Chapter 8
Penerjemah : reireissDukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
***
TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!
HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.
JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.
JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!
***
"Maafkan saya, Nona. Saya memang berbohong."
Saat aku kembali ke kamar, pelayan itu meminta maaf
padaku. Tampaknya dia sudah menungguku. Aku melepaskan selendang dan mantel,
lalu menyerahkannya padanya. Setelah itu, aku mendekat ke arah perapian.
"...Kenapa kau berbohong seperti itu?"
Aku tidak bermaksud untuk memarahi si pelayan, tapi aku
ingin mendengar alasannya. Sejauh yang kutahu, pelayan yang melakukan suatu hal
tanpa izin dari tuannya akan diusir tanpa mendapatkan rekomendasi. Tentunya,
aku tidak memiliki kekuasaan untuk melakukan itu dan aku tidak memiliki maksud
untuk melakukannya di Kediaman Duke Arpad.
"Saya sedang membersihkan jendela saat saya melihat
Anda dengan Tuan Adrian. Saya melihat Anda mengerutkan kening, seakan sedang
marah."
"Jadi saya ingin membantu..."
Pelayan itu menjawab dengan suara yang sangat kecil. Aku
duduk di depan perapian, menangkupkan tanganku dan sedikit menunduk. Tanganku
kering dan dingin, sejak tadi aku tidak merawat tanganku dengan baik.
"Ah, Nona! Maafkan saya! Saya mohon maafkan saya
untuk kali ini saja!"
Aku mencoba untuk menarik tangan pelayan itu, mendekat ke
perapian. Tapi dia gemetar seperti pohon poplar yang bergetar saat terkena
angin, ketakutan setengah mati.
"...Ada apa denganmu? Aku mencoba untuk membuat
tanganmu hangat."
"Oh..."
Pelayan itu membuka mulutnya, terkejut. Lalu dia
menatapku untuk sesaat, dan tanpa perlawanan lebih lanjut akhirnya dia
mengulurkan tangannya. Kami pun sama-sama menghadap ke arah perapian.
"Ini hangat."
"Benar."
Pasti ini bukan sekali atau dua kalinya dia menghangatkan
diri di depan perapian, tapi pelayan ini melihat ke arah perapian yang menyala
dengan tatapan yang sangat terpesona. Aku menjauh dari pelayan itu, berjalan ke
sebuah laci. Aku mengambil krim pelembab yang ada di dalam laci itu lalu
kembali ke sisi pelayan. Lalu aku memberikan krim itu padanya.
"Pakai ini. Kau memang bersalah karena sudah
berbohong, tapi kau menyelamatkan aku."
"...Nona? Tidak perlu seperti itu. Ini sangatlah
mahal."
"Iya, ini sangat mahal. Jadi kau harus
menggunakannya secara sedikit demi sedikit dan menyimpannya."
"Ini untuk saya...?"
Mata hijau pelayan ini berkaca-kaca. Saat dia
menganggukkan kepalanya, dia mengambil krim di tanganku dengan tangan yang
gemetar. Kemudian pelayan itu membuka wadah krim dan mencium aromanya lalu
menghembuskan nafas dengan gembira.
"Terima kasih. Saya bahkan sudah lupa kapan saya
menggunakan krim berkualitas tinggi seperti ini."
"...Maksudmu, kau pernah mencobanya sebelum
ini?"
"Oh, itu..."
Pelayan itu tidak bisa menjawabnya dengan mudah. Dia
menghindari tatapanku seakan dia merasa malu. Aku mengangkat syalku.
"Kalau kau tidak mau mengatakannya, tak apa. Semua
orang memiliki satu atau dua rahasia."
"Maafkan saya."
"Tak ada yang perlu dimintai maaf."
Setelah itu kami hanya duduk di depan perapian tanpa
berbicara. Perlahan pelayan itu mengoleskan krim ke tangannya. Dia terlihat
menyukainya. Mungkin karena cahaya, mata hijaunya terlihat bersinar terang.
"Saya akan menggunakan sedikit demi sedikit. Terima
kasih banyak."
"...Tak masalah. Ngomong-ngomong, siapa
namamu?"
Dia adalah pelayan yang bertugas untuk membersihkan
kamarku, tapi aku bahkan tidak mengetahui namanya.
"Saya Henrietta, Nona Ophelia."
Pelayan itu tertawa sambil menggaruk rambut pendeknya.
Henrietta, "Henrietta." Aku mencoba memanggil namanya dengan pelan.
"Ya, Nona."
"Tidak, aku hanya memanggil saja."
"Ah..."
Percakapan kembali berhenti. Meski ada karpet yang tebal,
pinggulku terasa dingin karena duduk di lantai. Aku pun bangun dan berjalan
menuju sofa. Henrietta yang berlutut pun, mengikutiku. "Bukankah kau
dimarahi oleh Adrian karena aku? Apa kau dipukul?"
Tiba-tiba saja aku teringat dengan kata-kata yang
Alexander ucapkan ke saudara-saudaranya di ruang makan, karena itu aku
menanyakannya. Ada banyak bangsawan yang suka main tangan lebih dari yang
kupikirkan. Di luar, Henrietta terlihat baik-baik saja, tapi untuk
berjaga-jaga.
"Saya baik-baik saja. Tuan Adrian memang sedikit
kasar, tapi beliau bukan tipe orang yang main tangan. Saya sudah beberapa kali
dimarahi oleh beliau."
"Benarkah?"
"Saya yakin Anda sudah pernah melihatnya. Saat di
ruang makan, Tuan Adrian meneriaki saya saat menyuruh mengambilkan air untuk
mencuci tangan Anda."
Oh, jadi pelayan itu adalah Henrietta? Aku benar-benar
sudah kehilangan pikiranku karena tidak menyadarinya.
"Begitu..."
Henrietta tertawa pahit sambil menggaruk lehernya dan
berkata,
"Anda tidak tahu? Tentu saja, untuk apa Anda mengingat
persoalan tentang para pelayan dan semacamnya."
"...Kenapa kau berbicara seperti itu?"
"Nona?"
"Kenapa kau berbicara dengan merendahkan dirimu
sendiri? Jangan lakukan itu."
"Maafkan saja. Ini menjadi kebiasaan."
Henrietta meminta maaf padaku lagi. Aku tidak marah atau
pun memarahinya, tapi kenapa dia selalu meminta maaf padaku? Aku hanya bisa
menggelengkan kepalaku.
"Sudahlah, tak apa."
"Iya, Nona. Terima kasih karena sudah membiarkan
saya menghangatkan diri di dekat perapian bersama Anda. Saya akan pergi
sekarang. Bukankah Anda suka sendirian?"
Henrietta mengambilkan selimut untukku sebelum dia
keluar. Dan saat dia akan memegang gagang pintu, lagi dan lagi dia berterima
kasih padaku. Dia juga berkata kalau dia akan menyembunyikan krim pelembab itu
agar tidak ketahuan.
Setelah dia pergi, aku meninggalkan sofa dan menuju ke
jendela. Saat aku berjalan, selimut itu terjatuh di lantai, tapi aku tidak
peduli.
"......"
Aku melihat ke bawah, di balik jendela yang membeku. Aku
bisa melihat taman dengan jelas melalui jendela. Tapi meski begitu, jarak
antara kamar ini dan taman cukup jauh, ada orang-orang yang berjalan...
Tukang kebun yang lewat dengan membawa ember. Aku
menyipitkan mataku untuk melihat wajah tukang kebun itu. Namun, sulit untuk
memastikan apakah warna rambutnya itu coklat atau hitam, apa lagi fitur
wajahnya.
Tapi kau bisa melihat wajahku dari sini?
...Henrietta?
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment