Chapter 25 Part 3

Penerjemah : reireiss

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.

Terima kasih~


***

TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!

HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.

JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.

JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!

***

Alexander yang sejak tadi terdiam mendengarkan penjelasan Claude, tiba-tiba saja membuka mulutnya. Dia tidak menyembunyikan ekspresi hinanya, dan menatap wajah para penyelidik satu per satu.

.

.

.

"Aku ingin tahu nama kalian. Bahkan kalau kalian dihukum, tidak akan ada yang protes. Aku harus mengirim surat kepada Yang Mulia Kaisar."

"Kami mohon jangan, Duke."

Para penyelidik bahkan meraih kaki Alexander dan berlutut. Alexander mengabaikan mereka semua yang berteriak, "Maafkan kami." dan "Kami mohon maaf."

"Pagi ini, sebuah telegram dari seorang penyelidik bernama Claude tiba. Bersamaan dengan selembaran buronan, ada juga izin untuk membunuh. Wajah di selembaran itu persis seperti pria yang berada di Kediaman ini dan mengaku sebagai penyelidik."

Alexander menghela nafas. Dia turun ke kamar untuk menangkap Cain. Tapi kamar Cain sudah kosong. Dengan terburu-buru, Alexander pergi ke desa paling dekat dengan Kediaman untuk menemukan Cain.

Dia menyuruh para ksatria dan penjaga untuk mencari ke seluruh desa di wilayah itu. Namun, mereka tidak bisa menemukan saksi, atau pun seorang pria yang memakai pakaian yang mirip dengan Cain.

"Aku mengirim banyak orang untuk mencarinya. Tapi aku tetap tidak menemukannya. Aku menjadi semakin cemas. Jadi aku memutuskan untuk kembali ke Kediaman terlebih dahulu. Kalau dipikir-pikir, saat Henrietta meninggal, Claude... Tidak, Cain bahkan tidak punya alibi yang layak. Dengan cepat aku tiba dan masuk ke Kediaman, tapi Kakakku tidak ada di Kediaman.... ...Apa yang akan terjadi kalau aku terlambat sedikit saja!?"

Alexander mengangkat matanya. Seolah berusaha untuk tidak menangis, dia memiringkan kepalanya dan memalingkan wajahnya. Tapi dia tidak bisa menghentikan air mata yang mengalir secara tak terkendali. Air mata kental mengalir di pipinya yang keras dan ternoda percikan darah.

"Tolong maafkan kami, Duke."

Tangisan Alexander membuat para penyelidik tampak bingung.

Mereka menggaruk rambut pendek mereka, menghindari tatapan, dan menundukkan kepala. Di antara para penyelidik itu, ada seorang penyelidik yang melirikku.

Aku menurunkan mataku dan memeriksa kondisiku. Rambutku pasti berantakan, dan karena Cain mencekikku, gaunku jadi berantakan. Wajar kalau gaunku di bagian leher robek dan compang-camping, sebuah sidik jari berwarna ungu pun terlihat.

"Itu benar! Kakakku hampir mati. Mungkin ada beberapa korban yang benar-benar tidak bersalah. Karena kecerobohan kalian, orang-orang Arpad...... Urghh."

Alexander mengeluarkan kemarahannya. Beberapa saat yang lalu, aku bahkan tidak bisa membayangkan seorang pria yang tersenyum seperti orang gila dan menunjukkan obsesinya. Tapi sekarang, pria itu tampak seperti seorang anak lelaki yang hampir pingsan karena mengkhawatirkan kakak perempuannya.

Seolah dirasuki oleh sesuatu, aku mendekati Alexander. Dia, yang menundukkan kepalanya, mengetahui kalau aku mendekatinya, lalu dia meraih ujung lengan gaunku dengan lembut. Aku tidak boleh sampai melewatkan tangannya. Jadi, dengan lembut aku mengusap punggung tangannya yang mencengkeram ujung lengan gaunku.

"Alex, terima kasih. Berkatmu, aku hidup."

......Ya, aku akan mengatakan ini sekarang.

Aku tidak tahu apa maksud Alexander yang sebenarnya, tapi aku tahu dia ingin aku tetap menjadi korban. Aku masih tidak begitu mengerti apa maksudnya dengan 'jangan gunakan sihir untuk membunuh Cain.'

".......Duke, saya memohon maaf karena menimbulkan kekhawatiran."

Claude meminta maaf berulang kali dengan kepala tertunduk ke tanah. Pasti dia adalah seorang penyelidik berpangkat tinggi, dan karena dia kebingungan, maka para penyelidik lainnya juga pasti bingung harus berbuat apa.

"Saya telah berdosa! Maaf! Maaf! Saya akan menerima hukuman apapun dengan sukarela!"

Alexander menangis sampai ujung hidungnya menjadi merah. Saat dia berkedip, air mata jatuh dari bulu matanya yang panjang. Dia menghela nafas.

"Pria itu.... ...Cain mengatakan kalau kematian orang tuaku adalah pembunuhan. Aku melihat dokumen dengan stempel Kekaisaran dengan kedua mataku sendiri. Bagaimana itu bisa terjadi?"

"......Duke, ini adalah penyataan yang tidak sopan, tapi saya masih seorang pemula. Sebuah stempel Kekaisaran? Tentu saja, seluruh tas dicuri, tapi...... Oh!"

Claude, yang memikirkannya sambil memiringkan kepalanya berseru. Apa? Bukankah tadi dia bilang kalau hanya tanda pengenal, kalung, dan dompet yang dicuri. Apa kau ini punya harga diri? Yah, memang aneh kalau seorang kriminal hanya mengambil 3 barang di keadaan darurat seperti itu.

"Saya memang membawa beberapa dokumen yang memiliki stempel Kekaisaran. Saya tahu kalau ini tidak sopan, tapi apakah Anda membaca isi dokumen tersebut?"

"Aku tidak melihatnya dari dekat. Karena aku kesal dengan sikapnya yang tidak sopan." Jawab Alexander.

Bahkan aku tidak bisa membaca isi dokumen yang Cain tunjukkan dengan percaya diri. Dikatakan bahwa kematian Ibu dan Duke sebelumnya adalah kasus pembunuhan, hal itu berdampak sangat besar bagiku jadi aku tidak memperhatikan hal-hal lainnya.

"Jadi begitu, ya. Duke, dokumen itu mungkin tidak ada hubungannya dengan Duke Arpad sebelumnya. Namun, informasi tentang kecelakaan kereta kuda itu benar. Saat itu, saya baru menjadi Penyelidik Kelas Dua, dan saya tidak bertanggung jawab atas kasus itu, jadi saya tidak tahu dengan pasti...... Namun, saya pernah mendengar tentang adanya reaksi kimia magis yang tertinggal dari potongan-potongan kereta kuda yang terbakar."

"Tapi mungkin itu dikarenakan formula sihir yang digunakan untuk memperbaiki kereta kuda mewah." Tambah Claude.

Tampaknya dia sangat yakin kalau itu bukanlah pembunuhan.

"Bagaimana kau bisa mengatakannya dengan pasti? Kau, para penyelidik-"

Alexander bergumam dengan nada menyedihkan. Berikutnya, kata-kata yang Alexander ucapkan selanjutnya cukup mengejutkan.

"Cain benar-benar seorang pendosa, bahkan dia tidak layak untuk terlahir kembali. Tapi, tidak semua yang dia katakan itu salah. Memang benar kalau orang tuaku meninggal karena pembunuhan. Aku tahu siapa pelakunya."

Aku bisa merasakan darahku yang mengalir. Dengan wajah mengeras, aku menatap Alexander. Dia tidak lagi menatapku. Tatapannya terus tertuju pada Claude.

"Hah! Siapa itu?"

Claude menelan ludahnya dan bertanya. Dia bangkit dari berlutut, menyapu salju yang ada di pangkuannya, dan memandang para penyelidik di sekitarnya dengan wajah serius. Alexander mengangkat bibirnya yang tertutup rapat.

"Henrietta. Dia adalah seorang wanita yang sudah bekerja sebagai pelayan di sini. Dia mengaku padaku kalau dialah yang melelehkan jari-jari roda kereta kuda itu."

Kewaspadaanku mengendur. Henrietta?

...... Henrietta?

"......Alex, kamu yakin tentang itu?"

Aku mengajukan pertanyaan kepadanya dengan ragu. Memang ini hanya beberapa tahun, tapi aku sudah melihat Henrietta dari dekat. Tidak mungkin dia bisa menyakiti Duke sebelumnya yang sudah membantunya.

Henrietta, yang mengatakan kalau dia ingin menjadi pelayan pribadiku, muncul di benakku. Apa dia melelehkan jari-jari roda kereta kuda dengan matanya yang jernih seperti anjing itu? Tidak, bisakah Henrietta menggunakan sihir yang begitu kuat seperti itu?

"Kakak, Henrietta datang menemuiku. Dia menangis di hadapanku karena tidak bisa melupakan rasa bersalahnya. Saat itu aku tidak mempercayainya. Kakak kan tahu sendiri, dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan perhatianku."

Tapi... Reaksi kimia magis dari potongan kereta kuda.

Setelah jeda beberapa saat, Alexander kembali berbicara. Claude hanya bisa tergagap karena terkejut dan menarik nafas.

"Kalau begitu... Memang benar kalau ada laporan mengenai roda kereta kuda yang lepas karena sambungannya kendor."

"Bukankah itu akibat dari jari-jari roda yang meleleh? Sampai beberapa saat yang lalu, aku sendiri masih tidak yakin. Tapi... Setelah kau menyebutkan reaksi kimia magis, teka-tekinya sudah terjawab."

Begitu Alexander mendorong argumen akhir, pada penyelidik tampak sangat gelisah. Claude pun bertanya dengan wajah bingung,

"Ta-Tapi, bukankah tadi Anda berkata kalau pelayan yang bernama Henrietta itu dibunuh oleh Cain?"

"Itu benar. Sekarang aku jadi tidak bisa sepenuhnya menyalahkan kedatangannya ke sini."

Alexander mendecakkan lidahnya dan mengerutkan kening. Tidak ada lagi orang berdosa di dunia ini yang harus membayar harganya. Dia menghela nafas panjang.

"Semakin aku mendengar penjelasanmu, aku semakin yakin kalau Henrietta adalah seorang pembunuh."

"Ya, mendengar kata-kata Duke, saya pikir saya perlu melakukan penyelidikan tentang hal itu. Begitu saya kembali ke-"

"Tidak."

Alexander memotong kata-kata Claude.

"Apa untungnya mengungkit peristiwa yang sudah terjadi 3 tahun yang lalu? Aku tidak ingin ada skandal tidak berguna yang menyapu seluruh Kekaisaran. Pembunuhnya sudah mati, kalau penyelidikan dilakukan, hanya akan muncul bukti-bukti kalau Henrietta adalah pelakunya. Apa aku salah?"

Dia mengangkat bahu dengan santai. Para penyelidik di belakang Claude mengangguk, apa yang Alexander katakan memang valid.

"Kalau itu yang Duke inginkan......"

Pada akhirnya, dikatakan bahwa tidak nyaman bagi kedua pihak untuk menyelesaikan hal ini. Claude memiliki ekspresi yang ambigu di wajahnya, seolah-olah dia tidak tahu harus berbuat apa.

Namun, begitu masalah tentang para penyelidik yang menghabiskan waktu dengan seorang ‘wanita profesional’ saat membawa Cain kembali diungkit oleh Alexander, Claude dan para penyelidik lainnya mulai bertindak seperti anjing yang setia kepada Alexander. Claude bahkan menggosokkan tangannya seperti lalat dan membungkuk.

"Baik, Duke. Mengenai kasus Duke Arpad yang sebelumnya dan kasus ini, mari kita akhiri di sini. Jangan khawatir, percayalah pada saya."

"Baiklah. Kasus mengenai Ayahku terkuak dan berakhir di sini."

Alexander tidak mengatakan apapun lagi dan tersenyum lembut. Para penyelidik melukai telapak tangan mereka dan bersumpah menggunakan darah kalau hal ini tidak akan pernah terjadi.

Alexander akan mengingat nama dan wajah para penyelidik yang meninggalkan bekas luka di telapak tangan mereka, sehingga kisah pembunuhan mantan Duke dan Duchess Arpad berakhir di sini. Selama-lamanya.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***


Apa pendapatmu tentang bab ini?