bersemangat, Putra Mahkota Frederick. Kamu memang gila seperti yang dikatakan
rumor. Kamu telah menghiburku dengan bercakap-cakap sejak beberapa waktu yang lalu, apakah itu karena kamu tidak ingin aku berbicara dengan tunanganmu? Sungguh sebuah perubahan yang besar untuk seorang Putra Mahkota yang tidak pernah memiliki keterikatan pada siapa pun.”
“Jika kamu mengerti
itu, tolong
jangan membuatku tidak senang lagi. Oh iya, minta saja
Selirmu untuk menghiburmu, kurasa orang yang bahkan tidak peduli siapa yang
dirinya ‘peluk’ tidak akan memahami perasaanku.”
Setelah mengatakan kata-kata itu dengan jelas, Freed menunjukkan senyum kejam.
Putra Mahkota Maximillian pun mengangguk sambil melihat Freed yang
seperti itu.
“Aku tahu. Tentu saja, aku tidak ingin berkelahi
denganmu di keadaanmu yang seperti sekarang ini. Aku tidak ingin kehilangan
10.000 tentaraku dalam sekejap. Tapi, Putri Lidiana, kan? Aku menyukai kepercayaan
dirinya. Aku tidak pernah menyangka ada seorang perempuan yang dengan tenangnya
bisa menikmati manisan disaat kita berdua sedang berbicara.”
“……”
Putra Mahkota Maximillian menatap ke sini seolah mengamatiku.
Aku
tidak bisa tenang. Entah kenapa, aku jadi
merasa seperti hewan yang berada di laboratorium.
Apa pun itu, aku mengerti 1 hal.
Rupanya, seharusnya aku
tidak menikmati Pesta Teh sendirian.
Tapi kalau
seperti itu, lalu bagaimana aku harus menghabiskan waktuku di pertemuan ini?
Padahal aku tetap diam seperti yang diminta, sungguh
tidak masuk akal.
“Atau haruskah
aku menyebutkan keberaniannya. Benar-benar
menarik…”
“Berhenti. Aku tidak
akan mentolerir lagi.”
Dengan tegas, Freed membungkam
Putra Mahkota Maximillian.
Melihat
itu, Putra Mahkota Maximilian pun
mengangguk sambil mengeluarkan
suara, Hmm.
“Tentunya
tunanganmu akan menghadiri pesta
malam ini, kan?”
“Sayangnya
iya. Jika kamu
sudah mengetahuinya, untuk apa bertanya?”
Meski Freed
mengerutkan kening, Putra Mahkota Maximillian mengangguk dengan ekspresi wajah yang tidak berubah.
“Aku hanya memastikan. Kalau begitu, Putra Mahkota Frederick,
maukah kamu meminjamkan aku tunanganmu malam ini. Aku ingin berdansa 1 lagu
dengannya, apakah ada masalah dengan itu?”
Ughhh.
Aku muak dengan
tatapan dinginnya
yang selalu tertuju padaku.
Tidak peduli betapa
cantiknya dia, aku benar-benar benci berdansa dengan pria yang memiliki
tatapan seperti itu.
Tapi, aku ingat.
Tentu saja, sebenarnya
aku tidak harus berdansa 1 lagu dengan pria
ini.
Tapi aku yakin saat aku mendapatkan penjelasan tentang
pesta, aku diberitahu bahwa aku akan berdansa 1 lagu dengannya.
Akhirnya di dalam benakku, aku menundukkan kepalaku
karena kecewa. Aku benci karena harus berdansa dengannya.
Akan sangat mudah jika aku bisa menolak untuk berdansa
dengannya hanya dengan tersenyum.
Tapi lebih dari cukup bagiku untuk mengerti bahwa hal
itu tidak mungkin untuk dilakukan, meski begitu aku tetap tidak melepaskan
harapan.
Namun, tampaknya
Putra Mahkota Maximillian tidak melewatkan kedutan yang
ada di wajahku.
Dia membuka matanya lebar-lebar karena tertarik dan tertawa kukuku.
Tapi, tatapan
matanya tetap tenang.
Tawanya itu datang di waktu yang tepat, tapi sebaliknya, aku malah mundur.
“Apakah kamu sangat
benci berdansa denganku, Putri? Ini adalah pertama kalinya aku dihadapkan dengan reaksi seperti itu… Meski
tidak terlihat seperti itu, tapi aku sadar bahwa para wanita menyukai wajahku.”
“…Maaf
atas ketidaksopanan saya.”
Putra Mahkota Maximillian sangat menyadari nilai wajahnya.
Yah, itu wajar.
Tapi, aku berharap dia tidak berpikir bahwa
semua orang akan jatuh cinta dengan kecantikannya.
Setidaknya aku
ingin menegaskan bahwa aku sama sekali tidak tertarik.
Tapi, sekilas aku
bisa mengenali nilai dari seragam militernya. Itu sungguh
luar biasa.
Aku ingin mengetahui seperti apa pola pakaiannya.
“Dia juga tidak tertarik
dengan wajahku. Merupakan kesalahan besar jika kamu pikir kamu bisa membuatnya
jatuh dengan wajah.”
“Hou, ini
menjadi semakin menarik.”
Mendengar kata-kata
Freed, Putra Mahkota Maximillian menyipitkan matanya.
…Kenapa?
Aku
merasa udara di sekitar mereka menjadi semakin dingin. Padahal pengatur suhu
ruangan seharusnya bekerja dengan baik, tapi aku merasa cukup kedinginan sampai
menggigil. Ap aitu hanya imajinasiku saja?
"Putra
Mahkota Frederick, tolong biarkan aku berdansa dengannya."
“Dari awal memang ada
rencana untuk berdansa bersama. Seharusnya
kamu sudah mengatahui hal itu, apa alasanmu sengaja bertanya?”
“Membosankan.
Aku hanya ingin melihat bagaimana reaksimu.”
Sambil mengangkat
bahu, Putra Mahkota Maximillian mengungkapkan rahasianya dengan mudah.
Freed merengut
padanya dan menghela napas.
“…Kamu benar-benar
memiliki sifat yang buruk.”
"Aku tidak ingin
dikatakan
seperti itu olehmu, orang yang bisa menghancurkan pasukan militer
kami hanya dalam satu serangan."
“Kamu menuai apa yang kamu tabur. Lagi pula, kalianlah yang selalu terburu-buru terlebih dahulu. Aku hanya melindungi negaraku.”
Sudah waktunya, setelah mengatakan itu Freed pun berdiri. Putra Mahkota Maximillian mengangguk dan melakukan hal yang sama.
Aku tidak bisa diam
saja disaat mereka berdua berdiri, jadi aku pun langsung ikut berdiri.
Aku menatap
jam di dinding, ini memang sudah waktunya untuk mengakhir
sesi pertemuan sesuai dengan
jadwal.
“Kamu bertemu
dengannya seperti yang kamu inginkan. Jika kamu sudah menyelesaikan urusanmu, maka pergilah.”
“Itu benar. Aku tidak memiliki niat untuk memprovokasimu lagi. Baiklah, kalau begitu permisi. Lalu, Putri Lidiana, aku harap aku dapat bertemu denganmu di pesta malam ini.”
“…Tolong perlakukan saya dengan baik.”
Putra Mahkota Maximillian membungkuk, dan memunggungi kami dengan antiklimaks.
Bersama dengan Duke
Pellegrini dan para penjaga yang telah menunggu di depan pintu, dia pergi
dengan gagah, sama seperti saat dia datang.
Pintu tertutup.
Dan aku pun
menjadi sendirian dengan Freed. Saat aku berpikir demikian, aku kehilangan kekuatan dan kembali duduk di kursi.
Setelah menderita
dari tatapan dan aura yang dingin dari pria itu, kelelahan pun menguasaiku.
“Aku… Aku lelah…”
“Kerja bagus, Lidi.”
Freed berjongkok dan
menggenggam tanganku yang lemas. Sambil mencengkeramnya kembali, aku menghela
nafas.
“…Sungguh orang yang
mengerikan.”
“Itulah sebabnya aku berkata seperti itu. Dia adalah pria yang menyusahkan. Apa kamu baik-baik saja?”
“…Aku baik-baik saja. Tapi apa yang harus kulakukan? Mungkin dia jadi tertarik padaku.”
Aku berpikir kalau
aku melakukan kesalahan, jadi aku menundukkan telingaku, lalu Freed memelukku untuk
menghiburku.
“Kamu
tahu… Dalam mimpi
terliarku, aku pun tidak menyangka bahwa Lidi akan dengan santainya menikmati teh dalam suasana seperti tadi.”
Lidi, kamu
benar-benar, saat Freed tertawa pahit seperti itu, aku pun jadi merasa tertekan.
“…Kalau
begitu, haruskah aku memperhatikan
wajahmu dengan terpesona?”
Bagaimanapun, sebagai
seorang wanita, tindakan seperti itu akan tampak lebih alami.
Tapi, meski aku
menikmati pemandangan
sekilas di
mana Freed dalam seragam militer, wajah
Putra Mahkota Maximillian bukanlah pemandangan yang menyenangkan.
Saat aku menatap
Freed dengan
rasa
cela, dia tertawa dengan pahit sambal
berkata bukan begitu dan
menggelengkan kepalanya lagi.
“Jangan mengatakan
hal-hal yang tidak mungkin. Lagi pula, Lidi tidak menunjukkan minat setelah melihat Putra
Mahkota Maximillian
untuk yang pertama kalinya. Dan setelah itu pun, kamu tidak menatapnya lagi. Itu saja sudah cukup untuk membangkitkan minat pria itu.”
“…Eh… Habisnya, selain dari pakaiannya, tidak ada lagi yang patut diperhatikan.”
Dia tipe pria cantik berfitur bagus yang berbeda dari Freed, tapi aku
tidak tertarik dengan wajah yang dingin seperti itu.
Tapi, setidaknya aku
bisa mengamati pakaiannya dengan baik.
Saat aku berbicara tentang itu dengan bangga, Freed
yang kebingungan pun berkata jadi begitu, ya.
Aku tidak bisa mengakui bahwa diriku tergila-fila
dengan Freed yang memakai seragam militer Sahaja di imajinasiku, tapi aku tidak
merenungkan hal itu. Apa pun bentuknya, seragam militer adalah keadilan.
Apa salahnya
tergila-gila dengan itu?
“Haa… Ya
ampun, Lidi. Kamu selalu melebihi dugaanku… Tapi, aku menentangnya karena aku tahu bahwa ini pasti akan terjadi.”
Lagi
pula, ini menyusahkan, keluh Freed.
Bahkan jika aku
diberitahu seperti itu,
aku juga tidak ingin bertemu dengannya.
Berpikir bahwa
aku harus bertemu dengannya lagi di
pesta malam, rasanya aku
menjadi depresi.
“…Hei, Freed. Aku mengerti kalau itu tidak mungkin, tapi apa aku harus berdansa dengan Putra Mahkota Maximillian?”
“Hm? Lidi, kamu membenci Putra Mahkota Maximillian?”
"Aku tidak akan berlebihan
seperti itu, tapi aku tidak
suka orang seperti dia."
Aku benci mata
menakutkannya yang
seperti es itu.
Dia tersenyum
beberapa kali, tapi itu sama sekali bukan perasaannya yang sebenarnya.
Aku
mengerti,
dan dengan tenang aku
mengamati bagaimana dia bereaksi.
Perasaanku yang
sebenarnya terungkap
saat
aku memikirkan bahwa aku tidak ingin terlalu dekat dengannya.
Melihatku yang
seperti itu, Freed menggelengkan kepalanya
dengan wajah menyesal.
“Maaf.
Aku
juga tidak menyukai hal itu, tapi itu adalah hal yang sudah diputuskan. Tapi, ayo
kita selesaikan hal itu sesegera mungkin dan pergi meninggalkan pesta lebih
awal. Bagaimana kalau kita
bersantai di pemandian yang ada di Istana Kerajaan untuk menghilangkan penat?”
“Pemandian.
Mungkin itu
bagus.”
Sudah pasti penatku akan hilang dengan itu. Aku diizinkan untuk menggunakan pemandian yang ada di Istana Kerajaan beberapa kali, itu
cukup lebar untuk berenang. Satu-satunya kekurangannya adalah ada banyak pelayan yang menemaniku, tapi mandi di tempat pemandian setelah melewati hal yang tidak menyenangkan seperti
ini pasti akan terasa menyenangkan.
“Kalau begitu, ayo
kita pergi ke sana bersama-sama.”
"Eh...?"
“Tidak apa-apa. Aku
akan menyuruh para pelayan untuk pergi, hanya ad akita berdua saja. Tidak ada
orang lain yang akan melihat.”
“Tidak, bukan itu…”
Aku melongo mendengar
kata-kata Freed.
Mandi bersama? Tidak
mungkin, ‘bermain’ saat mandi? Aku belum pernah mengalaminya, bahkan di kehidupanku yang sebelumnya? Eh? Tidak, apa ini tidak
apa-apa?
Tidak, tidak, seperti
yang diharapkan dari Freed, dia tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu, terlebih di pemandian Istana Kerajaan… Aku ingin percaya bahwa
dia tidak akan melakukannya.
Saat aku panik, Freed
mencium pipiku dan berdiri.
Dia mengulurkan
tangannya padaku.
“Ayo, kita bisa sedikit bersenang-senang setelah pesta malam,
jadi bagaimana
kalau kita bertahan sedikit lagi?
Serahkan saja padaku.
Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu, Lidi. Kamu bisa merasa aman.”
“Bersenang-senang katamu… Aku belum menjawab… Huftt.”
Kata-katanya yang manis tapi serius itu membuatku tersenyum.
Jika Freed berkata
begitu, maka semuanya akan baik-baik saja.
Merupakan hal yang natural jika aku merasa baik-baik
saja jika aku berada di sisinya.
Soal mandi itu… Hmm, aku malu, tapi mau bagaimana lagi.
“Ya, aku percaya
padamu.”
Aku mengambil uluran tangan Freed dan berdiri.
Melihat senyum lembut
Freed, rasanya
seperti ada sesuatu yang
memenuhi dadaku.
Rasa geli apa ini?
“Lidi?”
Saat aku menatapnya
dalam diam, dia memanggilku dengan suara penasaran.
Pandanganku beralih
ke bibirnya. Melihat bibirnya yang tipis dan kencang, entah kenapa aku merasa
ingin menyentuhnya.
Mengikuti perasaan itu, aku meletakkan tanganku di dadanya dan mengangkat tumitku.
Berdiri berjinjit,
dengan suara
kecupan, aku menjatuhkan
ciuman yang tidak lebih dari menempelkan bibir.
"...Eh?"
Saat keterkejutan
menguasai Freed, meski sedikit malu, aku tersenyum.
Mungkin
ini
adalah pertama kalinya aku melakukan sesuatu yang sepihak seperti ini.
Ya. Sesekali
melakukan sesuatu yang
seperti ini tidaklah buruk.
Mungkin ini terlambat, tapi melihat wajahnya yang menjadi sedikit memerah, sangatlah lucu –begitulah pikirku.
***
Translator Note: Cek ombak. Masih ada yg baca kah???
***
JUST INFO, Akun Trakteer kami (SeiRei Translations) lg dibekukan sama pihak Trakteer-nya, dan hingga kini masih blm ada kabar lg. Utk berjaga-jaga jikalau akun itu ga bs balik, kami pun membuat akun baru. Klo mau traktir kami, bisa langsung aja ke SINI, yaa~
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment