Side Story 2

Penerjemah : reireiss

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.

Terima kasih~


***

TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!

HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.

JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.

JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!

***

Keesokan harinya, aku memanggil Ophelia. Sejujurnya, aku tahu kalau tadi malam dia turun ke lantai bawah, dan hari ini rencananya aku akan membiarkannya sendirian.

"Perempuan itu pilih-pilih. Dia tidak turun tepat waktu."

Adrian, yang dijadwalkan untuk pergi hari ini, mengatakan kalau dia baru akan pergi setelah melihat wajah Ophelia, dia duduk di sudut lain meja makan.

Aku menggosok pelipisku, menunjukkan ketidaksenangan. Tapi Adrian tidak mengerti maksudku.

"Dia adalah Kakakku. Tolong jangan menggunakan kata-kata yang tidak sopan seperti itu."

"Ah, aku salah. Haha!"

Adrian mengulurkan cerutu dan meminta maaf. Aku tidak ingin melihat wajahnya atau pun merokok bersamanya, jadi aku melambaikan tangan untuk menolaknya. Kami berdua menunggu Ophelia untuk waktu yang lama di ruang makan.

"Sungguh perempuan yang jual mahal." Gumaman Adrian semakin kuat.

Aku menekan kekesalan dan berdiri. Aku tersenyum pahit dan berkata padanya kalau aku akan menjemput Ophelia.

"Aku tidak tahu apa tidak berlebihan bagi Duke berikutnya untuk melakukan itu."

Adrian menyatakan niatnya kalau sebaiknya dia saja yang naik ke atas. Tapi aku tidak berniat mempercayakan Ophelia padanya.

Aku berhasil membawa Ophelia ke ruang makan, meski tadi ada sedikit gangguan di lantai atas. Adrian yang sudah makan terlebih dahulu, berbicara dengan semua makanan yang masih ada di mulutnya.

Begitu dia melihat Ophelia, dia berkata kalau dia akan mengubah rencana jadwalnya. Ketika dia, secara terbuka menunjukkan keinginan kotornya untuk memiliki Ophelia, entah bagaimana, tanpa sadar, aku menggertakkan gigiku.

Aku pikir akan bagus kalau pengganggu ini segera diurus dan diusir pergi.

Entah bagaimana aku mendengar kata-kata Adrian yang mencoba menurunkan harga diri Ophelia. Aku mendapati diriku sendiri menjadi semakin kesal. Tadinya aku mau membiarkannya pergi dengan tenang, tapi kurasa sekarang aku tidak bisa melakukannya.

"Count Lasis, kenapa aku menemukan Buku Pendapatan Tahunan Arpad di kamarmu?"

Aku tersenyum kejam, menunjukkan taringku. Aku tidak ingin menggunakan Henrietta sebagai telinga, tapi aku harus melakukannya.

Seperti yang diharapkan, Adrian tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Dia membuat wajah terkejut dan menggelengkan kepalanya. Meskipun dia langsung berkata kalau dirinya tidak bersalah secara terburu-buru, tapi aku tetap tidak menganggapnya sebagai alasan.

Sekarang, setelah kereta kuda diambil kembali, Adrian harus turun ke desa secara langsung seperti itu. Dengan cepat Adrian mencoba untuk menyelamatkan kereta kuda itu sebisanya, dia sampai menyeka kumisnya yang basah dan terkulai.

Adrian, yang sangat bangga dengan gelarnya sebagai seorang bangsawan, sekarang dia akan merasa sangat malu. Aku memperhatikan saat-saat di mana Adrian diseret pergi.

Lalu, begitu sosoknya menghilang, aku bertanya pada Ophelia yang memiliki ekspresi bahagia di wajahnya.

"Katakan padaku. Kenapa kamu melakukan itu?"

Sekali lagi, Ophelia mengelak. Aku pun mengatakan kalau aku memiliki beberapa helai rambut peraknya di Kantor Duke.

"Tidak mungkin."

Dia menggigit bibir bawahnya, menahan tawanya. Untuk sesaat, aku merasakan dorongan untuk mengulurkan tanganku dan menarik Ophelia ke dalam pelukanku.

"Bagaimana aku bisa masuk ke Kantor Duke? Dan bukankah hanya kamu yang memegang kuncinya?"

Aku hampir tertipu oleh nada bicaranya yang tenang. Entah bagaimana, aku seperti bisa mempercayai kata-kata Ophelia, bahkan jika kata-katanya itu seperti 'ayam itu melahirkan, bukan bertelur.'

Tanpa dilebih-lebihkan, kenapa kata-katanya tampak cukup meyakinkan? Aku terus jatuh cinta pada sihirnya, bahkan aku menjilat lidahku sendiri seakan mengkritik diriku sendiri.

"Alex."

Ophelia tersenyum cerah. Dia memperlakukan aku dengan hangat untuk pertama kalinya. Aku ingin sekali mengunyah pipinya untuk menenangkan jantungku yang berdebar kencang.

"Alex, apa benar rambutku rontok di sana?"

Dengan lembut, sekali lagi, dia memanggil nama panggilanku. Aku menjadi tidak yakin lagi. Apa rambutnya benar-benar jatuh di lantai Kantor Duke?

Tentu saja, iya. Pasti! Bukankah aku sendiri yang mengambil sehelai rambut yang seperti jaring laba-laba ini?

Tapi, begitu dia berbicara, aku menyangkal ingatanku sendiri. Kalau aku melakukan itu, aku pikir Ophelia akan tersenyum cerah sekali lagi. Jadi aku berkata, "Begitukah?"

"Kenapa kamu menghubungkan aku dengan ini?" Tanya Ophelia sambil menatapku.

Begitu aku bertemu dengan mata birunya, aku merasa kalau sekujur tubuhku menjadi panas. Hanya dengan tatapan dan pandangan sekilas darinya, itu membuatku bersemangat.

Dia ingin aku untuk mencurigai pihak ketiga. Orang yang menemukan Buku Pendapatan Tahunan di kamar Adrian dan orang pertama yang menemukan kalau pintu Kantor Duke terbuka.

Karena Ophelia menginginkannya, maka aku memanggil Henrietta. Saat Henrietta datang setelah menerima panggilan, dia segera mendekat ke arahku seolah berharap untuk menerima pujian.

Tentu saja ada beberapa kebenaran dalam pendapat Ophelia. Ada kemungkinan kalau Henrietta sengaja menjebaknya.

Hari di mana Ophelia pertama kali datang di Kediaman Duke, Henrietta terus berkeliaran di sekitarku. Mencoba menarik perhatianku, mungkin dia merasakan krisis.

Terlebih lagi, Henrietta berusaha memenangkan hati Ophelia, akhirnya dia menjadi pelayan pribadi Ophelia. Bagaimana kalau Henrietta sengaja mencoba berbuat jahat pada Ophelia dengan cara yang kekanak-kanakan?

Aku menjadi semakin bingung. Siapa yang harus aku percaya?

Tidak. Aku tidak boleh percaya pada siapa pun.

Itulah yang aku simpulkan setelah Ophelia dan Henrietta pergi dari ruangan ini.

Ophelia bilang kalau dirinya sudah terbiasa dijebak. Itulah sebabnya dia sangat menikmati suasana ini.

Aku menjadi semakin yakin dengan fakta itu. Setelah waktu berlalu, Ophelia dan Henrietta menjadi dekat seolah-olah mereka adalah teman baik.

Mereka sangat dekat sehingga siapa pun yang tidak tahu, pasti akan percaya kalau mereka adalah kakak-adik. Namun, aku yang memiliki sisi sensitif, bisa tahu hanya dengan melihatnya.

Hubungan mereka adalah hubungan tuan-budak yang sempurna.

Henrietta, yang selalu tersenyum seolah dia sudah kehilangan hatinya, di beberapa titik dia kehilangan senyumnya. Bagian bawah matanya terlihat gelap, dia seperti kelinci yang ketakutan, dia bisa dikejutkan hanya dengan suara yang kecil dan langsung menciut.

Ophelia menyisihkan rambut Henrietta ke samping dengan tangan lembutnya. Setiap kali Ophelia melakukan itu, reaksi Henrietta sangat spektakuler. Dia bergidik dan memandang aku untuk meminta bantuan.

Tentu saja, sejak awal hingga akhir aku tidak membantunya. Tapi aku menjadi semakin yakin akan hal itu.

Sekali lagi, itu Ophelia, bukan Henrietta. Orang yang memasuki Kantor Duke dan mencuri Buku Pendapatan Tahunan.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***


Apa pendapatmu tentang bab ini?