Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Lidi]
“U…
Uuum…”
Aku
bertanya-tanya, berapa lama aku tidur? Ketika aku bangun langit sangat cerah, sulit
bagiku untuk mengatakan kalau ini adalah pagi.
Aku
ingat kalau kami ‘melakukannya’ sampai pagi. Tidak peduli berapa kali aku
bilang kalau ‘itu tidak mungkin’, Freed tidak mau mendengarkan, pada akhirnya ‘itu’
benar-benar berlangsung sampai pagi.
Aku
dibuat ‘melakukan berbagai hal’… Posisi yang bahkan belum pernah kualami di
kehidupanku yang sebelumnya, kami melakukan ini dan itu… Aku bahkan tidak ingat
sudah berapa kali kami melakukannya. Aku bahkan tidak punya energi lagi untuk
menolaknya, bagaimana dia bisa sekuat itu.
Saat
pagi-pagi sekali, ketika aku menangis dan memintanya untuk melepaskanku, Freed,
“Itu
tidak benar, kan. Lidi memohon sekali lagi? Kalau Lidi melakukannya dengan
baik, aku akan mengakhirnya setelah satu kali ini.”
mengatakan
hal yang tidak terduga.
Meski
aku ragu, aku berkata kalau aku ingin ini segera selesai, tapi tampaknya itu
justru berefek sebaliknya,
“Lidi
menghasutku, mau bagaimana lagi.” “Lagipula itu tidak cukup.” dan seterusnya,
aku diberitahu bahwa… Ah astaga, mengingatnya saja sudah memalukan.
"Itu
sungguh mengerikan…"
Setiap
bagian tubuhku menjerit kesakitan.
Aku
suka se*s dengan Freed, tapi dia tidak bisa melakukan sesuatu seperti itu
sampai berkali-kali.
Meski
pada awalnya itu nikmat, tapi setengah jalan kemudian aku sudah tidak kuat.
Lalu aku mengalami nyeri otot.
Atau
lebih tepatnya, apakah itu normal di dunia ini?
Aku
belum memikirkannya secara mendalam sampai sekarang, tapi aku bertanya-tanya tentang
hal ini.
Dalam
kehidupanku yang sebelumnya, dua kali dalam semalam itu sudah banyak, tapi aku
bertanya-tanya apakah itu tidak berlaku di sini?
Ah,
tapi, seandainya aku ‘menolak’ Freed, itu mungkin akan lebih buruk.
Aku
sangat bersyukur karena tadi aku tidak melakukannya.
Aku
menghela nafas dan mencoba menggerakkan tubuhku, tapi bisa ditebak, Freed menahanku,
aku pun tidak bisa bergerak. Kupikir dia berpura-pura tertidur, tapi dilihat dari
pernafasannya yang stabil tampaknya dia benar-benar tertidur.
Kalau
dipikir-pikir, pikirku sambil berlalu.
Pada
pertemuan pertama kami di pesta topeng, aku menyelinap pergi saat dia tertidur
seperti ini. Hal itu sudah sekitar satu bulan yang lalu, tapi rasanya seperti
sudah berabad-abad yang lalu.
Kekangan
lengan Freed tidak melemah.
Tampaknya
aku tidak akan bisa melarikan diri dari kekangan seorang ksatria aktif, aku pun
menyerah dan memutuskan untuk mengamatinya dengan saja.
Aku
menatap pria ini, yang memiliki wajah tampan sempurna, yang tidur nyenyak di
sampingku.
Bahkan
ketika dia tertidur, wajahnya tetap tampan. Mata biru yang biasanya memberi
kesan dalam seperti lautan kini tertutup.
Sebaliknya
bulu matanya yang sangat lentik bisa terlihat dengan baik. Hidung yang lurus
dan mulut yang kencang.
Rambut
emas mudanya yang tumbuh selama sebulan terakhir jatuh di wajahnya, menciptakan
suasana yang memikat sampai membuatku menggigil. Tanpa sadar aku teringat kisah
asmara dan malam panas tadi.
“Ugh…
Ini tidak bagus.”
Untuk
sekarang aku mengerti kalau keindahan tetaplah keindahan, apapun yang sedang
dia lakukan.
Bahkan
saat dia tertidur, dia tetap terlihat sempurna.
Setelah
selesai mengamati Freed, aku mencoba untuk melepaskan pelukannya.
Clara
mungkin bisa dipanggil ke sini dengan sihir telepati, tapi aku tidak bisa
melakukannya, aku juga tidak ingin terlihat dalam keadaan ini dengan ‘jejak
hubungan cinta’ yang jelas.
Bagaimanapun
juga, aku akan terkena masalah kalau terus menunggu seperti ini sampai dia
terbangun. Waktu sudah menjelang siang.
Setelah
pertimbangan singkat, aku memutuskan untuk membangunkan Freed.
Karena
kupikir akan buruk untuk membangunkannya, aku tetap diam, tapi dengan pertimbangan
yang cermat dialah yang harus disalahkan.
Karena
dia akan menuai apa yang dia tabur, aku memutuskan untuk tidak terlalu
khawatir.
"Baiklah."
Aku
setuju dengan teori ini dan segera mendorong kekangannya dari tubuhku.
“Hei
Freed, bangun. Ini tepat sebelum tengah hari. Bukankah kamu harus pergi
bekerja?”
Ah…
Rasanya ini seperti kalimat pengantin baru.
…Aku
terluka oleh kata-kata yang kuucapkan sendiri, dan meski aku menghela nafas
untuk itu, aku tetap mengguncang-guncang Freed agar dia terbangun.
“Nn…”
Setelah
mengerang beberapa kali dan mengerutkan alisnya, perlahan Freed membuka
matanya.
Saat
mata kami bertemu, bibirnya mengendur, dan dia tertawa pelan.
Suaranya
yang manis bergema di gendang telingaku, cukup membuatku menggigil.
“…Selamat
pagi, Lidi.”
“Se…
Selamat pagi.”
Itu
buruk... Jantungku berdebar-debar.
Ekspresi
Freed yang lebih lembut dari biasanya dan suaranya yang sedikit serak saat
bangun sangat berbahaya bagi hatiku.
Tanpa
mengetahui kekacauan batinku, tanpa sadar Freed mengajukan pertanyaan.
Tindakannya
yang menyisir rambutnya terlihat sangat seksi.
"…Jam
berapa?"
“Tepat
sebelum tengah hari… Hei, apakah tidak apa-apa untuk tidak melakukan tugasmu?”
Saat
aku bertanya, Freed sedikit mengernyit.
Ekspresinya
seakan mengatakan kalau dia tidak terlalu ingin mendengar pertanyaan itu.
“Hmm,
kurasa aku sudah melakukan cukup banyak hal kemarin, jadi aku akan baik-baik
saja sampai tengah hari. Terlebih ada Alex... Lidi? Apa tubuhmu baik-baik saja?”
“Kalau
kamu menanyakan hal itu, kuharap sejak awal kamu harus sedikit menahan diri
semalam…”
Aku
terkejut dengan kepedulian Freed tentang kondisi fisikku, aku tetap menjawabnya.
“Seluruh
otot tubuhku sakit. Terutama pinggul dan perutku… Kamu benar-benar berlebihan.”
"Itu
salah Lidi karena sudah bersikap manis. Dengan reaksi seperti itu, mustahil
bagi seorang pria untuk tidak menanggapinya."
“...Apa-apaan
itu!? Teori yang aneh."
Ketika
aku protes seperti ini, Freed tertawa kecil dan menyatukan dahi kami.
Tindakannya
ini juga terasa sangat manis, dan anehnya aku merasa malu.
Aku
tidak tahu seberapa besar dia menyadarinya, tapi sambil memelukku erat dia
berbisik ke telingaku.
“Haha…
Lidi mengatakan hal yang langka, kupikir akan sia-sia jika tidak menikmatimu
sepuas hati.”
“…Ya
ampun.”
Saat
Freed mengucapkan “Terima kasih.” dengan senyum manis, aku menjadi semakin
malu.
…Apa
ini!?
Itu
sangat memalukan!!
Suara
Freed manis seperti air yang penuh dengan gula, aku sangat malu sampai tidak
bisa menertawakannya.
Otakku
sudah di ambang ledakan dari situasi yang lebih memalukan dari se*s.
Saat
aku terdiam, tak mampu menahan rasa malu, Freed mencium pipiku.
“Haha,
dengan begini seharusnya baik-baik saja. Telingamu memerah. Kalau kamu bereaksi
lebih manis, bisa-bisa aku akan melakukannya lagi.”
“…Aaa.”
Sialan,
dia sengaja melakukannya.
Saat
dia sepenuhnya menikmati reaksiku, aku jadi merasa lelah.
“Maaf…
Sudah cukup. Aku sangat lelah...”
"Begitukah?
Aku dalam kondisi sempurna. Itu berkat efek Lidi."
Pastinya,
kulitnya terlihat bagus, dengan betapa semangatnya dia, aku mengingat kemarin.
“Apa
itu… Tentang kendali kekuatan ilahi yang kamu bicarakan kemarin?”
“Iya.
Dengan 'Bunga Raja' tidak ada masalah dengan pengontrolan kekuatannya. Tapi
dengan ‘memeluk’ Lidi, lib*doku jadi berkurang. Karena itu kondisiku semakin
membaik.”
“Tidak
mengherankan, setelah melakukannya sebanyak itu… Ngomong-ngomong, Freed. Kita tidak
pernah menggunakan kontr*sepsi... Apa tidak masalah kalau kita memiliki anak
sebelum menikah?”
Aku
ingin tahu apakah hal itu tidak akan menjadi masalah.
Itu
adalah sesuatu yang sudah lama kukhawatirkan, jadi aku berpikir untuk mengambil
kesempatan ini untuk bertanya.
Freed
memiringkan kepalanya, seolah dia tidak mengerti apa yang aku katakan.
"Kenapa
tidak? Aku akan senang memiliki anak kapan pun itu."
“Hee… Ah… Aku mengerti.”
Tidak
mengerti kenapa Freed tidak pernah menggunakan kontr*sepsi, aku bermaksud untuk
menanyainya tentang hal itu, tapi ketika dia menegaskan dan menganggapnya
sebagai hal yang wajar, tidak ada lagi yang bisa kutanyakan.
…Begitu,
Freed akan senang.
Aku
tak henti-hentinya mengedipkan mataku. Secara tidak terduga, aku merasa
terguncang.
Aku
juga terkejut ketika menyadari bahwa aku merasa senang dengan kata-katanya itu.
Lagipula,
kupikir tidak apa-apa, meski dia menjawabnya dengan sembarangan.
…Apa
yang sedang terjadi padaku? Aku sendiri tidak mengerti.
“Lidi?”
“Ah…
Tidak, bukan apa-apa.”
"Begitu,
kalau begitu tidak masalah, tapi Lidi..."
“Tu-Tunggu,
Hei, Freed! Ayo segera bangun!”
Karena
tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini, dengan putus asa aku mengubah topik
pembicaraan.
Aku
yang mengangkat topik itu sendiri, tapi aku juga ingin menghindari masalah
lebih lanjut untuk kepentinganku sendiri.
Aku
hanya punya firasat buruk tentang masa depan.
"…Aku
mengerti."
Meskipun
Freed tersenyum pahit karena kata-kataku, dia mengangguk dan, dengan tegas membantuku
untuk bangun.
Kemudian,
dengan tenang dia mengajukan pertanyaan sambil terus menatapku.
“Lidi,
kamu mau pulang?”
“Eh…
Iya, itulah yang kurencanakan.”
Aku
lega topiknya berubah, jadi aku menjawab pertanyaan Freed dengan jujur.
Aku
tinggal di sini karena aku sudah berjanji, tapi aku tidak berniat untuk terus
berada di sini.
Berpikir
begitu, aku mengangguk, tapi Freed terlihat tidak senang dengan itu.
"Freed?"
“…Kenapa?
Lidi telah diakui sebagai Putri Mahkotaku. Tidak perlu untuk pulang.”
Untuk
beberapa alasan, aku merasakan nada bicara yang menyalahkan diriku darinya.
Meskipun aku merasa kebingungan, tapi aku menyuarakan maksudku.
“Eh,
ya, tapi, tetap saja kita masih tunangan.”
Karena
kita belum menikah, jadi aku akan pulang.
Secara
pribadi aku pikir itu alasan yang tepat. Itulah kenapa aku memberikan jawaban
ini, tapi tampaknya Freed tidak berpikir begitu. Itu salah, dia menggelengkan kepalanya.
“Meski
'Bunga Raja' ada di sini? Tidak ada yang akan mempertanyakanmu tinggal di sini
sepanjang waktu. Lidi juga tahu itu, kan?”
"Aku
tahu, tapi…"
Aku
bisa mengerti maksudnya.
Dengan
keberadaan 'Bunga Raja' yang terekspos, bahkan jika aku adalah tunangan, aku
akan diperlakukan selayaknya Putri Mahkota Freed di Istana ini. Dan itu
berarti, orang-orang yang mengangkat alisnya akan berhenti.
Menatapku
dengan lekat-lekat, Freed dengan jelas menyampaikan kata-katanya.
“Memang,
posisi Lidi masih tunanganku, jadi kamu bisa pulang jika kamu mau. Tapi, aku
tidak ingin Lidi pulang. Aku benci kembali ke kamar ini tanpa Lidi di sini…
Hei? Satu bulan perpisahan yang tak tertahankan. Aku tidak ingin berpisah lagi.
Jadi tolong, tetap di sini, ya?”
“…Urgh.”
Aku
tidak bisa menemukan jawaban atas kata-katanya ini.
Jika
dia mengatakannya sebagai lelucon, dengan mudah aku akan menolaknya, tapi dia
mengatakannya dengan wajah serius yang tidak terduga, aku tidak tahu harus
berbuat apa.
"Lidi.
Aku ingin bersamamu. Apa sedikit saja Lidi tidak berpikir seperti itu?”
Mengatakan
hal seperti itu dengan suara sedih, aku pun secara refleks menyangkalnya.
“Bukan
itu masalahnya! Tapi…”
Menyadari
kata-kataku, seketika suaraku memudar.
Menggenggam
tanganku, Freed melanjutkan,
"Kalau
begitu, tidak apa-apa, kan?"
“Tapi…
Umm…”
Aku
tidak bisa mengatakan apapun karena aku tidak merasa tidak nyaman berada di
sini.
Berada
di sisi Freed itu menyenangkan. Itu sebabnya aku tidak akan mengatakan sesuatu
seperti aku tidak ingin tetap berada di
sini.
Tetap
saja, aku menatap Freed dengan tatapan memohon.
“…Aku
bukannya merasa tidak nyaman, tapi setelah menikah kan aku tidak akan bisa
sering kembali ke kediamanku … Jadi sebisa mungkin aku ingin terus berada di
sana sampai nanti kita menikah, apakah tidak bisa?”
Seperti
yang dikatakan Freed tadi bahwa aku bisa pulang, tidak ada aturan bahwa
tunangan harus tinggal di Istana sebelum pernikahan. Jadi jika memungkinkan,
aku ingin pulang.
Dengan
keadaan Freed sekarang, dia bisa mengunciku di kamarnya.
Aku
ingin menghindarinya.
Aku
ingin keluar untuk bersenang-senang di kota, ada banyak hal yang ingin kulakukan.
Aku
harap, aku tidak akan dipenjara di sini tanpa persiapan apapun.
“Aku
mengerti perasaan Lidi. Tapi, aku ingin tetap di sisi Lidi.”
Freed
mempererat genggaman tangannya di tanganku, jelas menunjukkan niatnya tanpa
mundur sedikit pun.
Keputusan
kita bertolak belakang karena aku tidak ingin mengalah.
“Hmm…
Lalu, bagaimana kalau kita melakukan ini?”
Karena
pembicaraan kita tidak mengalami kemajuan, aku pun berkata seperti itu.
“Lidi?”
"Aku
ingin pulang ke rumah. Freed ingin aku tinggal di sini. Pendapat kita berbeda. Kalau
begitu, mari kita bertanding? Jika Freed tidak suka aku pulang, hentikan aku. Kalau
aku bisa dihentikan, maka Freed menang. Karena aku tidak bisa pulang, jadi aku
akan tetap di sini. Tapi, kalau aku bisa pulang, maka akulah pemenangnya, jadi
biarkan aku tinggal di rumah dengan normal."
Batas
waktunya adalah sampai Freed menyelesaikan tugas kantor hari ini.
Ketika
aku mengatakan itu, Freed menatap wajahku dengan lekat.
Saat
dia menatap mataku, mencoba membaca niatku, tanpa mengalihkan pandangan aku
balas menatapnya.
Tak
lama kemudian, Freed menghela nafas seolah dia menyerah.
Kurasa
dia mengerti kalau aku tidak akan mundur apapun yang terjadi, mirip dengannya.
“…Kalau
aku bisa membuat Lidi tetap berada di kamarku sampai saat itu, akankah itu
menjadi kemenanganku?”
“Ya.
Jika Freed berhasil, aku tidak punya pilihan selain menyerah untuk hari ini… Yaa, kita akan memikirkan masalah besok saat
besok saja?”
"...Bisakah
aku menggunakan pelayan, penjaga istana, semuanya?"
"Tentu
saja. Ini sama seperti permainan. Tidak peduli apa yang kamu gunakan, aku tidak
akan menyebutnya tidak adil."
Sebagai
gantinya, jangan marah saat kecuranganku
terungkap.
Saat
aku bergumam di dalam pikiranku, aku mengangguk, membuat Freed memasang wajah
ragu.
“…Apakah
itu tidak terlalu menguntungkan bagiku?”
Aku
tahu dia akan mengatakan itu. Itulah kenapa aku memilih kata dengan hati-hati.
“…Baik.
Itu sebabnya aku punya satu syarat. Sampai Freed kembali, aku ingin sendirian
di kamar ini.”
“Lidi…
Apa kamu sedang merencanakan sesuatu?”
Freed
mencoba membaca yang tersirat dari diriku yang ingin dibiarkan sendiri.
Lalu
aku menjawab dengan senyum lebar.
“Bahkan
jika aku melakukannya, aku tidak akan bisa pulang kalau aku tidak bisa pergi
dari sini. Yakinlah, aku akan meninggalkan surat ketika aku pulang, dan aku
akan menghubungimu setelah aku sampai di kediaman.”
“...Itu
akan menjadi pernyataan kemenangan Lidi. Aku mengerti. Pastinya, jika kita membicarakannya
lagi maka tidak akan ada akhirnya. Baiklah kalau begitu… Aku tidak akan
membiarkanmu kabur.”
“Aku
juga tidak akan ditahan dengan mudah. Melarikan diri adalah keahlianku.”
"Lidi
sudah melarikan diri dua kali dariku, jadi aku ingin menghentikan pelarian diri
Lidi untuk yang ketiga kalinya."
Sambil
memelukku, Freed tertawa dengan gelisah.
Tentu
saja, aku sudah lolos dua kali darinya, tapi cukup memalukan untuk mengatakan
bahwa aku mengalami saru kekalahan yang besar darinya.
Belum
lama ini dia menunjukkan identitasku dan memaksaku untuk bertunangan.
“Kapan
kita mulai?”
"Saat
Freed pergi ke kantor... Hei, aku lapar, bagaimana kalau kita makan sesuatu
sekarang?"
Di
tengah pembicaraan kami, perutku membuat suara gemuruh dan seketika kesunyian
menyelimuti ruangan ini untuk sesaat.
Aku
benar-benar berharap perutku tidak keroncongan selama pembicaraan ini.
Perutku
ini tidak bisa membaca suasana.
Saat
aku menundukkan kepala karena malu pada waktu terburuk ini, untuk beberapa alasan
kepalaku dibelai.
“Haha…
Baiklah, aku akan menghubungi Clara. Jadi ayo kita makan siang dulu.”
"…Kumohon."
Tawanya
membuatku semakin malu.
Tetap
saja, karena sebenarnya aku sudah lapar, aku menganggukkan kepalaku, dan untuk
menghadapi pukulan terakhir Freed membelaiku sambil berkata, “Imut, imut”.
Panggil
Clara dan makan siang.
―――Kemudian,
pertandingan dimulai.
…Maaf,
Freed.
Aku
akan menggunakan cara apapun yang kubisa.
―――Aku
belum merasa ingin menjadi tawanan.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment