Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Alex]
"Oi,
tenangkan dirimu."
Menemani
teman masa kecilku yang patah hati, aku pergi ke kamar pria ini di markas
Divisi Penyihir.
Setelah memperingatkan penyihir lain untuk tidak mendekat apapun yang terjadi dan memasuki ruangan, Will duduk di kursi dalam diam.
“Pasti
sangat mengejutkan. Yah, wajar jika sesuatu seperti itu dipamerkan.”
Saat
kepalanya menunduk karena kesal, aku menepuk bahu Will dan melihat ke arah jam.
Masih
ada beberapa jam lagi sampai pesta perayaan kemenangan. Sampai saat itu, Will
perlu sedikit pulih.
Tapi…
Apakah ini benar?
"…Tidak
mungkin."
Secara
spontan aku melihat ke langit.
Kenyataannya,
Will sangatlah tertekan.
Tetap
saja, itu adalah tugasnya untuk berpartisipasi dalam pesta perayaan kemenangan
sebagai Komandan Divisi Penyihir.
Orang
ini harus berpartisipasi meskipun itu tidak mungkin, tetapi aku tidak dapat
mengatakan bahwa saat ini dia sedang dalam keadaan pikiran yang normal.
Bagaimanapun
juga…
Sejujurnya
aku terkejut adikku sampai tidak memperhatikan Will.
Di
matanya hanya ada Freed seorang.
Meskipun
begitu, seharusnya dia tidak memamerkannya seperti itu.
Will
benar-benar rusak sekarang.
Tanpa
sadar, aku membiarkan adikku memberi Will pukulan terakhir begitu saja.
“…Haa”
“…Aku
juga tahu.”
"Will?"
Dengan
cemas aku terus menepuk-nepuk Will untuk menenangkannya, dengan kepala masih
menunduk, dia mulai menumpahkan kata-kata sedikit demi sedikit.
"Aku
pergi ke medan perang dengan Putra Mahkota dan memiliki kesempatan untuk
berbicara... Putra Mahkota memikirkan Lidi dengan serius, aku mengerti kalau tidak
ada lagi celah untukku."
Kata-kata
Will mengingatkanku bahwa mereka (Freed dan Will) telah bersama selama sebulan.
Kupikir.
Menghabiskan
waktu seperti itu bersama-sama, tentunya mereka punya banyak kesempatan untuk
mengobrol.
“Putra
Mahkota memikirkan Lidi dengan sungguh-sungguh. Pasti Lidi akan bahagia. Dalam
hal ini, aku berpikir untuk mendukung keduanya. Bahkan jika saat ini aku
merasakan rasa sakit, suatu hari aku ingin menjaga mereka dengan perasaan
lembut. Tapi… Itu sama saja dengan aku Cuma mengubur perasaanku… Aku menyadari
hal yang tidak menyenangkan itu beberapa waktu lalu.”
"Will…"
Tinjunya
terkepal sampai pucat. Giginya membuat suara gerinda.
“Kenapa
harus Lidi yang dicintai oleh Putra Mahkota… Siapa pun tidak menjadi masalah. Siapa
pun yang menjadi pasangan Putra Mahkota, aku akan mendukungnya, tapi… Kenapa
harus Lidi?”
Aku
tidak bisa membalas apa pun. Tentunya tidak peduli apa yang kukatakan, Will
tidak akan baik-baik saja.
“Di
dunia ini ada begitu banyak wanita. Bahkan gadis dengan status keluarga yang
sesuai untuk Putra Mahkota pun ada banyak, bahkan lamaran pernikahan pun datang
bahkan dari luar negeri. Kenapa tidak dari mereka saja!? Kenapa harus Lidi yang
terpilih!!?”
"Will...
Meski begitu, kau mengerti kalau sekarang Lidi adalah tunangan Freed, bukan?"
Apa
yang dikatakan Will barusan adalah kebenaran.
Tapi,
meski jumlahnya banyak, pada akhirnya calon tunangan Freed selalu saja… Adikku.
Posisinya
sebagai calon tunangan Freed nomor 1 tidak pernah terguncang.
Artinya,
kecuali sesuatu yang besar terjadi, sejak awal Lidi Lay yang akan menikahi
Freed tanpa gagal. Hanya saja… Bahkan tanpa ‘hal itu’, cepat atau lambat mereka
akan bertemu. Dan saat mereka bertemu…
T/N
: hal itu = Freed sama Lidi yang bertemu
di Pesta Topeng.
"Aku
mengerti itu! Tapi, Putra Mahkota… Bahkan Lidi!! Bukankah mereka begitu
membencinya (pertunangan)!! Itulah kenapa pernikahan mereka tidak akan terjadi!
Itulah yang kupikirkan. Tapi…!"
Bertentangan
dengan suara Will yang dinaikkan, aku mempertahankan nada tenang.
“Bahkan
jika itu adalah pernikahan antar keluarga. Keinginan mereka tidak akan menjadi masalah,
orang tualah yang memutuskannya.”
"Tapi!
Seharusnya mereka mencoba menghindarinya!"
Masih
tidak ingin mengakuinya, Will dengan marah menggelengkan kepalanya.
Tanpa
sadar aku tersenyum pahit pada Will yang bertingkah seperti anak manja ini.
“Tepat
sekali. Meski begitu, mau bagaimana pun, mereka bertemu secara kebetulan.
Mereka bertemu, Freed jatuh cinta kepada Lidi, dan mereka akan segera menikah…
Pada akhirnya Lidi menerimanya.”
Itulah
kenyataannya.
"Tapi…"
Karena
Will masih mencoba mengatakan sesuatu, aku menjadi merasa tidak enak, tetapi
aku akan memberikan pukulan terakhir.
Ada
'Bunga Raja'. Tidak peduli apa yang dia katakan, adikku tidak akan pernah
menjadi milik Will.
Selain
itu, perasaan adikku sudah dipastikan.
Bahkan
jika Will membencinya, dirinya sendiri sudah melihat seperti apa mereka (Lidi
dan Freed) beberapa waktu yang lalu.
“Kamu
mengerti, kan? Lidi masih belum menyadarinya, tapi dia mencintai Freed. Ketidakpekaannya
membuatku ingin tertawa.”
“……”
"Meskipun
kau memahami perasaan Lidi untuk Freed, kau tetap tidak akan menyerah?"
Will
terdiam saat mendengar pertanyaanku, tapi akhirnya dia menarik napas panjang.
“…Tidak
mungkin. Aku tidak berbohong saat aku bilang untuk memberi mereka restu, tapi…
Aku tidak bisa menyerah padanya. Aku yakin, aku akan selalu mencintainya.”
“Aku
bisa melihatnya. Kau benar-benar pria yang keras kepala.”
Aku
tertawa saat mendengar jawaban Will.
Meski
begitu… Tetap saja, aku tahu bahwa itu tidak bagus. Aku bisa melihat kesedihan
di wajahnya.
Ah…
Astaga! Kenapa semua teman masa kecilku itu merepotkan!?
Karena
kesal, aku mengulurkan jariku.
“Aku
mengerti. Will! Kalau begitu, teruslah cintai Lidi.”
“Alex?
Apa…”
Will
menatapku, mempertanyakan apa yang aku katakan.
Tapi
aku serius. Karena hanya itu cara yang tersisa.
"Kau
tidak bisa menyerah pada Lidi apapun yang terjadi. Benar, kan? Lalu, teruslah
seperti itu sampai akhir. Itu juga salah satu jalan."
"Tetapi
aku…"
Maaf,
tapi aku sedikit kesal karena Will menundukkan kepalanya lagi.
Aku
tidak sengaja mendecakkan lidahku.
“Kau
benar-benar bimbang, Will. Jawab dengan jelas sekarang! Bisakah kau menyerah pada
Lidi? Bagaimana dengan itu?”
"Tidak
mungkin!"
Saat
aku menanyakannya, dia langsung menjawabnya dengan nada tegas.
Lihat!
Mau bagaimana pun, akhirnya tetap seperti itu.
"Benarkan?
Kalau begitu, kau tidak punya pilihan selain tetap mencintainya, bukan? Bahkan
ketika dia menikah, bahkan ketika dia melahirkan seorang anak! Saat-saat di
mana situasi itu datang, kau tidak akan punya pilihan lain. Kau hanya bisa
menyerah pada Lidi. Hari itu pasti akan datang."
Diberitahu
begitu, Will menggelengkan kepalanya dengan wajah bingung.
“Aku
tidak tahu kapan hari itu akan datang.”
“Bukankah
itu bagus. Kau terlalu berpikir untuk menyerah. Kalau begitu, menghadaplah ke
depan. Itu akan jauh lebih baik kalau kau terus mencintainya.”
"…Apakah
itu baik?"
Aku
mengangguk, mau bagaimana lagi… Dengan malu-malu, Will mencuri-curi pandang ke
arahku.
“Pria
itu (Freed) tidak akan memberitahumu sesuatu seperti dia membencimu karena sudah
jatuh cinta pada Lidi… Jadi, dirimu sendirilah yang akan merasa tidak enak.
Sampai kau bisa melupakannya, tidak masalah untuk terus mencintainya.
Bagaimanapun, Lidi tidak menyadarinya, bahkan sikap Freed kepadamu tidak
berubah.”
…Mungkin.
Saat
berkaitan dengan Lidi, aku tidak bisa mengatakan dengan pasti karena –anehnya
Freed selalu berpikiran sempit tentang Lidi.
Meski
begitu, Freed tidak memperlakukan Will dengan tidak adil. Freed memang orang
yang seperti itu. Aku mempercayainya, seperti aku mempercayai Will, terlebih
lagi aku memiliki opini yang tinggi tentangnya. Tidak peduli apa, Freed adalah
penguasa masa depan negeri ini.
“Putra
Mahkota tidak akan melakukan itu. Aku yakin.”
Benar
saja, Will keberatan dengan kata-kataku, bukan? Kalau begitu…
“…Tidak
masalah. Cintailah Lidi sampai semuanya tenang.”
“Dan
jika tidak?”
‘Semuanya
akan baik-baik saja’, kataku pada Will yang cemas.
“Tidak
apa-apa, kau sudah mencintainya sejak lama. Kurasa kau memiliki selera tertentu
untuk wanita, itu hal yang wajar. Lakukan saja apa yang kau inginkan. Apapun
keputusanmu, aku tidak akan melarangnya.”
“Alex…”
Mendengar
kata-kataku, akhirnya ketegangan meninggalkan pundak Will.
Dia
tersenyum canggung.
“…Pada
akhirnya, tidak ada jalan selain mencintai Lidi.”
"Bodoh.
Kamu itu… Sudah terlambat kau mengatakan hal itu."
Diberitahu
begitu, Will tertawa pasrah.
Dilihat
dari ekspresinya, tampaknya kalut di pikirannya sudah sedikit menghilang, aku
lega dengan keputusan yang dia ambil.
Sejak
awal… Aku sudah mengetahuinya.
Tidak
mungkin pria ini bisa dengan mudah menyerah pada adikku.
Itu
sebabnya, aku pikir tidak apa-apa baginya untuk terus melakukannya sampai akhir
yang pahit.
“…Tentu
saja, ini sudah larut. Tepat sekali. Tidak ada pilihan lain untukku. Maka tidak
ada yang lain selain terus tegar dan tetap mencintainya.”
“Meski
begitu, fakta bahwa kau diberi bahu yang dingin (tidak dipedulikan) tetap tidak
berubah.”
“Alex!”
Saat
aku bercanda, dia malah memarahiku.
Aku
membalasnya dengan mengangkat bahuku pada Will.
Aku
mengulangi kata-kata indah yang sama.
“Lagipula,
itulah kebenarannya. Mulai sekarang pasti akan menyakitkan. Aku juga baru
menyadari, kalau saat ini cinta mereka hanya bisa dilihat sebagai hubungan yang
saling menguntungkan bagi publik. Namun, saat Lidi menyadari perasaannya, tidak
masalah bagiku untuk melihat kebersamaan mereka setiap hari? Kuyakin kau akan
segera melihat hal itu… Will, apa kau siap untuk itu?”
“…Alex.”
Fakta
adalah fakta. Saat aku mengatakan itu padanya dengan sengaja, mata Will diwarnai
oleh amarah.
Tapi,
aku tidak peduli. Sekali lagi aku mengatakan apa yang kupikirkan.
“Aku
juga terkejut. Tiba-tiba saja Lidi berubah menjadi tipe orang yang tidak peduli
dengan keadaan di sekitarnya. Saat ini… Aku bertanya-tanya apakah dia sedang
menggoda Freed di kamar sesuka hatinya.”
“Alex!”
Aku
benar-benar mengabaikan Will yang memanggil namaku dengan suara kesal.
Tapi…
Tanpa peduli dengan itu, aku tetap melanjutkan.
“Mungkin…
Mereka tidak akan datang ke pesta perayaan kemenangan? Akan ada kabar yang
mengatakan bahwa Putra dan Putri Mahkota sedang tidak enak badan. Pasti
sekarang mereka sedang ‘melakukannya’.”
“Alex!!”
Suara
Will semakin nyaring.
Tapi,
aku tetap tidak berhenti. Karena aku merasa untuk tidak perlu berhenti.
“Kau
melihatnya, kan? Kumpulan ‘tanda cinta’ itu. Lib*do Freed begitu tinggi. Mereka
sudah menjalin hubungan seperti itu, dan saat ini Freed sedang berduaan dengan
gadis yang dicintainya. Bukankah aneh jika mereka tidak melakukan apapun? Tidak
aneh jika mereka sekarang ‘bermesraan’. Ah, aku benar-benar ingin tahu apakah
mereka akan datang ke pesta perayaan kemenangan?”
Saat
aku melontarkan pertanyaan padanya, Will memelototiku dengan wajah memerah.
Ah…
Dia menjadi sangat marah.
“…Alex!
Kau… Kau mau menghiburku atau menggosokkan garam ke lukaku!?”
Teman
masa kecilku sangat marah sehingga dia berbicara dengan suara bergemuruh, sedangkan
aku hanya tersenyum ringan dan melambaikan tanganku.
“Tidak
mungkin aku menghiburmu. Aku hanya memberitahumu tentang kenyataan agar kau
bisa menghadapi masa depan.”
Diberitahu
dengan suara ringan yang disengaja, Will membalas dengan teriakan putus asa.
"Itu
bukan urusanmu!"
"Begitukah?
Kupikir itu adalah hal yang penting."
Aku
mengatakannya sambal tertawa, Will hanya bisa mendesah lelah.
“Kau…
Kau selalu seperti itu ketika aku ingin berterima kasih. Kalau kau
menghindarinya seperti ini, aku tidak akan mengatakan apa-apa. Bukankah tidak
apa-apa kalau kau membiarkan aku untuk menjelaskannya?”
"Aku
penasaran. Bahkan jika kau berkata seperti itu… Aku hanya tidak ingin melihatmu
tertekan dan ragu-ragu… Dan aku juga tidak butuh terima kasih."
"Kau…"
Aku
menatap Will untuk konfirmasi terakhir.
“…Apa
kau akan muncul di pesta perayaan kemenangan?”
"Ya."
Mendengar
Will yang menjawabnya dengan mata tegas dan mengangguk, akhirnya aku mengerti bahwa
peranku sudah berakhir.
Itu
cukup merepotkan, tapi dengan seperti ini… Dia sudah baik-baik saja.
Aku
tidak peduli lagi. Dia sudah dewasa, dia bisa mengaturnya sendiri.
Dengan
rasa lega, aku melihat ke arah jam. Ah… Sudah waktunya.
“Kalau
begitu, aku akan mampir sebentar ke tempat Glen. Sampai jumpa lagi.”
"Oi,
Alex!"
Will
mengangkat tangan dengan terburu-buru, mencoba memanggilku yang pergi dengan
cepat, tapi aku tidak peduli.
Seperti
yang kubilang barusan, rasanya menjijikkan mendapatkan ucapan terima kasih darinya,
lagipula… Aku tidak datang ke sini untuk itu.
Aku
benar-benar mengabaikan panggilan Will, dan untuk memenuhi janjiku yang sangat
tertunda, kali ini aku menuju ke ruangan Glen.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment