Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 60.5 – Kesedihan Sang Adik 2


[POV Glen]

“……”

Tidak peduli berapa kali aku melihat jam, waktu yang disepakati sudah lama berlalu.

Aku menghela nafas panjang, memikirkan teman masa kecilku yang tidak kunjung muncul sesuai dengan waktu yang dijanjikan.

Teman masa kecil yang paling dekat denganku, pewaris Keluarga Duke Vivouare, Alexei.

Dia selalu menunjukkan perilaku yang sangat bebas.

T/N : perilaku yang sangat bebas = seenaknya sendiri

Tapi, kupikir ini bukanlah waktu di mana dia bisa melakukan hal-hal yang dia inginkan.

Perjanjian hari ini bukanlah sesuatu yang dengan mudah bisa diabaikan.

Penting untuk menyerahkan pekerjaan sebagai asisten Freed kepada Alex yang kembali ke ibu kota setelah setahun melakukan pelatihan pewaris di Duchy Vivouare.

Meski selama setahun terakhir ini aku menggantikan posisinya sebagai asisten Freed, bagaimana pun juga aku tidak bisa melakukannya dengan mulus.

Dari lubuk hatiku, aku merasa lega karena akan segera kembali ke posisi awalku.

“Haa…”

Sekali lagi, aku melihat jam. Satu jam telah berlalu dari waktu yang disepakati.

Tempat itu adalah ruang kerja Putra Mahkota. Tidak ada tanda-tanda Putra Mahkota akan ke sini.

Alex datang… Berarti adiknya, Putri Lidiana juga ikut.

Kalau begitu… Tampaknya Putra Mahkota tidak akan datang ke sini.

Bagaimanapun, sekarang Freed benar-benar tergila-gila pada Putri. Tidak mengherankan jika dia mangkir dari tugas resminya.

Tunangan Freed sekaligus adik dari Alex, Putri Lidiana, yang pertama kali aku temui pada Upacara Pertunangan bulan lalu adalah seorang wanita cantik yang bermartabat, benar-benar seorang Putri dari Keluarga Duke yang terhormat.

Ia berbeda dari tipe perempuan yang kusuka, tapi badannya yang ramping dan rambut panjang lurus yang indah itu sangat menarik perhatian, fitur wajahnya yang indah juga membuatku terbelalak.

Jadi seperti itu perempuan yang Putra Mahkota dan kakakku cintai, ya…

Aku diam-diam mengamatinya dengan perasaan aneh, tapi aku tidak akan tertipu. Meskipun penampilan luarnya seperti seorang putri bangsawan yang terhormat, dia adalah seorang putri tomboi yang berani membuat keputusan yang tidak biasa dengan datang ke Pesta Topeng karena tidak ingin menikah dengan Putra Mahkota.

Aku merasa aneh karena kakak dan Putra Mahkota sampai terpengaruh olehnya, tapi yang membuatku sangat terkejut adalah pendapatnya mengenai kakakku. Ia berkata kalau kakak adalah orang yang ‘pendiam dan tanpa ekspresi’.

…Sikap seperti apa yang kakakku perlihatkan kepada wanita yang dicintainya.

Setidaknya untuk disebut pendiam, dia pasti hampir tidak bisa berbicara di hadapannya.

…Kakak, kalau kau tidak membuat kemajuan dengan mengatakan perasaanmu, dia tidak akan tahu!

Seperti yang diduga, selama sepuluh tahun di sisinya… Kakakku tidak bisa mengatakan apapun meski dia selalu berada di sisinya.

Wanita adalah makhluk yang mencari kata-kata.

Mereka tidak akan mengerti tanpa diberi tahu.

Kuyakin Putri Lidiana juga seperti itu.

Melihat kisah cinta kakakku sendiri yang tidak bisa terpenuhi, aku tidak bisa mengatakan apapun lagi.

Sebaliknya, aku terkejut karena Putra Mahkota tampak memahami hal ‘itu’ (cinta).

Bahkan sebelum aku mendengar siapa perempuan yang Putra Mahkota cintai, dia sudah menandai perempuan itu dengan jelas, tidak seperti kakak… Itulah kenapa Putra Mahkota bisa mendapatkan apa yang dia dambakan.

Memperjelas kepemilikan dan membuatnya tidak bisa melarikan diri darinya,  apa yang dia lakukan itu sangatlah luar biasa, meski keduanya (Freed dan Will) sama-sama pemula dalam cinta, tapi tindakan yang mereka ambil sangatlah berbeda.

Putra Mahkota dan kakak. Dalam hal spesifikasi kakak tidak kalah dengan Freed.

Putra pertama dari Keluarga Duke, sekaligus Komandan Divisi Penyihir. Dan tidak dapat disangkal bahwa dia terus mencintainya (Lidi) dengan sepenuh hati. Aku tidak bisa membayangkan kakakku yang seperti itu akan berselingkuh, jadi itu adalah poin yang bagus.

Namun… Dalam cinta, orang yang pertama bertindak adalah pemenangnya.

Berdasarkan itu… Kupikir itu akan berjalan dengan baik, tapi ketika kakak menjadi ragu, Putri Lidiana sudah jatuh cinta kepada Putra Mahkota.

Kekesalan kakak bisa ditebak dengan sangat mudah, tapi jujur saja… Aku berpikir kalau kakak hanya menuai apa yang dia tabur.

“Oh, kau masih di sini ternyata. Seperti biasa kau selalu saja bersikap serius.”

“Alex, kau terlambat.”

Ketika aku menghabiskan waktu yang hilang dalam arus pikiran, akhirnya aku mendengar suara orang yang kutunggu-tunggu.

Mari kita periksa waktu… Sudah dua jam berlalu.

“Yo! Aku memiliki urusan kecil yang harus diurus. Atau lebih tepatnya… Terima kasih karena sudah menunggu. Aku kira kau sudah pulang.”

“...Sudah menjadi kebiasaanmu untuk datang telat selama berjam-jam, bukan?”

Aku terbiasa menunggu.

Saat aku mengatakannya dengan mata mencemooh, seolah-olah Alex tidak menyadari sindiran yang kulontarkan, dia hanya memiringkan kepalanya.

“Benarkah? Aku justru merasa kalau diriku ini relatif tepat waktu.”

…Itulah mengapa dia tidak menyadari dirinya sendiri.

Aku tahu pelipisku mengejang mendengar kata-kata Alex yang acuh tak acuh.

Tanpa sadar aku meninggikan suaraku.

“Kau ini! Kenapa! Kau selalu saja terlambat! Tiap membuat janji denganku!! Aku muak! Kau mengerti!? Lalu!? Kali ini kau terlambat karena apa?”

“Jangan berteriak, itu mengganggu.”

“Alex!!”

Ya, untuk beberapa alasan Alex selalu saja terlambat setiap berurusan denganku.

Tapi, tidak peduli seberapa telatnya dia, dia selalu datang. Jadi selama aku terus menunggunya, dia pasti akan tetap datang ke sini.

Karena aku yakin dan tahu akan hal itu, aku selalu menunggunya sampai dia datang.

“Aku tidak bermaksud sengaja. Yaaa… Begitulah. Baru saja aku menghibur anak manis yang cintanya bertepuk sebelah tangan.”

Dia seakan-akan berkata ‘Kalau kau adalah seorang pria, kau tidak mungkin membiarkannya begitu saja, kan?’ Mendengar kata-katanya, yang ada di pikiranku hanyalah kata ‘tidak lagi’.

T/N: Maksudnya alasan Alex tiap telat itu selalu begitu, makanya Glen bilang ‘tidak lagi’

Alex selalu mencari-cari alasan. Aku terkesan dengan caranya mengatakan semua alasan yang diungkapkannya satu demi satu, tapi tentu saja aku tidak mempercayai semua itu.

“Ya ya. Aku mengerti. Kalau sudah begitu, mau bagaimana lagi. Aku tahu kita harus bersikap baik kepada wanita. Kalau begitu, cepat mulai ambil alih semua pekerjaan ini. Tidak ada waktu.”

Alex hanya menepisnya… Mungkin tidak suka dengan caraku berbicara, dia mengernyitkan alisnya karena tidak senang.

“Tampaknya kau tidak percaya padaku. Ya… Sudah pasti. Berbeda denganmu, aku ini tidak populer di kalangan istri bangsawan.”

T/N: Glen populer di kalangan tante-tante… wkwkwk

Dengan kedutan di alisku, aku menanggapi ejekannya tentang hubunganku dengan wanita.

"...Aku tidak ingin diberi tahu itu olehmu yang popularitasnya mulai dari wanita bangsawan muda hingga pel*cur di kota."

“Hah? Ah… Apa itu tentang Swirl? Itu hanya konsultasi kecil. Tidak ada lagi yang terjadi.”

“Aku penasaran. Itu mencurigakan.”

Aku mencoba untuk balas dendam dengan mengatakan itu, tapi tampaknya menantang Alex untuk perang informasi adalah sebuah kesalahan.

Dia hanya membalas perkataanku dengan senyum lebar.

"Aku tidak ingin diberi tahu itu olehmu yang membuat seorang countess ‘bergerak’. Madam killer Glen. Daripada terus bermain api, contohlah Will."

“Urghh...”

Mendengar nama itu, tanpa sadar aku seperti ingin muntah.

Aku menahan keinginanku untuk menanyainya tentang kenapa Alex bisa mengetahui masalah yang baru terjadi beberapa hari yang lalu.

Tapi, aku tidak ingin seleraku (suka tante-tante. wkwkwk) menjadi sebuah aib.

T/N: Mohon maaf, Pak Glen. Itu udh berupa aib loh. Haha

“...Dengan persetujuan para wanita, kami hanya menikmati romansa palsu sementara. Semua orang pasti memiliki rasa kesepian. Apa ada yang salah dengan membuat mereka senang untuk sementara waktu?”

“Tidak, baiklah. Kau ahli dalam menyalakan api, tapi kau lebih ahli lagi dalam memadamkannya. Jadi aku tidak perlu khawatir.”

“Maka tidak akan ada masalah, kan. Biarkan aku bebas.”

Meskipun seperti yang bisa diduga, aku marah pada Alex karena dia tidak berusaha menyembunyikan keheranan di wajahnya, kata-kata yang dia ucapkan setelah ini membuatku tidak bisa berkata-kata.

“Ah… Tidak, aku teringat… Kaulah yang menghasut Freed untuk ‘memeluk’ wanita di Pesta Topeng.”

“...Itu!”

Alex menyerang ke tempat yang tepat. Seketika kekesalanku padanya menghilang dalam sekejap, malah sekujur tubuhku menjadi mengeluarkan keringat dingin. Aku tidak bisa menandingi mata dingin Alex yang menatapku dengan lekat-lekat saat ini.

“Padahal kau juga tahu tentang kebenciannya terhadap perempuan. Dan tanpa malu-malu, kau malah menyuruhnya untuk ‘memeluk’ wanita di Pesta Topeng. Terakhir kali, aku tidak mengatakan apapun karena ada Freed di sana. Aku belum memaafkanmu… Kau punya alasan?”

"Tidak. Soal itu, aku juga merenungkannya. Aku tidak bermaksud seperti itu."

Aku mengakui bahwa itu adalah kesalahanku. Melihat Putra Mahkota yang terlihat kuyu setiap kali dia ‘memeluk’ seorang wanita, aku segera menyadari bahwa aku sudah melakukan kesalahan besar. Aku tidak bisa menyamakan Putra Mahkota dengan diriku sendiri.

Meskipun aku menyesal, sudah terlambat untuk menariknya kembali.

“…Cih. Bagaimanapun, Freed tidak menyalahkanmu. Lalu aku juga tidak bisa berkata lebih banyak.”

"Maafkan aku."

"Itu bagus karena tampaknya Lidi sama sekali tidak keberatan, tapi jika dia adalah wanita yang polos, setidaknya itu akan menjadi sumber perkelahian, kau tahu? Kau harus berhati-hati jika itu soal kebahagiaan Freed."

"…Iya."

Aku tidak bisa membantah kata-kata Alex.

Saat aku menundukkan kepala, Alex mengambil dokumen dari tanganku dan mulai membaliknya satu per satu.

“Ini adalah dokumen penyerahan posisi, ya… Semua ini hampir tidak berubah sejak tahun lalu. Apa kau benar-benar bekerja? Jujur, serah terima posisi seperti ini juga tidak masalah.”

“…Itu karena aku adalah seorang perwira militer.”

“Anak kedua seorang bangsawan bergelar Duke tidak boleh lari dengan kata-kata seperti itu.”

“……”

Sepertinya Alex akan menjelaskan dirinya sendiri sampai akhir hari ini.

Aneh. Alex terlambat selama dua jam, tanpa aku sadari… Alex mengambil inisiatif dengan memancing emosiku dan mengalihkan perhatianku.

"...Kalau dipikir-pikir, kau sudah bertemu Kakakku?"

Alex terus saja membaca dokumen dalam diam, dengan tenang aku menanyakan apa yang ada di pikiranku selama ini.

Alex mengangkat matanya dan menjawab dengan singkat.

"Sudah…"

“Um… Bagaimana keadaannya? Apa Kakak saat ini sangat tertekan?”

“Kalau kau begitu mengkhawatirkannya, periksa saja sendiri. Jujur… Dengan penampilanmu yang mencolok, Jika kamu begitu khawatir, periksa dia sendiri. Sejujurnya, meski dengan penampilanmu yang mencolok, kalau soal Will kau menjadi orang yang begitu pemalu. Benar-benar tidak terduga.”

“Jangan macam-macam!”

Aku memiliki warna rambut dan mata yang sama dengan Kakak. Tapi, banyak yang mengatakan kalau kami mengeluarkan aura yang sangat berbeda.

Bertentangan dengan Kakak yang mengeluarkan aura cerewet dan dingin, aku justru memberikan aura yang terkesan mencolok.

“Sebenarnya perbedaan itu. Benar, itulah, gap moe yang sedang menjadi tren saat ini.”

Gap… Apa itu?”

Mendengar kata yang tidak kukenal, aku mengangkat alisku.

“Itu kata yang sedang menjadi tren di kota. Ketika sikap atau tindakan seseorang berbeda dengan kesan yang diberikan dari penampilan orang tersebut… Dan hal itu bisa membuat jantung kita berdetak kencang, itulah yang disebut gap moe.”

“…Apa kau bodoh?”

Alex mendengus saat melihat reaksiku yang terus terang.

“Ah, kau sama seperti biasanya. Begitulah caramu merayu nyonya bangsawan satu demi satu. Terlepas dari kesan ceria yang mencolok, ketika kau berbicara, kau selalu menggelitik naluri keibuan mereka yang tampak sensitif secara tak terduga.”

Aku mengirim tatapan dingin ke Alex yang mengangguk sambil menyeringai.

Aku tahu itu tidak berpengaruh, Alex sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan dinginku.

“Sungguh, kau hanya mengatakan hal-hal yang tidak perlu.”

“Ah… Benar. Will jatuh ke dalam kondisi yang mengerikan setelah melihat Freed dan Lidi yang memamerkan kemesraan mereka.”

Kupikir nafasku akan berhenti karena perubahan topik yang tiba-tiba ini.

“…!! Kau memberitahu aku untuk memeriksanya sendiri, lalu kau menjatuhkan bom seperti itu sesukamu, kau ini benar-benar!!”

“Yah, itu pemandangan yang pantas dilihat. Mereka berdua berpelukan di depan Will yang terlalu menyedihkan, bahkan aku merasa sedikit kasihan padanya.”

"Kakak…"

Dia terlalu menyedihkan. Dia pasti sangat terkejut.

Mempertimbangkan perasaannya, aku diam-diam menunduk.

Tapi Alex menertawakanku yang bersikap seperti itu.

"Tidak masalah. Jangan menunjukkan wajah yang tragis seperti itu."

“Apa yang membuatmu berkata begitu?”

"Aku penasaran. Tidak bisakah kau sedikit percaya pada Will?”

"Aku ingin mempercayainya, tapi aku tahu tentang perasaan Kakak terhadap Putri... Selain itu, bagaimana kau bisa begitu optimis?"

"Entahlah."

Dia selalu saja mengatakan hal-hal yang ambigu dengan mudah. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela nafas pada teman masa kecilku ini, yang selalu mengatakan apapun yang dia inginkan seenaknya.

Kenapa pria ini selalu seperti ini!?

Para bangsawan dan masyarakat yang menyebutnya luar biasa… Mereka semua telah ditipu.

“Sejujurnya, jika itu tentangmu… Haa… Putra Mahkota harus menanggung kesulitan.”

“Tidak, selama dia memiliki Lidi, kuyakin aku tidak akan mengganggu.”

Ketika Alex segera menyangkal dengan tatapan serius, aku mengingat keadaan Putra Mahkota ketika Putri terlibat, dan aku berpikir… Mungkin saja itu benar.

Putra Mahkota dengan senyum tenang dan lembutnya yang tak berubah, begitu dia terlibat dengan Putri, Putra Mahkota berubah menjadi pria yang gila karena cinta.

Kupikir ini adalah perubahan yang baik untuk Putra Mahkota, yang sampai saat itu belum menunjukkan keterikatan apapun, tetapi tidak kusangka Putra Mahkota akan langsung bertekuk lutut karena cinta seperti itu.

Lalu aku teringat dengan kata-kata yang kudengar dari Alex barusan.

“Ah… Begitu. Itulah gap moe.”

Ketika aku mengangguk, mengerti. Seketika Alex mengoreksi perkataanku.

"Ya, aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku yakin bahwa itu adalah hal yang berbeda."


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?