Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 80 – Dia dan 2 Harinya Sebelum Pesta Malam 2 


[POV Lidi] 


Sambil mengikuti Will yang berjalan tanpa ragu, aku melihat sekeliling dengan gelisah.

Ini adalah tempat di mana Keluarga Kerajaan tinggal, dengan pengecualian kamar Freed, tentu saja aku tidak pernah melihatnya.

Saat aku tidak bisa tenang karena terlalu banyak melihat hal baru, Will memanggilku.

"…Apa kamu di sini karena pertemuan dengan Putra Mahkota Maximilian besok?"

Tentu saja Will mengetahuinya, pikirku saat mendengar pertanyaan itu.

Anak sah dari Keluarga Bangsawan, teman masa kecil Freed, Komandan Divisi Penyihir. Sebaliknya, akan aneh jika dia tidak tahu.

“Ya, benar. Dan aku diminta datang lebih awal. Mungkin aku berkata seperti itu, tapi aku tidak punya apapun yang harus aku lakukan lagi. Dan saat aku tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan waktu luangku, Will datang.”

"Aku mengerti…"

Setelah mendengar penjelasanku, Will mengangguk, dan berhenti di depan pintu terdalam di koridor.

“Kita sampai.”

"Komandan William."

Dua pemuda yang memakai jubah biru panjang, tampaknya mereka adalah anggota Divisi Penyihir, mereka berdiri di depan pintu dan membungkuk kepada Will.

Kemudian mereka menatapku dengan wajah penasaran.

"Komandan, perempuan ini?"

“…Kalian juga tahu. Tunangan Yang Mulia Putra Mahkota. Aku membiarkannya ikut masuk ke ruangan dengan otoritasku.”

Mendengar kata-kata itu, 2 anggota Divisi Penyihir mencuri-curi pandang ke dadaku.

“Maafkan kami karena mengonfirmasi 'Bunga Raja'!” Mereka mengangkat suara mereka dengan gugup untuk meminta maaf.

…Ini benar-benar sebuah label nama.

“Lidi, tidak masuk?”

Saat dia membuka pintu, Will menatapku dengan wajah sulit.

Aku mengikuti Will dengan tergesa-gesa dan pintu ruangan pun tertutup.

Will yang ada di sebelahku melantunkan mantra. Tiga formasi sihir muncul, dan menerangi ruangan dengan terang.

Ini adalah ruangan yang luas tanpa dekorasi yang berlebihan, dikelilingi oleh dinding putih.

Di tengah ada alas dengan formasi sihir yang bisa memuat sekitar 5 orang. Di sekeliling formasi sihir ada 4 pilar bundar dengan diameter sekitar 15 cm.

Ujung tiang setinggi 3 meter itu runcing, dengan bola-bola yang terpasang di atasnya.

Pada pilar itu, ada pola magis halus yang terukir dengan padat.

“…Ini adalah Gerbang Transfer yang secara eksklusif digunakan oleh Keluarga Kerajaan. Aku akan melakukan pemeliharaan… Selama itu, kamu bisa melihat-lihat dengan bebas.”

“Ah, ya.”

Dengan penjelasan Will, aku sedikit mendekati Gerbang Transfer.

Keberadaan Gerbang Transfer, kupikir ini adalah puncak fantasi dari dunia ini.

Gerbang Transfer adalah nama umum untuk seni sihir teleportasi yang memungkinkan perjalanan 2 arah antara gerbang yang telah dihubungkan sebelumnya.

Jarak sama sekali tidak menjadi masalah. Selama gerbang terhubung, formasi sihir dapat memindahkanmu bahkan ke ujung dunia dalam sekejap.

Tapi, kekurangannya adalah mereka membutuhkan sejumlah kekuatan magis yang besar untuk mengaktifkannya.

Meskipun, setidaknya ada 1 Gerbang Transfer di setiap Kota atau Gereja, hanya ada beberapa orang dengan kekuatan sihir yang cukup untuk mengaktifkannya, jadi biaya yang ditetapkannya relatif tinggi.

Selain biaya, perlu untuk mengirimkan formulir tertulis untuk menggunakannya, setidaknya sebulan sebelumnya. Hal itulah yang membuat penggunaan Gerbang Transfer turun, karena mereka tidak dapat digunakan dengan nyaman.

Orang yang mengelola Gerbang Transfer biasanya adalah seorang pendeta. Tapi banyak juga dari mereka yang merupakan anggota Divisi Penyihir yang tinggal di Kota.

Ngomong-ngomong, Gerbang Transfer bisa digunakan pada hari yang sama setelah membayar biaya, tapi hanya pedagang kaya dan bangsawan berpangkat tinggi yang mampu membayarnya.

Aku sangat mengerti bahwa aku adalah orang yang berada di atas, tapi tetap saja hal itu membuatku tersadar bahwa ada kesenjangan sosial yang terlihat jelas. Itu membuatku merasa tidak enak.

Mulai dari Gerbang Transfer raksasa untuk transfer massal, di Istana Kerajaan terdapat banyak Gerbang Transfer untuk berbagai keperluan.

Pengelolaan dan aktivasi setiap Gerbang Transfer telah menjadi tugas Komandan Divisi Penyihir selama beberapa generasi. Saat ini, Will lah orangnya.

Benar, benar. Ini adalah cerita yang sangat berbeda dari Gerbang Transfer, tapi ada seni magis dengan efek serupa yang disebut 'Kembali'.

Itu adalah seni magis satu arah yang memungkinkanmu untuk kembali ke lokasi yang telah ditentukan hanya dengan kekuatan magismu sendiri, tapi jumlah kekuatan magis pengguna yang menentukan jarak dan kesulitan dalam membawa orang lain membuat kegunaannya menjadi hal yang mengerikan.

Kekuatan magis yang diperlukan akan berlipat ganda jika membawa 2 orang. Menjadi 3 kali lipat saat membawa 3 orang, dan seterusnya.

Karena itu adalah seni magis yang bergantung pada jumlah kekuatan magis yang dimiliki, beberapa orang hanya bisa bergerak sekitar 10 meter. Rata-rata sekitar 1 kilometer. Itu adalah seni magis yang rumit.

Namun, dengan kekuatan magis Freed yang sangat besar, dimungkinkan baginya untuk ‘kembali’ ke mana saja di negara ini.

Sebelumnya aku pernah bertanya pada Will, dia bisa ‘kembali’ ke mana saja di negara ini.

Dari pembicaraan itu, mudah untuk memahami kehebatan 2 orang dengan kekuatan magis tertinggi di negara ini.

“Lidi.”

Saat aku tenggelam dalam pikiranku dengan mata tertuju pada Gerbang Transfer, Will yang masih memeriksa pilar Gerbang Transfer, memanggilku.

"Apa?"

Aku menoleh ke arah Will. Dia tidak menatapku, melainkan menatap desain yang terukir di pilar, Will bergumam pelan.

"Apa Yang Mulia Putra Mahkota… Memperlakukanmu dengan baik?"

“Eh…?”

Aku tidak mengerti kenapa dia bertanya seperti itu padaku, aku pun menegang sejenak.

Mem-per-la-ku-kan-mu de-ngan ba-ik?

Baik… Apa ini tentang ‘malam’?

Tidak, pada malam hari, Freed adalah pangeran buas yang tiada bandingnya… Bukan itu.

Saat aku memahami kata-kata Will, itu mengingatkanku pada sebuah cerita yang sangat mengecewakan. Tentu saja, aku tahu bahwa dia tidak bermaksud seperti itu.

Tapi ada apa denganku? Bagaimana bisa itu adalah hal pertama yang muncul di pikiranku… Karena hanya ini yang muncul di pikiranku tentang Freed, aku jadi cemas tentang masa depan.

Bagaimanapun, aku akan merahasiakan tentang hal ini untuk diriku sendiri, lalu aku menjawab pertanyaan Will dengan jujur.

“Yup, dia baik.”

Se*snya brutal, tapi selain itu dia baik. Aku mengerti bahwa Freed mengkhawatirkan dan menghargaiku.

Itu sebabnya aku mengangguk, dan Will menjawab, “Begitu, ya.” dengan mengalihkan pandangannya.

“Kalau begitu tidak apa-apa. Aku hanya bertanya-tanya… Apakah kamu mengalami kesulitan.”

"Will…"

Aku mengerti maksudnya, Will mengkhawatirkanku.

Mungkin itu terkait dengan pengikut Freed. Terakhir kali aku mengatakan tentang hal itu secara singkat, sepertinya dia masih khawatir tentang itu.

“Tidak masalah. Aku tidak terganggu dengan pengikut Freed yang sedikit mengelilingiku. Aku mengerti kalau mereka cemburu, tapi… Apa masalahnya? Saat sudah waktunya untuk mendorong, maka aku akan mendorong mereka. Will mengerti itu, kan?”

Saat aku berbicara untuk menenangkannya, perlahan Will menggelengkan kepalanya.

"…Tapi, kalau kamu tidak menikahi Yang Mulia Putra Mahkota, kamu tidak akan mengalami kesulitan itu."

“Bahkan jika kamu mengatakan itu, mau bagaimana lagi. Terlebih, apa aku terlihat seperti sedang kesulitan? Apa wajahku terlihat seperti terbebani oleh kemalangan?”

Melawan para gadis yang mengikuti Freed memang merepotkan, tapi itu bukanlah masalah besar.

Jika kami berkelahi, seperti yang aku katakan sebelumnya, aku berniat untuk membalas budi sebanyak 3 kali lipat, dan aku akan melakukannya tanpa melibatkan Freed.

Akulah yang menerima perkelahiannya. Jadi aku tidak akan membiarkan siapa pun ikut campur.

Dan jika aku akan menghancurkan mereka, aku akan melakukannya dengan saksama, sehingga mereka tidak akan pernah merasa ingin melawanku lagi.

Seperti itulah Ayah dan Kakak mengajariku, dan aku setuju dengan pemikiran itu.

Melihat ekspresi agresifku, Will tersenyum kecut.

Untuk Will yang jarang menunjukkan emosi, itu adalah ekspresi biasa yang seakan mengatakan,  “Mau bagaimana lagi.”

“Tidak… Tidak. Lidi, kamu… Tidak pernah berubah.”

Untuk beberapa alasan, ekspresi kerinduan muncul di wajah Will. Sambil memiringkan kepalaku, aku mendekatinya dan mengintip ke wajahnya.

“Benar, kan? Itulah kenapa semuanya akan baik-baik saja. Terima kasih atas kekhawatiranmu.”

“!!”

Saat aku mengatakan itu sambil menatap matanya, Will melompat mundur seakan dia ingin menolak sesuatu.

…Kasar sekali.

"Will?"

“Tidak, maaf… Tidak apa-apa.”

"Benarkah?"

Aku menyadari bahwa Will membuat gerakan yang seperti kebingungan, dia meletakkan punggung tangannya di pipinya, dan memiliki wajah ekspresif yang luar biasa, menarik. Alangkah baiknya jika dia selalu membuat wajah seperti itu daripada tidak berekspresi.

Secara spontan aku menuangkan pikiran itu ke dalam kata-kata. Tanpa sadar, aku menyuarakan pikiranku.

“Kuharap kamu selalu seperti ini.”

“Lidi?”

Aku tidak bisa menarik kembali kata-kata yang sudah aku tumpahkan.

Dengan enggan, aku melanjutkan.

“Will tidak menunjukkan banyak ekspresi dan tidak banyak bicara. Aku akan senang kalau kamu bisa menunjukkan berbagai ekspresi seperti ini. Lagi pula, tidak apa-apa karena aku tahu Will adalah orang yang baik, tapi aku tidak suka jika orang lain salah paham tentangmu.”

Meski, kupikir aku akan diberi tahu bahwa itu bukan urusanku, aku tetap memberitahunya. Tapi mata Will sedikit melebar, dia sedikit menundukkan kepalanya dan berkata.

"…Semuanya baik-baik saja."

“Benarkah? Kamu tidak disalahpahami?”

"Ya."

Aku tidak tahu apakah itu benar, tapi jika itu yang dikatakan Will, maka biarlah.

Aku tidak akan mengatakan lebih banyak. Aku mengangguk, “Aku mengerti.” dan melihat ke arah Gerbang Transfer.

"Hei… Apa Putra Mahkota Sahaja, Maximilian juga akan datang melalui Gerbang Transfer?"

Aku mengajukan pertanyaan yang tiba-tiba muncul di pikiranku, dan sambil melanjutkan pemeriksaan Gerbang Transfer, Will menjawab.

“…Kurasa beliau akan datang dengan menggunakan kereta kuda. Karena tidak ada yang datang untuk berbicara denganku, maka itu berarti beliau tidak akan menggunakan Gerbang Transfer.”

"Begitukah…"

Semua Gerbang Transfer di Istana berada di bawah manajemen Will. Jika ada yang melewatinya, maka Will akan tahu.

Saat aku mengangguk, “Hmm”, Will menambahkan.

“Katanya Putra Mahkota Sahaja akan tiba malam ini… Selama dia tinggal, keluargaku yang akan menjamunya.”

"Aku mengerti."

Aku bisa mengerti, karena Keluarga Duke Pellegrini adalah keluarga yang berpengaruh di dalam negeri.

Selain itu, Ayah Will, yakni Duke Pellegrini adalah Menteri Luar Negeri.

Tapi, apakah tidak apa-apa jika anak sah, yakni Will tidak berada di sana?

"Ini sudah sore. Will, apa tidak apa-apa kamu tidak pulang?"

Ditanya seperti itu, terlepas dari wajahnya yang kurang ekspresi, pipi Will berkedut.

“…Tidak apa-apa. Tampaknya Putra Mahkota Maximilian membenci sihir dan seni magis. Kalau aku pergi ke sana, mungkin aku akan menimbulkan ketidaksenangannya… Ayah dan Glenn yang akan menjamu beliau.”

“Benci sihir… Kalau dipikir-pikir, memang ada cerita seperti itu.”

Putra Mahkota Maximilian sangat tidak menyukai sihir.

Tentu saja aku mengetahui rumor itu, mungkin saja itu memang benar.

Tentu saja, jika Will yang bergelar Komandan Divisi Penyihir ada di sana, itu bisa sedikit merepotkan.

Aku jadi merasa tertarik pada Putra Mahkota negara lain yang belum pernah aku lihat, jadi aku mengajukan pertanyaan kepada Will.

“Aku bertanya-tanya, orang macam apa dia…”

"Aku bisa mengerti bahwa kamu penasaran, tapi menurut Yang Mulia Putra Mahkota, beliau adalah orang yang berbahaya… Sebaiknya kamu menjauh darinya."

“…Bahkan Will juga mengatakan itu…”

Freed, Cain, sekarang bahkan Will. Termasuk Kakak dan Ayah yang aku temui di Istana kemarin, ini kelima kalinya aku diberitahu tentang itu.

Aku ingin tahu apakah semua orang memiliki pendapat seperti itu tentangku.

Melihat sosok Will dari belakang saat dia berjongkok untuk memeriksa pilar, aku menjadi sedikit marah. Pada saat yang sama, aku mengambil tindakan.

“…Eyy!”

“Aduh, Lidi… Apaan sih…”

Aku menjadi sangat marah, dan sambil cemberut aku menendang punggung Will dengan sekuat tenaga.

Dia adalah teman masa kecilku, jadi aku tidak menahan diri.

“Fufufu…”

Saat aku tertawa puas dengan menaruh tanganku di pinggang, Will berdiri dan menghela nafas.

"Kamu benar-benar… Tidak berubah."

Will tidak marah.

Melihat sikap ini, aku jadi merasa menyesal, dan menepuk punggungnya yang sudah aku tendang untuk membersihkannya.

“Ugh… Aku sedang melampiaskan amarahku. Maafkan aku.”

“Jangan pedulikan, karena kamu memang seperti ini, aku…”

"Will?"

Will kembali menatapku. Tangan kanannya perlahan terulur.

Aku balas menatapnya seolah mengatakan, Ada apa?

Guhhh, perutku keroncongan.

“Hyaaa!?”

Dalam kebingungan, aku memegang perutku dan melangkah mundur.

Kini jarak kami kembali menjauh. Will memang sudah beberapa kali mendengar suara perutku, tapi, meski begitu, hal yang memalukan tetaplah memalukan.

"Lidi, apa kamu lapar?"

“Tidak, ini. Bagaimana aku harus mengatakannya…”

Will menatapku seolah dia mengigau karena demam, tapi suara perutku sepertinya telah membuat kembali sadar. Dengan cepat dia kembali ke dirinya yang biasa dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

"Ini."

Dia mengeluarkan permen. Itu adalah rasa favoritku, anggur. Will memegang permen ungu bundar di jarinya dan mengulurkannya padaku.

“Aah~”

Saat aku biasa membuka mulut, Will melemparkan permen itu ke dalam mulutku.

Aroma manis buah anggur menyebar. Aku memutarnya dengan lidahku, aku menyipitkan mata.

"Lezat!"

Saat aku mengucapkan terima kasih, ekspresi Will berubah menjadi senyuman kecil.

“Aku mengerti. Syukurlah aku memilikinya (permen).”

“Kalau dipikir-pikir, Will selalu punya sesuatu untuk dimakan. Apa Will juga sering lapar seperti ini?”

Sejak lama, setiap kali aku mengeluh lapar, dia selalu memberikan sesuatu untuk dimakan.

Meskipun aku merasa aneh, camilan kecil yang dia berikan kepadaku sangat lezat, tapi aku tidak pernah benar-benar mendengar alasan di baliknya.

“…Iya. Menggunakan seni sihir bisa menghabiskan staminamu.”

Heee. Aku mengerti. Aku tidak tahu karena aku belum pernah menggunakannya, tapi para penyihir pasti mengalami kesulitan karena hal ini.”

"…Ya."

Harus selalu membawa camilan untuk makanan darurat, pekerjaan yang sangat disayangkan.

Ketika aku mengangguk saat berpikir begitu, Will tersenyum dengan wajah sedih.

T/N: Aaahhhhh… Will T_T


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?