Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 84 – Pengamatan Pelayan Istana


[POV Annie/Pelayan]

“Mengerti? Tugas kalian adalah melayani calon Putri Mahkota dengan sepenuh hati. Kebahagiaan keduanya terhubung dengan masa depan negara kita. Oleh karena itu, layanilah mereka dengan hati-hati. Kalian mengerti, kan?”

Seperti yang diberitahukan Kepala Pelayan Wanita kepada kami dengan wajah serius, kami berlima, orang-orang yang telah dipilih sebagai pelayan Putri Mahkota membungkuk dalam-dalam.

***

Terlahir sebagai putri kedua dari keluarga pedagang yang kaya raya, aku memasuki Istana Kerajaan sebagai seorang pelayan, sudah beberapa tahun berlalu. Tentu saja, saat itu rumor tentang Putra Mahkota yang Sempurna sudah terkenal, ketampanan yang sempurna ditambah dengan kepribadian yang tenang membuatnya menjadi objek dambaan seluruh perempuan yang sudah memasuki usia untuk menikah di negeri ini.

Putra Mahkota yang sesekali kulihat adalah pria yang sangat tampan. Bersama dengan ajudan dekatnya Tuan Alexei yang ada di sisinya, desahan kekaguman yang para perempuan timbulkan adalah hal yang biasa terjadi.

Tapi saat semua teman-teman pelayanku terpesona, hanya aku seorang yang menganggap bahwa Putra Mahkota itu menakutkan.

Beliau selalu tersenyum, meski matanya tidak menunjukkan bahwa dia tersenyum.

Matanya seperti lautan dalam yang tidak mencerminkan siapa pun.

Aku akui bahwa beliau adalah orang yang sangat tampan, tapi matanya yang tidak menunjukkan minat pada apa pun membuatku takut.

Mau tak mau, aku merasa aneh, kenapa jantung semua perempuan bisa berdetak kencang saat melihatnya.

Dengan alasan seperti itu, sebisa mungkin, aku selalu menghindari Putra Mahkota.

Aku sudah bersusah payah untuk menjadi Pelayan Istana. Selama pelayananku, aku berharap untuk diperkenalkan dengan pasangan hidup yang baik. Tidak mungkin aku ingin berada di dekat orang yang membuatku takut.

…Meski begitu,

“Annie, kamu akan ditunjuk sebagai pelayan Permaisuri.”

Suatu hari, aku dipanggil oleh Kepala Pelayan Wanita, Nona Grimm. Dan yang lebih buruk lagi, aku dipilih sebagai pelayan Permaisuri.

"Sa… Saya?"

“Tepat sekali. Rencananya, aku akan memilih 4 pelayan lagi. Untuk saat ini, Permaisuri masih datang ke sini sesekali, tapi dalam setengah tahun beliau akan secara resmi menikahi Yang Mulia Putra Mahkota dan memasuki Istana Kerajaan. Sampai saat itu, berusahalah untuk mendapatkan kepercayaan dari Permaisuri sebanyak mungkin.”

"Ba… Baik."

Sebagai seorang pelayan wanita biasa, aku tidak bisa menolaknya. Normalnya, ini merupakan sebuah promosi. Itu artinya, aku akan menjadi Pelayan Istana yang melekat pada Permaisuri.

Lalu, saat aku memberitahu Ayah dan Ibu, keduanya sangat gembira.

Tapi, aku malah merasa takut.

Berada di dekat Permaisuri, itu artinya aku juga harus bertemu dengan Putra Mahkota. Saat aku memikirkan mata Putra Mahkota yang seakan tidak memandang siapa pun, aku tidak bisa merasa senang.

Itu sebabnya, saat aku pertama kali melihat Putra Mahkota bersama Permaisuri, aku benar-benar terkejut. Bahkan bisa dibilang kalau aku merasa syok.

Wajah Putra Mahkota, saat beliau menatap Permaisuri dengan mata terpesona, sungguh manis bagaikan air yang dipenuhi gula, itu benar-benar berbeda dari ekspresi wajah beliau di masa lalu yang tidak manusiawi.

"Yang Mulia Putra Mahkota sangat menyukai Permaisuri."

Aku ingat bahwa Kepala Pelayan Wanita mengatakan bahwa itu bukanlah pernikahan politik. Putra Mahkota sendiri yang menginginkan pertunangan itu.

Saat aku melihat sikap Putra Mahkota yang tergila-gila pada Permaisuri dengan mata kepalaku sendiri, aku pun tersadar bahwa cerita yang tidak terpikirkan itu ternyata benar.

Sejujurnya, aku merasa lega.

Putra Mahkota yang menyukai Permaisuri tidaklah menakutkan.

Berpikir begitu, kurasa entah bagaimana aku bisa mengaturnya.

***

Mengencangkan korset untuk mempersiapkan Permaisuri.

Karena hari ini beliau akan menghadiri pertemuan dengan tamu dari negara asing, Kepala Pelayan Wanita sangat bersemangat sejak pagi.

Tekadnya menyebar kepada kami.

Aku baru bertemu dengan beliau beberapa kali, tapi Permaisuri terlihat seperti orang yang ramah.

Beliau berbicara padaku dengan senyum ramah di wajahnya.

Awalnya, aku bingung dengan kejujurannya yang tidak sesuai dengan sikap Putri dari Keluarga Duke yang terkemuka, tapi akhirnya aku mengerti bahwa beliau adalah orang yang berhati besar.

Tubuh yang ramping dan anggun.

Kulitnya bertekstur halus, seperti yang diharapkan dari Putri Duke. Semua itu membuatku mendesah kagum.

Hal yang patut untuk disebutkan secara khusus adalah pinggangnya yang ramping.

Pinggang Permaisuri sangat ramping sampai bisa disebut sebagai harapan para gadis.

Sangat disayangkan bahwa aku masih harus mengencangkan korsetnya, tapi ini berhasil. Tepat seperti yang diperintahkan Kepala Pelayan Wanita, aku mengencangkan korsetnya sebanyak 3 cm lagi.

Demi kehormatannya, aku akan berpura-pura tidak mendengar Permaisuri mengerang “Gufu.

Yang lebih penting,

Hal yang paling mengejutkanku adalah memar merah yang tersisa di seluruh tubuh Permaisuri.

Ajaibnya memar merah itu tersebar di tempat-tempat yang bisa disembunyikan oleh gaun.

Tentu saja, aku tidak akan berpura-pura tidak tahu apa itu.

Permaisuri yang sudah memiliki 'Bunga Raja', bukti pernikahan itu, sudah terukir. Jadi tentu saja, beliau sudah menghabiskan malam bersama Putra Mahkota.

Di pagi hari saat aku menyiapkan sarapan, bahkan jika aku tidak menginginkannya, aku bisa melihat jejak cinta mereka di tubuh Permaisuri. Tidak diragukan lagi, Putra Mahkota adalah orang yang membuat memar merah itu.

Melihat obsesi Putra Mahkota yang seolah mengklaim Permaisuri, itu membuatku malu. Begitu juga dengan 4 pelayan lainnya.

Karena tampaknya Permaisuri tidak menyadarinya, maka tidak ada dari kami yang berbicara, tapi kami berusaha menghindari menatap wajah Permaisuri sebanyak mungkin.

Dengan korset yang dikencangkan dan gaun indah yang dikenakan, Permaisuri duduk di depan cermin dan kami berlima menata riasan dan rambutnya.

Fitur wajah Permaisuri yang jernih, membuatnya cocok dengan riasan. Seperti yang diinstruksikan oleh Kepala Pelayan Wanita, beliau dihias dengan cantik.

Hasilnya tidak perlu dikatakan. Dengan sumber yang baik, tentu saja derajat kesempurnaannya juga meningkat.

Melihat Permaisuri berdiri di depan cermin sekali lagi, kupikir waktu yang dihabiskan sangat berharga.

Di saat yang bersamaan, Putra Mahkota datang menjemputnya. Kami menundukkan kepala.

Putra Mahkota yang mendekati Permaisuri hanya memandangnya dan memuji hasilnya.

Permaisuri memerah dan menundukkan kepalanya.

Sikapnya yang malu-malu sangatlah manis. Jauh di lubuk hatiku, aku terkejut.

…Begitu, ya. Kurasa aku sedikit memahami perasaan Permaisuri.

Sepertinya Permaisuri yang bersikap seperti itu adalah saat di mana Permaisuri terpikat oleh Putra Mahkota, beliau melihat tunangannya dengan gembira. Dengan tatapan Permaisuri yang penuh gairah, dengan senang hati Putra Mahkota balik menatapnya sambil tersenyum. Mereka berada di dunia mereka sendiri.

Udara manis yang tak tertahankan pun masuk. Putra Mahkota dengan lembut memeluknya.

Aku benar-benar tidak tahan.

Merasa tidak bisa menahannya lagi, aku mengalihkan pandanganku ke sekeliling, tapi ternyata aku hanya bisa melihat para pelayan lain yang menunduk dengan wajah merah.

Tanpa memedulikan kami, udara manis di antara mereka tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

Mereka saling menatap pada jarak di mana bibir mereka akan bersentuhan kapan saja, segera bibir mereka tumpang tindih.

Ciuman mereka berakhir hanya dengan mematuk beberapa kali saja.

Tidak bisa menahan diri, Putra Mahkota menopang kepala Permaisuri dengan tangannya seolah mendesak beliau.

Permaisuri juga memeluk Putra Mahkota seolah ingin menanggapi dan membuka mulut kecilnya.

Saat melihat ciuman manis mereka yang dalam, semua orang menunduk sedalam-dalamnya.

Suara kecupan yang basah mencapai telingaku. Aku mengangkat kepalaku untuk mencuri-curi pandang, aku melihat Permaisuri menjulurkan lidahnya, menanggapi Putra Mahkota.

Normalnya, itu adalah tindakan yang tidak sopan.

Tapi entah kenapa, itu terlihat luar biasa. Aku tidak bisa menganggap bahwa itu adalah tindakan yang tidak sopan.

Ciuman yang tidak menunjukkan tanda-tanda berakhir akhirnya dihentikan oleh batuk yang disengaja dari Kepala Pelayan Wanita yang tidak tahan.

Putra Mahkota tampak tidak puas, tapi Permaisuri memerah dan gemetar.

Sepertinya kita benar-benar dilupakan.

Penampilan Permaisuri yang malu-malu sangatlah cantik. Terlebih lagi, melihat Putra Mahkota yang menatap Permaisuri dengan lembut seperti itu, membuatku merasa bahwa aku bisa melakukan apa saja untuk mereka.

Bagaimanapun, itu adalah hal yang menggembirakan, sepertinya masa depan negara ini akan cerah.

Setidaknya dengan bagaimana mereka bersikap, tampaknya mereka tidak akan hanya berperan (akting) sebagai pasangan suami istri.

Bahkan sekarang, dengan betapa jatuh cintanya mereka, rasanya aku sampai malu untuk menatap mata mereka.

Tidak ada keraguan bahwa di masa depan, mereka akan menjadi pasangan penguasa yang akrab dan bahagia.

Sebagai seorang warga negara, aku merasa bahagia. Aku memiliki harapan yang tinggi untuk masa depan.

Aku membungkuk kepada keduanya saat mereka pergi ke pertemuan, bersama dengan semua orang, aku mengantar mereka pergi.

Aku merasa lega melihat mereka berbicara dengan gembira sambil terkadang menyatukan wajah mereka.

Itu adalah fakta terkenal bahwa Yang Mulia Raja khawatir tentang Putra Mahkota yang tidak tertarik pada perempuan.

Sekarang, melihat betapa bergairahnya beliau akan cinta, rasanya seperti fakta itu hanyalah sebuah kebohongan belaka. Yang Mulia Raja pasti merasa lega.

Aku ingin mendukung Putra Mahkota dan Permaisuri sebanyak yang kubisa.

Setelah melihat mereka barusan, aku ingin melindungi kebahagiaan mereka. Aku berpikir begitu dengan penuh keyakinan.

Ketakutanku terhadap Putra Mahkota benar-benar hilang, dan aku melakukan kontak mata dengan teman-temanku.

Masing-masing dari mereka mengangguk dengan wajah bersemangat. Sepertinya kami merasakan hal yang sama.

Dengan hati kami yang menjadi satu, pertama-tama, kami semua bersumpah untuk mendapatkan kepercayaan Permaisuri.

***

Translator Note: Hai, maaf. Rei mau ngasih kabar yg tidak mengenakkan pada kalian. Karena satu dan lain hal, Rei memutuskan untuk hiatus menerjemahkan projek novel ini. 

Rencananya, Outaishihi Ni Nante Naritakunai!! [Bahasa Indonesia] akan hiatus selama 1 bulan, novel ini akan kembali update seperti biasanya pada tanggal 4 Maret 2023 (Itu pun terjadi jika tidak ada masalah).

Alasan Rei untuk hiatus ada 2, yakni kesibukan Rei di real life dan menurunnya pembaca untuk novel ini. Sebenarnya, menurunnya pembaca tidak jadi masalah. Secara pribadi, novel ini adalah salah satu novel favorit Rei, jadi Rei pasti akan tetap nerjemahin novel ini untuk kepuasan pribadi. Selama ini, Rei nerjemahin novel ini dan update secara terjadwal karena Rei lihat ada cukup banyak pembaca, tapi klo pembacanya sedikit, ya Rei lebih milih untuk update sesuka hati dibanding update secara terjadwal. Hehe, maaf.

Karena selama sebulan ke depan Rei akan sibuk dan pembaca juga nurun, jadi Rei mutusin untuk hiatus aja sekalian. Rei benar-benar minta maaf sama kalian yang tetap setia baca novel ini. Keputusan Rei ini memang terkesan egois, tapi mau gimana lagi, Rei ga mau maksain diri untuk terus nerjemahin novel di tengah-tengah kesibukan.

See you in March, Guys! Thanks~

***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?