Chapter 25 Part 2

Penerjemah : reireiss

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.

Terima kasih~


***

TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!

HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.

JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.

JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!

***

"Aku sudah bilang, itu tidak mungkin. Tidak ada waktu. Kalau Kakak menggunakan sihir sekarang, semuanya akan sia-sia."

.

.

.

"Apa? Apa sih yang kamu bicarakan? Aku tidak mengerti."

Alih-alih menjawab, Alexander tertawa kecil. Mungkin dia menganggap perjuanganku sebagai suatu kecemburuan. Semakin aku memberontak, dia semakin memelukku dengan kuat sampai rasanya seperti mencekik.

"Sekarang, selain aku tidak ada yang tahu kalau kamu adalah seorang penyihir. Ah, bajin*an ini harus dihabisi."

Aku mendongak dan melihat Alexander tersenyum pada Claude. Claude gemetar, menghindari tatapan Alexander.

Suasananya menjadi tidak serius. Alexander bertindak seperti pemangsa yang elegan dengan mangsa yang ada di hadapannya. Aku langsung memanggil Alexander.

"......Alex? Alex!"

Tapi itu sudah terlambat. Alexander memberiku pelukan yang erat. Berkali-kali aku memberontak tapi itu tidak berhasil.

Kemudian dia menempatkan aku di belakangnya. Punggungnya yang sekeras dan selebar dinding mengaburkan pandanganku. Aku menendang tulang keringnya dan mencoba mendekati Claude.

"Tidak boleh! Kakak, kamu tidak boleh terlibat!"

Alexander tidak memberiku kesempatan untuk berdebat. Kaki yang aku tendang dengan sekuat tenaga itu sekeras batu, justru itu membuat kakiku sakit.

Dia menghunuskan pedang dari bahu Claude. Apa yang akan dilakukan Alexander berikutnya sudah bisa diprediksi.

"Berhenti. Hentikan!"

Aku mengangkat suaraku dan memeluk pinggang Alexander. Aku mencoba menghentikannya. Tapi sudah terlambat.

Slash!

Aku menggigit bibirku dan memelototi Alexander. Ini adalah urusan antara aku dan Claude. Tapi kenapa dia ikut campur? Apa hubungan Alexander dengan semua ini? Aku menjadi frustrasi.

"Kakak, dengarkan aku. Setelah semua ini selesai, kamu akan mengerti."

Alexander bergumam pelan. Dia menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Ada banyak darah merah berceceran di wajah putihnya yang menatapku.

Hasrat yang terpancar di mata abu-abu peraknya sangat berbeda dari biasanya. Sudut bibirnya yang indah terangkat.

Alexander tersenyum.

"Sekarang, kamu...... Merasa kalau ini lucu?"

Aku menggelengkan kepalaku, tidak percaya. Alexander memiringkan kepalanya seolah dia tidak mengerti. Aku bisa melihat lumuran darah di punggung lehernya mengalir turun saat dia memiringkan kepalanya.

Mengangkat pandangannya lagi, aku melakukan kontak mata dengannya. Matanya yang lebar dan melengkung seolah digambar dengan kuas.

"Bukan lucu, aku seperti ini karena merasa senang."

Mata Alexander berbinar ketika dia mengatakan itu. Itu adalah mata yang sempurna untuk terlihat seperti orang gila. Dia menyeringai dan tampak seperti tidak fokus.

"......Kamu."

Aku bersandar dan menunjuk Alexander. Dia melirik jari-jariku. Lidah merahnya membasahi bibir bawahnya yang tebal.

"Itu adalah jari-jari yang ingin kumasukkan ke dalam mulutku, lalu kuhisap."

"Kamu membicarakan hal seperti itu sekarang!?"

Aku berteriak sambil menyeka tanganku di belakang punggung. Hanya sesaat, aku merasa senang karena bukan Alexander yang mencoba untuk membunuhku.

Sekarang, setelah aku lihat-lihat, Alexander juga tidak terlihat normal.

Bagaimana bisa dia membunuh Claude? Dia ingin menghisap jariku? Bisakah kau mengatakan hal-hal seperti itu di situasi seperti ini? Bisakah!?

Apa ini!? Apa sebenarnya ini!?

Bagaimana bisa kamu membunuh Claude dengan mudah? Setelah berbicara dengannya lagi, aku mencoba menghadapinya.

"Habisnya aku cemburu. Sejak pertama kali melihatnya, aku tidak menyukai si bren*sek ini. Selain itu, dia mengetahui masa lalu Kakak, yang tidak aku ketahui. Aku tidak bisa diam saja."

......Dia?

Aku kehilangan kata-kata saat mendengar alasan Alexander. Lalu, perlahan dia mendekatiku dan menjilati bibirnya.

"Kak, kamu tidak memberi tahu aku apapun."

Yah, itu tidak masalah sekarang. Sekarang bajin*an itu sudah mati.

Alexander menyeringai dan melempar pedangnya jauh-jauh dengan suara berderit. Seolah-olah dia sudah menunggu momen ini.

Aku mengerutkan kening dan menatapnya dengan rasa ingin tahu. Alexander menyeka tangannya dan melihat ke belakangku.

Saat aku menoleh, mengikuti tatapannya. Kuda-kuda yang berlari ada di mataku dan suara kuda-kuda itu menembus telingaku.

Beberapa pria dengan baret bulu berwarna merah dengan jubah yang berkibar-kibar mendekat.

"Siapa itu?"

Aku melihat orang-orang dengan seragam yang sama dan bertanya. Alexander menjawab, melingkarkan tangannya ke bahuku.

"Mereka adalah yang asli."

Lagi, jangan mengatakan hal-hal yang tidak aku mengerti. Aku mendengus dan mencubit punggung tangan Alexander. Tapi dia mengusapkan wajahnya di kepalaku seperti orang bodoh.

Lalu, seorang pria yang terlihat seperti pemimpin mereka turun dari kudanya. Dia melepas baretnya dan menundukkan kepala.

"Salam kepada Duke Arpad! Maafkan saya karena terlambat. Saya adalah Penyelidik Kelas Satu, Claude."

Hah?

Aku mengangkat satu alisku. Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai Claude mengerutkan keningnya dan melihat sekeliling. Kemudian, dia mengerang malu.

"Saya hanya bisa menebak situasinya. Apakah tidak apa-apa jika saya menjelaskannya selangkah demi selangkah?"

Lalu, orang-orang yang ada di belakang pria itu, menyapa Alexander satu demi satu. Alexander mengangkat tangannya untuk menghentikan mereka.

"Sudah cukup. Aku menunggu penjelasan."

Alexander menggelengkan kepalanya dan orang-orang itu mundur. Aku memandang Claude, yang sudah dipenggal. Tentu saja, aku terlambat menyadarinya kalau dia bukanlah seorang penyelidik, tapi......

"Dia meniru saya, Nona."

Seorang pria mendekatiku dan menunjukkan selembaran buronan. Nama asli dan wajah Claude tergambar di kertas mengkilap itu.

Aku memindai selembaran itu dengan ujung jariku. Sekilas aku bisa langsung tahu kalau selembaran ini terbuat dari bahan yang sama dengan kertas yang dipegang oleh Henrietta.

"Apa Anda tahu kalau pelayan pribadi saya meninggal karena ini?"

Tanyaku tajam. Pria ini, Claude yang asli, menurunkan sudut bibirnya yang mengeras dan menjawab,

"Saya pikir, akan ada peningkatan jumlah korban yang tidak bersalah.... ...Maaf. Saya benar-benar meminta maaf."

Yah, meski Henrietta tidak bersalah. Karena dia sudah mati, aku memutuskan untuk tidak mengatakan apapun lagi pada Claude yang asli.

"Nama aslinya adalah Cain, dari panti asuhan kelas pekerja. Dia terkenal di Selatan karena menjadi pencopet sejak dia masih remaja. Dia sudah keluar-masuk penjara lebih dari 10 kali."

Kalau dipikir-pikir, saat aku masih kecil, aku pernah bertanya pada anak lelaki itu dari mana dia mendapatkan buah plum itu. Kemudian anak lelaki itu, tidak. Maksudku, Cain menjawab, 'Apa yang akan kamu kalau kamu hidup sendiri?'

Cain yang digambarkan pada selembaran buronan itu, masih terlihat begitu muda. Dengan senyum cerahnya, sulit untuk membayangkan kalau dia memiliki catatan kriminal yang brilian. Lagi pula, kau tidak bisa melihat sifat seseorang yang sebenarnya hanya dari wajah.

"Intensitas kejahatannya meningkat dari waktu ke waktu. Tapi dia hanya mencuri hal-hal kecil, jadi dia tidak begitu diperhatikan. Tapi tak lama berselang, ada kejadian di mana dia membakar panti asuhan tempat dia dilahirkan dan mencekik direktur panti asuhannya. Ini adalah tragedi mengerikan dengan total korban mencapai 23 orang. Para korban tersebut tidak bisa keluar dari gedung dan akhirnya mereka meninggal."

Menurut Claude, Cain itu gila. Sebagai seseorang yang sudah berbicara dengannya, aku cukup mengerti. Tiba-tiba saja dia tertawa, menangis, marah, mencekik, berteriak.

"Seperti yang saya katakan sebelumnya, Cain memiliki banyak masalah mental. Jadi, alih-alih dijatuhi hukuman mati, dia dikirim ke penjara bawah tanah terburuk di Utara. Saya dan rekan-rekan saya sedang mengantar Cain."

Namun, Cain berhasil kabur setelah menikam 2 penyelidik dalam perjalanan menuju Utara. Meski dia adalah penjahat keji, para penyelidik ini tidak pernah berhadapan dengan orang yang sakit jiwa, jadi mereka menganggap mudah tugas kali ini.

Claude merinci keadaan sebelum Cain melarikan diri. Pada malam hari, ketika mereka sedang mencari penginapan karena keadaan yang tidak bisa dihindari, hanya ada Claude dan beberapa penyelidik yang mengawasi Cain.

Tiba-tiba saja Cain mulai muntah-muntah, dan para penyelidik yang kebingungan menepuk-nepuk punggungnya dan mencari-cari obat. Kemudian, Cain menendang titik vital Claude dan menarik pedang dari pinggangnya.

Lalu, dengan mudah Cain memutuskan tali yang mengikatnya dan menikam perut Claude dan mengancam para penyelidik lainnya. Claude juga berkata kalau penyelidik yang ditikam di area dekat jantung masih dirawat di Rumah Sakit di desa terdekat. Claude mengayunkan jaket seragamnya untuk menunjukkan bahwa lukanya belum sembuh dan telah diperban.

"Dia adalah pria yang sangat licik. Cain mencuri kartu identitas saya, kalung anti sihir saya, dan dompet saya saat saya tidak sadarkan diri."

"Lalu apa yang dilakukan penyelidik lainnya?"

Aku memandang Claude dengan tatapan menyedihkan, dia kehilangan kalung mahal itu tanpa berkutik. Sulit dipercaya bahwa ada begitu banyak pria jangkung dengan fisik yang bagus, tapi mereka semua tidak bisa menghentikan Cain yang ramping.

"I-Itu...... Di sana, ada seorang 'wanita profesional'."

Alih-alih Claude yang mengatakannya, penyelidik yang ada di belakangnya menjawab pertanyaan dengan ragu-ragu. Mereka terbatuk-batuk dan menghindari tatapanku. Sungguh kotor dan menjijikkan.

"......Bertingkah seperti sampah."

Alexander yang sejak tadi terdiam mendengarkan penjelasan Claude, tiba-tiba saja membuka mulutnya. Dia tidak menyembunyikan ekspresi hinanya, dan menatap wajah para penyelidik satu per satu.

.

.

.

***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***


Apa pendapatmu tentang bab ini?