Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 81 – Konflik Teman Masa Kecil 4 


[POV Will] 

…Hampir saja.

Setelah aku berpisah dengan Lidi dalam perjalanan kembali ke Menara Timur, kantorku. Aku mengingat kembali apa yang terjadi beberapa waktu lalu.

***

Pemeliharaan Gerbang Transfer yang eksklusif digunakan oleh Keluarga Kerajaan. Saat aku sedang berjalan di lingkungan tempat tinggal Keluarga Kerajaan untuk melakukan tugas mingguan, tiba-tiba aku menghentikan langkahku karena namaku dipanggil oleh suara yang kukenal.

"Will!!"

Tanpa sadar kakiku terhenti saat mendengarnya.

Saat aku menoleh ke arah suara itu, Lidi ada di sana, dikelilingi oleh Pengawal Kerajaan.

“Lidi!?”

Saat aku bergegas ke sisinya, para Pengawal Kerajaan yang menyadari statusku, segera menyingkir sedikit untuk memberiku ruang.

Dia menatapku seolah dia lega.

Aku dikejutkan oleh sosoknya sejenak.

Aku tidak bisa berkata apa-apa.

Dia hanya berdiri dengan punggung yang tegak seperti biasanya.

Namun aku merasakan daya pikat yang samar darinya.

Hanya dengan membuatnya mengalihkan pandangannya ke arahku, tubuhku memanas.

Karena merasa bersalah, aku pun mengalihkan pandanganku, hanya untuk melihat gaun yang dia pakai.

Gaun gradasi biru tua yang cantik dengan garis leher yang terbuka lebar.

Gaun yang dibuat untuk melekat pada tubuhnya, itu sangat cocok untuknya yang bertubuh ramping, tapi melihat bunga yang merupakan simbol Yang Mulia Putra Mahkota terukir dengan jelas di dadanya, hatiku sakit.

Setelah beberapa saat, aku pun tersadar kembali ke kenyataan.

Aku berhasil mengendalikan diri dan setelah menghembuskan napas dengan wajah seperti tidak ada apa-apa, aku bertanya-tanya apa yang dia lakukan di sini.

Kemudian, dia berbicara seolah-olah dia sedang mengalami masalah kecil.

“Aku datang lebih awal karena Pesta Malam besok. Aku sedikit bosan jadi aku berpikir untuk berjalan-jalan, tapi… Kenapa Will ada di tempat seperti ini?”

Karena Pesta Malam besok… Mungkin itu belum semuanya. Kudengar Lidi juga akan menghadiri Pertemuan dengan Putra Mahkota Sahaja besok. Aku langsung menyadari bahwa dia datang ke Istana karena alasan itu.

Tetap saja, dengan Pengawal Kerajaan di sekitarnya, dia jadi menahan diri dan dengan cerdik mengatakan tentang Pesta Malam itu.

Aku pun mengikutinya, dan tanpa bertanya lebih lanjut aku pun menjawab pertanyaannya.

“…Pemeliharaan Gerbang Transfer Kerajaan.”

Lidi menunjukkan minat pada jawabanku dan memintaku untuk membawanya.

Tapi, itu adalah ruangan eksklusif untuk Keluarga Kerajaan. Dengan pemeliharaan yang dipercayakan kepadaku, aku adalah pengecualian.

Aku ingin mengabulkan salah satu keinginannya, tapi peraturan tidak boleh diabaikan.

Aku merasa menyesal karena harus menolak, saat pandanganku kembali mendarat di dadanya.

…Begitu, ya. Dia sudah…

Keberadaan 'Bunga Raja' menunjukkan bahwa dia sudah diakui sebagai Keluarga Kerajaan.

Akhirnya aku menyadari itu, jadi aku pun mengabaikan perasaan berat di dadaku dan mengangguk padanya.

“…Tidak, tidak apa-apa. Tidak masalah jika itu Lidi.”

"Benarkah?"

"Ya."

"Terima kasih!"

Saat aku setuju, Lidi menunjukkan senyum lebar.

Hanya dengan melihat senyuman itu saja, bagiku itu sudah cukup sepadan dengan permintaannya.

Untuk berpikir bahwa aku benar-benar menderita penyakit serius, aku mengejek diriku sendiri.

Kemudian aku membawa Lidi ke ruangan Gerbang Transfer, dan mengatakan bahwa dia dapat melakukan apa yang diinginkannya saat aku mengerjakan pemeliharaan yang direncanakan.

Saat bekerja dalam posisi jongkok, kehadiran selain dari diriku, yakni dirinya, selalu ada di pikiranku.

Tidak dapat berkonsentrasi, aku mencuri pandang padanya, aku melihatnya mengamati Gerbang Transfer dengan penuh minat.

Dengan mata berbinar, dia menatap Gerbang Transfer dengan penasaran.

Aku tersenyum saat melihat sikapnya yang seperti biasa, selalu penuh dengan rasa ingin tahu.

Hanya berpikir bahwa dia berada di dekatku saja sudah membuat hatiku melonjak kegirangan.

Mungkin sebagai perwujudan dari keinginanku untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengannya seperti ini, aku menghabiskan waktu 2 kali lebih lama untuk pemeliharaan.

Setelah menyadarinya, aku hanya bisa tersenyum kecut.

Aku terkejut dengan perilaku diriku yang terlalu jujur.

Meski begitu, aku tidak bisa bahagia.

Memikirkan tanggung jawab berat yang dia tanggung, tanpa sadar, kata-kata itu sudah keluar dari mulutku.

" Apa Yang Mulia Putra Mahkota… Memperlakukanmu dengan baik?"

Saat dia memutarkan matanya, aku menyesal karena sudah bertanya.

――――Itu adalah pertanyaan yang tidak berarti.

Aku sudah memahami bahwa Yang Mulia Putra Mahkota mencintai Lidi lebih dari apa pun, dan aku menyadari bahwa Lidi memiliki perasaan terhadap Yang Mulia Putra Mahkota.

Tidak mungkin Yang Mulia Putra Mahkota tidak memperlakukannya dengan baik. Putra Mahkota sangat tergila-gila padanya dan akan melakukan apa saja untuknya. Itu adalah sesuatu yang bisa aku bayangkan dengan mudah.

――――Karena aku akan melakukan hal yang sama seperti yang Yang Mulia Putra Mahkota lakukan.

Benar saja, dia memberikan jawaban yang positif dengan senyum lembut.

Itu adalah ekspresi kebahagiaan sejati, tapi itu membuat hatiku tersakiti.

Kemudian, dengan wajah yang sedikit bermasalah, dia bertanya apakah dia terlihat seperti sedang kesusahan.

Tidak… Tidak mungkin.

Dia selalu memutuskan segalanya sendiri dan berjalan sendiri.

Bahkan jika dia menyesalinya, karena itu adalah keputusannya sendiri, dia tidak akan pernah mundur.

Dia selalu melihat ke depan dengan mudah, dan selalu meninggalkanku di belakang.

…Sampai dia pergi ke suatu tempat di luar jangkauanku.

“Tidak… Tidak. Lidi, kamu… Tidak pernah berubah.”

Meskipun dia selalu melakukan hal-hal yang tidak terpikirkan oleh seorang wanita bangsawan tanpa ragu-ragu, aku menyukai dirinya yang seperti itu. Aku mencintainya.

Ya, dia tetap sama seperti biasanya.

Tidak peduli berapa lama waktu berlalu, aku akan tetap mencintainya.

Meskipun aku lebih suka kalau dia berubah, dengan begitu, aku merasa kalau aku akan melakukan apapun untuknya.

“Benar, kan? Itulah kenapa semuanya akan baik-baik saja. Terima kasih atas kekhawatiranmu.”

“!!”

Saat dia tiba-tiba mengintip untuk melihat wajahku, aku kehilangan napas karena terkejut.

Dia begitu dekat sehingga aku bisa merasakan napasnya, jantungku berdetak kencang.

Tidak dapat menahan keterkejutan, aku pun melompat mundur.

Deg, deg, detak jantungku semakin cepat hingga terasa sakit.

Jujur saja, kupikir aku akan mati karena syok.

Dia sama sekali tidak menyadari perasaanku, dia merajuk.

Lidi yang imut, tidak peka, dan kejam.

Kamu tidak pernah mempertimbangkan perasaan apa yang aku rasakan saat berhadapan denganmu.

Ingin melihat berbagai macam ekspresi di wajahku? Khawatir aku akan disalahpahami?

Kumohon padamu, jangan buat aku merasa bahagia.

Bahkan jika sepenuhnya aku tersadar bahwa tidak ada makna apapun dari kata-katanya, tapi tidak bisakah aku memiliki harapan?

Mungkin, aku masih memiliki sedikit kesempatan yang tersisa.

…Meskipun aku mengerti bahwa bukan itu masalahnya.

Meskipun ada kekacauan besar di hatiku, aku melanjutkan pembicaraan sepele dengannya.

Aku menenangkan diri dan melanjutkan pemeliharaan Gerbang Transfer.

Pembicaraan beralih ke Putra Mahkota Sahaja, penasaran dengan orang seperti apa yang akan datang, wajahnya memerah penuh minat.

Ketika dia membuat wajah seperti itu, sesuatu yang buruk akan terjadi.

Aku memiliki firasat yang buruk, tapi secara tidak sengaja, aku membocorkan pendapatku yang mengatakan bahwa dia harus diam.

Dan kemudian, dia mendekatiku dengan tatapan cemberut.

Tampaknya, sejumlah besar orang sudah memperingatkannya.

Saat aku bertanya-tanya siapa yang sudah memperingatkannya, dia menendangku dengan seluruh kekuatannya.

“…Eyy!”

“Aduh, Lidi… Apaan sih…”

Saat aku berdiri dan menghela napas, aku mendengar suara ‘Fufufu…’ yang penuh dengan rasa puas.

Karena terkejut, aku kehilangan keseimbangan dari tubuhku.

Aah… Inilah Lidi.

Perempuan yang selama ini aku kenal dan aku cintai.

"Kamu benar-benar… Tidak berubah."

“Ugh… Aku sedang melampiaskan amarahku. Maafkan aku.”

Tidak mungkin aku bisa marah padanya.

Mau bagaimana lagi, aku senang dia memperlakukanku dengan jarak yang sama seperti sebelumnya.

Aku sama sekali tidak membutuhkan permintaan maaf.

Menahan perasaan ingin berteriak, aku memberitahunya.

“Jangan pedulikan, karena kamu memang seperti ini, aku…”

Aku menoleh ke arahnya.

Pada perempuan yang menunjukkan wajah penasaran.

…Imut. Aku tidak bisa tidak mencintainya. Sangat disesalkan aku tidak bisa memberikan segalanya untuknya.

Perempuan yang sangat kucintai berada begitu dekat. Pada jarak yang jika aku menjangkaunya, aku bisa menyentuhnya…

"Will?"

Aku mendengar suara Lidi.

Tapi, rasanya tidak nyata. Mataku hanya bisa melihatnya.

Aku ingin menyentuh pipinya. Menyentuh dan memeluknya.

…Dan aku ingin mencuri kecupan dari bibirnya itu.

Hasrat itu memuncak.

Karena tidak tahan, aku pun mengulurkan tanganku ke arahnya.

Dia hanya melihatnya.

Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Dia menunjukkan ekspresi yang seperti itu.

Dia tidak tahu apa yang sedang aku coba lakukan.

Tapi, itu tidak masalah. Aku ingin menyentuhnya. Aku menginginkannya.

Rem yang selalu aku gunakan, kini rusak. Aku tidak bisa menahan perasaanku yang semakin kuat.

Hampir. Sedikit lagi dan aku akan menggapainya.

Saat aku berpikir seperti itu.

Guhhh

Perutnya keroncongan.

Wajahnya menjadi merah dan dia melangkah mundur.

Gerakannya, akhirnya membuatku mendapatkan kewarasanku kembali.

……

……

…Sulit dipercaya.

Apa yang baru saja aku coba lakukan...?

Aku membatu karena terkejut.

Aku tidak percaya dengan diriku sendiri.

Bahkan jika aku tidak bisa memilikinya, dengan perasaanku padanya, itu sudah cukup jika aku bisa berguna.

Seharusnya aku berpikir begitu, tapi malah――――

Tindakanku barusan, membuatku ingin membenturkan kepalaku ke dinding.

Sedikit lagi dan aku akan melakukan sesuatu yang tidak dapat diurungkan…

Meskipun aku menerima kejutan dari apa yang akan aku lakukan, sebagai tanggapan atas perutnya yang kosong aku memberinya permen yang selalu aku bawa di saku bajuku.

Rasa favoritnya, anggur.

Sejak dulu, aku selalu membawa makanan ringan untuknya yang sering mengeluh sedikit lapar.

Aku masih belum bisa menghentikan kebiasaan itu, sepertinya hal itu berguna hari ini.

“Aah~”

Dia benar-benar lengah, jadi aku melemparkan permen itu ke mulutnya.

Melihatnya yang tersenyum bahagia, aku pikir merupakan hal yang bagus aku tidak melakukan keinginanku untuk melakukan suatu hal yang tidak dapat diurungkan.

――――Itu benar, aku ingin melindungi senyumannya.

Apa yang akan aku lakukan jika aku merusaknya?

Aku pikir begitu, namun, sekali lagi, dia mengajukan pertanyaan yang kejam.

Kenapa aku selalu membawa sesuatu untuk dimakan?

Tentu saja, itu untukmu.

Tapi… Aku tidak bisa mengatakan itu.

Untuk mengelabuinya, dengan acuh tak acuh aku mengatakan bahwa para penyihir mudah kelaparan, dan Lidi yang tidak bisa menggunakan seni magis mempercayainya begitu saja.

Jujur saja, dia yang seperti itu membuatnya mudah untuk dicintai… Dan dibenci.

Kenapa kamu tidak menyadarinya? Aku ingin memegang bahunya dan mengguncangnya.

Meski begitu––––

Dialah orang yang aku cintai.

Dialah orang yang tidak bisa kutinggalkan, tidak peduli berapa lama waktu berlalu.

Dengan menahan rasa sakit di dada yang membuatku ingin menangis, aku hanya menundukkan kepala dan tersenyum.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?