Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Will]
…Hampir saja.
Setelah aku berpisah dengan Lidi dalam perjalanan kembali
ke Menara Timur, kantorku. Aku mengingat kembali apa yang terjadi beberapa
waktu lalu.
***
Pemeliharaan Gerbang Transfer yang eksklusif digunakan
oleh Keluarga Kerajaan. Saat aku sedang berjalan di lingkungan tempat tinggal
Keluarga Kerajaan untuk melakukan tugas mingguan, tiba-tiba aku menghentikan
langkahku karena namaku dipanggil oleh suara yang kukenal.
"Will!!"
Tanpa sadar kakiku terhenti saat mendengarnya.
Saat aku menoleh ke arah suara itu, Lidi ada di sana,
dikelilingi oleh Pengawal Kerajaan.
“Lidi!?”
Saat aku bergegas ke sisinya, para Pengawal Kerajaan yang
menyadari statusku, segera menyingkir sedikit untuk memberiku ruang.
Dia menatapku seolah dia lega.
Aku dikejutkan oleh sosoknya sejenak.
Aku tidak bisa berkata apa-apa.
Dia hanya berdiri dengan punggung yang tegak seperti
biasanya.
Namun aku merasakan daya pikat yang samar darinya.
Hanya dengan membuatnya mengalihkan pandangannya ke
arahku, tubuhku memanas.
Karena merasa bersalah, aku pun mengalihkan pandanganku,
hanya untuk melihat gaun yang dia pakai.
Gaun gradasi biru tua yang cantik dengan garis leher yang
terbuka lebar.
Gaun yang dibuat untuk melekat pada tubuhnya, itu sangat
cocok untuknya yang bertubuh ramping, tapi melihat bunga yang merupakan simbol
Yang Mulia Putra Mahkota terukir dengan jelas di dadanya, hatiku sakit.
Setelah beberapa saat, aku pun tersadar kembali ke
kenyataan.
Aku berhasil mengendalikan diri dan setelah menghembuskan
napas dengan wajah seperti tidak ada apa-apa, aku bertanya-tanya apa yang dia
lakukan di sini.
Kemudian, dia berbicara seolah-olah dia sedang mengalami
masalah kecil.
“Aku datang lebih awal karena Pesta Malam besok. Aku
sedikit bosan jadi aku berpikir untuk berjalan-jalan, tapi… Kenapa Will ada di
tempat seperti ini?”
Karena Pesta Malam besok… Mungkin itu belum semuanya.
Kudengar Lidi juga akan menghadiri Pertemuan dengan Putra Mahkota Sahaja besok.
Aku langsung menyadari bahwa dia datang ke Istana karena alasan itu.
Tetap saja, dengan Pengawal Kerajaan di sekitarnya, dia jadi
menahan diri dan dengan cerdik mengatakan tentang Pesta Malam itu.
Aku pun mengikutinya, dan tanpa bertanya lebih lanjut aku
pun menjawab pertanyaannya.
“…Pemeliharaan Gerbang Transfer Kerajaan.”
Lidi menunjukkan minat pada jawabanku dan memintaku untuk
membawanya.
Tapi, itu adalah ruangan eksklusif untuk Keluarga Kerajaan.
Dengan pemeliharaan yang dipercayakan kepadaku, aku adalah pengecualian.
Aku ingin mengabulkan salah satu keinginannya, tapi peraturan
tidak boleh diabaikan.
Aku merasa menyesal karena harus menolak, saat pandanganku
kembali mendarat di dadanya.
…Begitu, ya. Dia sudah…
Keberadaan 'Bunga Raja' menunjukkan bahwa dia sudah
diakui sebagai Keluarga Kerajaan.
Akhirnya aku menyadari itu, jadi aku pun mengabaikan
perasaan berat di dadaku dan mengangguk padanya.
“…Tidak, tidak apa-apa. Tidak masalah jika itu Lidi.”
"Benarkah?"
"Ya."
"Terima kasih!"
Saat aku setuju, Lidi menunjukkan senyum lebar.
Hanya dengan melihat senyuman itu saja, bagiku itu sudah
cukup sepadan dengan permintaannya.
Untuk
berpikir bahwa aku benar-benar menderita penyakit serius, aku mengejek diriku sendiri.
Kemudian aku membawa Lidi ke ruangan Gerbang Transfer,
dan mengatakan bahwa dia dapat melakukan apa yang diinginkannya saat aku
mengerjakan pemeliharaan yang direncanakan.
Saat bekerja dalam posisi jongkok, kehadiran selain dari
diriku, yakni dirinya, selalu ada di pikiranku.
Tidak dapat berkonsentrasi, aku mencuri pandang padanya, aku
melihatnya mengamati Gerbang Transfer dengan penuh minat.
Dengan mata berbinar, dia menatap Gerbang Transfer dengan
penasaran.
Aku tersenyum saat melihat sikapnya yang seperti biasa,
selalu penuh dengan rasa ingin tahu.
Hanya berpikir bahwa dia berada di dekatku saja sudah
membuat hatiku melonjak kegirangan.
Mungkin sebagai perwujudan dari keinginanku untuk
menghabiskan lebih banyak waktu dengannya seperti ini, aku menghabiskan waktu 2
kali lebih lama untuk pemeliharaan.
Setelah menyadarinya, aku hanya bisa tersenyum kecut.
Aku terkejut dengan perilaku diriku yang terlalu jujur.
Meski begitu, aku tidak bisa bahagia.
Memikirkan tanggung jawab berat yang dia tanggung, tanpa
sadar, kata-kata itu sudah keluar dari mulutku.
" Apa Yang Mulia Putra Mahkota… Memperlakukanmu
dengan baik?"
Saat dia memutarkan matanya, aku menyesal karena sudah
bertanya.
――――Itu adalah pertanyaan yang tidak berarti.
Aku sudah memahami bahwa Yang Mulia Putra Mahkota mencintai
Lidi lebih dari apa pun, dan aku menyadari bahwa Lidi memiliki perasaan
terhadap Yang Mulia Putra Mahkota.
Tidak mungkin Yang Mulia Putra Mahkota tidak memperlakukannya
dengan baik. Putra Mahkota sangat tergila-gila padanya dan akan melakukan apa
saja untuknya. Itu adalah sesuatu yang bisa aku bayangkan dengan mudah.
――――Karena aku akan melakukan hal yang sama seperti yang
Yang Mulia Putra Mahkota lakukan.
Benar saja, dia memberikan jawaban yang positif dengan
senyum lembut.
Itu adalah ekspresi kebahagiaan sejati, tapi itu membuat
hatiku tersakiti.
Kemudian, dengan wajah yang sedikit bermasalah, dia
bertanya apakah dia terlihat seperti sedang kesusahan.
Tidak… Tidak mungkin.
Dia selalu memutuskan segalanya sendiri dan berjalan
sendiri.
Bahkan jika dia menyesalinya, karena itu adalah
keputusannya sendiri, dia tidak akan pernah mundur.
Dia selalu melihat ke depan dengan mudah, dan selalu
meninggalkanku di belakang.
…Sampai dia pergi ke suatu tempat di luar jangkauanku.
“Tidak… Tidak. Lidi, kamu… Tidak pernah berubah.”
Meskipun dia selalu melakukan hal-hal yang tidak
terpikirkan oleh seorang wanita bangsawan tanpa ragu-ragu, aku menyukai dirinya
yang seperti itu. Aku mencintainya.
Ya, dia tetap sama seperti biasanya.
Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, aku akan tetap
mencintainya.
Meskipun aku lebih suka kalau dia berubah, dengan begitu,
aku merasa kalau aku akan melakukan apapun untuknya.
“Benar, kan? Itulah kenapa semuanya akan baik-baik saja.
Terima kasih atas kekhawatiranmu.”
“!!”
Saat dia tiba-tiba mengintip untuk melihat wajahku, aku
kehilangan napas karena terkejut.
Dia begitu dekat sehingga aku bisa merasakan napasnya,
jantungku berdetak kencang.
Tidak dapat menahan keterkejutan, aku pun melompat
mundur.
Deg,
deg, detak jantungku
semakin cepat hingga terasa sakit.
Jujur saja, kupikir aku akan mati karena syok.
Dia sama sekali tidak menyadari perasaanku, dia merajuk.
Lidi yang imut, tidak peka, dan kejam.
Kamu tidak pernah mempertimbangkan perasaan apa yang aku
rasakan saat berhadapan denganmu.
Ingin melihat berbagai macam ekspresi di wajahku?
Khawatir aku akan disalahpahami?
Kumohon padamu, jangan buat aku merasa bahagia.
Bahkan jika sepenuhnya aku tersadar bahwa tidak ada makna
apapun dari kata-katanya, tapi tidak bisakah aku memiliki harapan?
Mungkin, aku masih memiliki sedikit kesempatan yang
tersisa.
…Meskipun aku mengerti bahwa bukan itu masalahnya.
Meskipun ada kekacauan besar di hatiku, aku melanjutkan
pembicaraan sepele dengannya.
Aku menenangkan diri dan melanjutkan pemeliharaan Gerbang
Transfer.
Pembicaraan beralih ke Putra Mahkota Sahaja, penasaran
dengan orang seperti apa yang akan datang, wajahnya memerah penuh minat.
Ketika dia membuat wajah seperti itu, sesuatu yang buruk akan
terjadi.
Aku memiliki firasat yang buruk, tapi secara tidak
sengaja, aku membocorkan pendapatku yang mengatakan bahwa dia harus diam.
Dan kemudian, dia mendekatiku dengan tatapan cemberut.
Tampaknya, sejumlah besar orang sudah memperingatkannya.
Saat aku bertanya-tanya siapa yang sudah memperingatkannya,
dia menendangku dengan seluruh kekuatannya.
“…Eyy!”
“Aduh, Lidi… Apaan sih…”
Saat aku berdiri dan menghela napas, aku mendengar suara
‘Fufufu…’ yang penuh dengan rasa puas.
Karena terkejut, aku kehilangan keseimbangan dari tubuhku.
Aah… Inilah Lidi.
Perempuan yang selama ini aku kenal dan aku cintai.
"Kamu benar-benar… Tidak berubah."
“Ugh… Aku sedang melampiaskan amarahku. Maafkan aku.”
Tidak mungkin aku bisa marah padanya.
Mau bagaimana lagi, aku senang dia memperlakukanku dengan
jarak yang sama seperti sebelumnya.
Aku sama sekali tidak membutuhkan permintaan maaf.
Menahan perasaan ingin berteriak, aku memberitahunya.
“Jangan pedulikan, karena kamu memang seperti ini, aku…”
Aku menoleh ke arahnya.
Pada perempuan yang menunjukkan wajah penasaran.
…Imut. Aku tidak bisa tidak mencintainya. Sangat
disesalkan aku tidak bisa memberikan segalanya untuknya.
Perempuan yang sangat kucintai berada begitu dekat. Pada
jarak yang jika aku menjangkaunya, aku bisa menyentuhnya…
"Will?"
Aku mendengar suara Lidi.
Tapi, rasanya tidak nyata. Mataku hanya bisa melihatnya.
Aku ingin menyentuh pipinya. Menyentuh dan memeluknya.
…Dan aku ingin mencuri kecupan dari bibirnya itu.
Hasrat itu memuncak.
Karena tidak tahan, aku pun mengulurkan tanganku ke
arahnya.
Dia hanya melihatnya.
Aku
tidak mengerti apa yang terjadi. Dia
menunjukkan ekspresi yang seperti itu.
Dia tidak tahu apa yang sedang aku coba lakukan.
Tapi, itu tidak masalah. Aku ingin menyentuhnya. Aku
menginginkannya.
Rem yang selalu aku gunakan, kini rusak. Aku tidak bisa
menahan perasaanku yang semakin kuat.
Hampir. Sedikit lagi dan aku akan menggapainya.
Saat aku berpikir seperti itu.
Guhhh
Perutnya keroncongan.
Wajahnya menjadi merah dan dia melangkah mundur.
Gerakannya, akhirnya membuatku mendapatkan kewarasanku kembali.
……
……
…Sulit dipercaya.
Apa yang baru saja aku coba lakukan...?
Aku membatu karena terkejut.
Aku tidak percaya dengan diriku sendiri.
Bahkan jika aku tidak bisa memilikinya, dengan perasaanku
padanya, itu sudah cukup jika aku bisa berguna.
Seharusnya aku berpikir begitu, tapi malah――――
Tindakanku barusan, membuatku ingin membenturkan kepalaku
ke dinding.
Sedikit lagi dan aku akan melakukan sesuatu yang tidak
dapat diurungkan…
Meskipun aku menerima kejutan dari apa yang akan aku
lakukan, sebagai tanggapan atas perutnya yang kosong aku memberinya permen yang
selalu aku bawa di saku bajuku.
Rasa favoritnya, anggur.
Sejak dulu, aku selalu membawa makanan ringan untuknya
yang sering mengeluh sedikit lapar.
Aku masih belum bisa menghentikan kebiasaan itu,
sepertinya hal itu berguna hari ini.
“Aah~”
Dia
benar-benar lengah, jadi aku melemparkan
permen itu ke mulutnya.
Melihatnya yang tersenyum bahagia, aku pikir merupakan
hal yang bagus aku tidak melakukan keinginanku untuk melakukan suatu hal yang
tidak dapat diurungkan.
――――Itu benar, aku ingin melindungi senyumannya.
Apa yang akan aku lakukan jika aku merusaknya?
Aku pikir begitu, namun, sekali lagi, dia mengajukan
pertanyaan yang kejam.
Kenapa
aku selalu membawa sesuatu untuk dimakan?
Tentu saja, itu untukmu.
Tapi… Aku tidak bisa mengatakan itu.
Untuk mengelabuinya, dengan acuh tak acuh aku mengatakan
bahwa para penyihir mudah kelaparan, dan Lidi yang tidak bisa menggunakan seni
magis mempercayainya begitu saja.
Jujur saja, dia yang seperti itu membuatnya mudah untuk
dicintai… Dan dibenci.
Kenapa kamu tidak menyadarinya? Aku ingin memegang
bahunya dan mengguncangnya.
Meski begitu––––
Dialah orang yang aku cintai.
Dialah orang yang tidak bisa kutinggalkan, tidak peduli
berapa lama waktu berlalu.
Dengan menahan rasa sakit di dada yang membuatku ingin menangis, aku hanya menundukkan kepala dan tersenyum.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment