Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Freed]
Setelah
bersenang-senang bersama Lidi-ku yang tercinta, aku menitipkan dia kepada
Kepala Pelayan Wanita, lalu aku pergi ke kantorku.
Ah… Lidi sangat menggemaskan―――
Saat
berjalan melewati koridor, aku teringat sosok menawannya beberapa waktu lalu
dan tanpa sadar mulutku mengendur.
Itu
cerita beberapa waktu yang lalu ketika aku mengurung diri di kamarku dengan
Lidi, yang datang untuk menyapa tunangannya yang baru datang dari berperang.
Senang
bertemu dengannya setelah waktu yang lama dan aku tidak bisa menahan hasrat
seks*alku yang terus mendidih, aku mendorongnya ke bawah setibanya kami di
kamarku.
Meskipun
dia menyuruhku untuk menunggu, dia melingkarkan kedua tangannya di punggungku,
tapi saat aku berpikir aku bisa dengan bebas memanjakan diri pada Lidi yang
menanggapi ciumanku, dia mengkhianati harapanku, dia menyuruhku untuk menunggu
sampai malam.
Biasanya
aku tidak akan menerimanya. Atau lebih tepatnya, aku sudah pada batasku untuk menginginkan
Lidi, aku tidak memikirkan sesuatu seperti bertahan.
Meskipun
sebulan bukanlah waktu yang lama, tapi bagiku aku tetap sudah berpisah darinya.
Apa yang salah dengan menikmati makhluk indah yang akhirnya bisa kupeluk
sesekali.
Meski
enggan, tapi aku tetap mengangguk pada permintaannya.
…Tidak,
lebih tepatnya aku dibuat mengangguk oleh Lidi.
Dengan
pipi yang memerah dan mata menengadah, Lidi menyarankan agar kami menghabiskan
malam bersama.
Mengatakan
dia tidak ingin berpelukan ketika sedang terdesak oleh waktu, dia tampak
khawatir tentang sesuatu.
Bukannya
aku tidak penasaran, tapi sepertinya dia tidak berbohong. Terlebih lagi, janji
untuk menginap adalah penawaran yang sangat menarik bagiku.
Selain
itu, dia melakukan pukulan terakhir dengan memberi tahuku bahwa dia akan dengan
senang hati melakukannya sampai aku puas.
Ekspresinya
amat sangat manis, aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk membuatnya penuh
dengan benihku, jadi aku mengangguk, menyatakan bahwa aku tidak akan
membiarkannya tidur.
Kalau
aku menahan hasratku sekarang, dalam beberapa jam aku bisa memanjakan Lidi
sepuasnya. Aku akan membuatnya mengeluarkan suara merdu sepanjang malam.
Merasa
itu sangat disesalkan, aku mengangguk pada kata-katanya dan kami bertukar
janji. Tetap saja, aku tidak dapat menahannya, dengan dalih aku tidak akan
‘memasukkannya’, barusan saja aku ‘menikmati’ Lidi.
Saat
dia ‘meleleh’ dari kesenangan dan memohon lebih banyak, aku hampir memasukinya
berapa kali.
Aku
berusaha untuk terus menahan diri agar janji bisa ditepati.
Kalau
tadi aku ‘memasukkannya’, pasti aku akan absen dalam pesta perayaan kemenangan.
Dengan
putus asa, aku terus berusaha menahan hasratku dan entah bagaimana aku berhasil
menahannya.
Setelah
itu, aku akan menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat, memenuhi tugasku di pesta
perayaan kemenangan dan segera kembali ke kamar. Aku ingin ‘memeluknya’
sebanyak waktu mengizinkan.
Sambil
berpikir begitu, aku tiba di kantorku, dan saat aku membuka pintu, aku disambut
oleh Glen dan Alex yang terlihat seperti sedang membicarakan hal yang serius di
samping meja kerjaku.
Saat
pintu terbuka, keduanya mengalihkan pandangan ke arahku secara bersamaan.
Glen
membungkuk dalam diam ke arahku, tapi Alex hanya memiringkan kepalanya.
"Hah?
Freed. Kenapa kau di sini?"
Seperti
biasa, aku tersenyum pahit pada pertanyaan yang terlalu langsung itu. Pria ini
benar-benar tidak tahu apa artinya sopan santun.
Tapi,
anehnya aku merasa nyaman dengan itu, jadi aku tidak marah padanya.
Setelah
berkata seperti itu, Alex menghadap ke arah Glenn dan mengatakan sesuatu
padanya.
Kemudian
Glen mengangguk dan setelah itu, Glen memohon izin untuk meninggalkan ruangan
ini kepadaku.
Tampaknya
penyerahan posisi telah selesai. Sepertinya butuh waktu yang cukup lama, tapi
dengan ini, akhirnya Glen bisa kembali ke Ordo Ksatria.
Saat
aku melihat Glenn pergi, Alex mulai berbicara denganku.
"Maaf
sudah membuatmu menunggu. Kami baru saja selesai. Lalu? Apa yang kau lakukan di
sini?"
Aku
mendekati Alex yang berekspresi aneh, lalu aku mengambil dokumen dari meja.
Sambil
menatapnya, aku berbicara.
"Apa?
Memangnya aneh kalau aku datang ke kantorku sendiri?"
“Itu
tidak aneh, tapi bukankah ini ‘reuni’ kalian setelah sekian lama? Aku tahu kau
ini orang yang seperti apa, aku yakin kau pasti akan melakukannya sampai menit
terakhir, dan dalam kasus terburuk bahkan mungkin kau tidak akan muncul di
pesta perayaan kemenangan.”
“Apa…
Barusan kau bilang apa…?”
Aku
mendesah pada kata-katanya yang tidak tahu malu itu. Aku meletakkan kembali
dokumen di atas meja dan mengangkat wajahku.
Memang
sulit untuk menyangkal hal itu, tapi bukankah Lidi adalah adik Alex?
Bukankah
sebagai seorang kakak, kalimat itu cukup kejam?
“Tentu
saja aku tidak bisa untuk tidak hadir di pesta perayaan kemenangan. Aku memang
memiliki kekuasaan… Tapi… Ya, kau benar. Aku tidak akan mengirim Lidi pulang
malam ini, aku ingin tahu apa kau keberatan dengan hal itu?”
Ketika
aku mengatakan bahwa aku ingin Lidi menginap di Istana, Alex mengerutkan
alisnya sejenak dan berpangku tangan.
"…Begitukah?
Hehe, betapa bersemangatnya. Dimengerti. Aku akan mengatakannya pada pak tua."
“Agar
tidak ada kesalahpahaman, biar kuberitahu… Aku sudah membicarakannya dengan
Lidi.”
"…Aku
mengerti."
Alex
bereaksi terhadap kata-kataku dengan kedutan, dan dalam sekejap dia menghapus
ekspresinya yang penuh canda.
“Baiklah.
Aku tidak akan mengatakan apapun lagi. Lakukan sesukamu. Tapi yang lebih
penting… Freed, apa Lidi sudah mengatakan perasaannya?”
Aku
menunjukkan wajah pahit saat mendengar kata-kata Alex yang sangat menusuk. Agak
menyakitkan… Karena aku masih belum mendapatkan kata-kata yang pasti dari Lidi.
Tapi,
tidak ada gunanya untuk menyembunyikannya dari Alex.
Aku
menggelengkan kepalaku dengan lemah.
“Tidak,
sayangnya belum… Dia kurang merespon. Dari sikapnya aku pikir dia mencintaiku,
tapi dia belum mengatakan apa-apa.”
“Ah…
Pada akhirnya memang seperti itu.”
Sikap
Alex… Dan kata-kata yang dia katakana terdengar canggung, itu menggangguku.
“Alex?
Apa kau tahu sesuatu?”
“…Hm,
tidak juga. Atau lebih tepatnya, jangan tanya aku. Karena itu curang. Tugasmu
saat ini adalah membuat tunanganmu itu mengatakan perasaannya.”
Aku
pun mengangguk setelah mendengar kata-kata yang diucapkan Alex.
"Ya,
aku mengerti. Tidak peduli selama apa itu, aku benar-benar ingin membuat Lidi
menyatakan perasaannya terhadapku."
“…Bukankah
kau salah berbicara? Mungkin terlambat, tapi aku ingin… Sampai Lidi menyatakan
perasaannya, bagaimana kalau kau tidak ‘memeluknya’?”
"Itu
tidak mungkin!"
“Oi!”
Saat
aku langsung menjawab, Alex menunjukkan wajah yang agak kesal.
Meski
begitu, yang tidak mungkin itu tetaplah tidak mungkin.
Aku
ingin mendengar Lidi berkata kalau dia mencintaiku, dan aku tidak bermaksud
menyisihkan upaya untuk itu, tapi itu saja tidak bisa diterima.
Saat
aku ‘memeluknya’, aku merasakan kebahagiaan, kelegaan, dan kepuasan.
Aku
tidak bisa kehilangan semua itu.
“Mungkin
aku bisa bertahan seandainya aku tidak ‘memeluknya’, tapi sekarang setelah aku
mengalaminya, itu tidak mungkin. Aku tidak bisa kembali ke keadaan seperti
sebelum aku mengenal Lidi. Lidi ada di sini, terlebih dia tidak menolakku, jadi
kenapa aku harus menahan diriku?”
Ya,
meskipun itu mengejutkan, dia tidak pernah menolakku sekali pun.
Hanya
butuh bisikan manis untuk memikatnya, lalu seluruh tubuhnya menerimaku.
Dia
sendiri mengatakan kepadaku bahwa dia tidak keberatan jika aku ‘memeluknya’,
dia bahkan menyukainya.
Sekarang,
kalau saja dia mengucapkan kata-kata yang menunjukkan rasa ketertarikan, aku
yakin, aku akan bisa mendapatkannya.
Mendengar
ceritaku, Alex sedikit mendecakkan lidahnya.
"Si
bodoh itu... Yah, itu benar."
Alex
mencoba mengatakan sesuatu, tapi ketika dia menyuruhku untuk melupakannya
sambil menghela nafas, aku mengarahkan pandanganku ke meja kerja Alex.
Akhirnya,
sang pemilik aslinya kembali ke meja yang hampir tidak digunakan selama setahun
terakhir ini.
Saat
berbicara denganku, dia langsung melakukan pekerjaan, seperti biasa dia memang
dapat diandalkan.
Aku
pun segera duduk di meja kerjaku.
Setelah
memastikan bahwa aku sudah duduk, Alex memanggilku.
"Lalu?
Sekarang kau mengabaikan adikku dan bekerja? Terserah kau saja, tapi aku punya
masalah dengan itu…”
Aku
menjelaskannya secara singkat kepada Alex yang seakan-akan berkata kalau soal pekerjaan, aku bisa melakukannya.
Saat
membicarakan hal ini, kedua tangan kami berhenti bekerja.
“Tidak
mungkin aku mengabaikan Lidi. Sekarang ini Lidi sedang bersiap untuk pesta
perayaan kemenangan. Karena aku memiliki sedikit waktu, aku berpikir untuk menyelesaikan
beberapa pekerjaan. Karena sampai besok pagi, aku ingin bersama dengannya…”
"Ha?
Sedang bersiap? Apa yang kau katakan!? Dia sudah berpakaian formal, kan? Tidak perlu
berganti pakaian… Ah! Jadi begitu. Tadi kau ‘menyentuhnya’, ya!"
Tanganku
berhenti sejenak, dan saat melihat ke dalam matanya yang mencela… Aku mengangguk
tanpa ada rasa malu.
Aku
tidak punya niat untuk menyembunyikannya.
“Yaaa…
Seperti itulah. Bagaimana pu juga aku ini pria normal. Mana mungkin aku diam
saja saat sedang berduaan dengan wanita yang kucintai, bukan?”
“Beberapa
waktu lalu kau berbicara tentang kebijaksanaan… Tidak, tidak apa-apa.”
Alex,
yang bahunya turun seolah tidak ingin membuang-buang kata kepadaku, tiba-tiba mengangkat
wajahnya dan berkata.
“Oh
iya, ada sesuatu yang ingin kuberitahukan padamu.”
"Apa?"
Saat
aku bertanya, dia menjawabnya dengan berbisik.
“…Kurasa
kamu juga sudah menyadarinya, tapi si pak tua itu memang sengaja untuk tidak
memberitahukan Lidi tentang ‘Etika antara Pria dan Wanita’. Kupikir sekarang cepat
atau lambat, pak tua pasti akan mengajarkannya, jadi sampai saat itu, bahkan
jika Lidi melakukan sesuatu yang aneh, aku berharap kau abaikan saja.”
“Lidi
tidak perlu diajari hal seperti itu.”
"Hah?"
Aku
menyeringai lebar pada Alex yang menatapku dengan bingung.
“Lidi
itu sangat manis dan lucu. Aku sangat puas dengannya yang seperti ini, jadi
kuharap kau tidak usah mengajarkan hal-hal yang tidak perlu itu padanya.”
“Hal-hal
yang tidak perlu… Oi! Kau… Apa yang kau pikirkan!?”
Melihat
senyum gelapku, Alex menjatuhkan dokumen-dokumen yang ada di tangannya dan
menghadap ke arahku.
"Entahlah…
Tapi, karena Lidi tidak akan pernah mengenal pria lain, selain aku. Maka tidak
ada masalah, bukan?"
“Emm…
Itu… Tidak, itu memang benar, tapi…”
Sambil
mengatakan semua itu, tangan Alex memegangi kepalanya, seakan berkata apa yang sebenarnya telah kau lakukan pada
adikku!? Aku melempar dokumen yang sudah jadi ke dalam kotak yang sudah
diproses dan kembali memikirkan Lidi.
Sejak
aku bertemu Lidi, dia terus menanggapi semua permintaanku satu demi satu.
Tentu
saja. Mungkin itu karena dia tidak tahu tentang ‘etika’, tapi tetap saja, aku
merasa segar dan senang dengan sikapnya yang unik dan berbeda dari para wanita
bangsawan lainnya.
Aku
muak dengan 'Etika antara Pria dan Wanita' yang merajalela di kalangan
bangsawan negara ini dari lubuk hatiku.
Posisi
tubuh yang benar dan hubungan se*sual yang benar. Rasa malu dianggap sebagai
kebajikan bagi wanita, mereka membiarkan pria memilih ‘cara’ di kamar tidur. Tapi,
pria juga tidak seharusnya melakukan hal yang tidak perlu, mereka hanya ‘berada
di atas’ lalu berej*kulasi.
Tadi
itu… Bahkan kalau Lidi bersikeras ingin ‘melakukannya’, kurasa aku tidak akan
setuju.
Aku
ingin melihat Lidi yang tidak berdaya di bawahku.
Aku
ingin Lidi memohon kepadaku dengan wajah imutnya itu. Ah… Kurasa aku tidak akan
bisa hidup lagi tanpa melihat ekspresi Lidi yang imut itu.
Meski
tidak begitu dikenal. Di antara rakyat, kecuali bangsawan dan negara asing yang
mempraktekkan se*s bebas…
Bangsawan
negeri ini memandang rendah tindakan-tindakan itu (memohon saat melakukan se*s, dsb.) sebagai hal yang tidak
terpikirkan, tapi bagi orang-orang yang menikmati kehidupan se*s mereka, itu adalah
salah satu bumbu kehidupan, aku sangat setuju dengan pendapat itu.
Tapi,
faktanya… Hal itu tidak akan diterima oleh bangsawan negeri ini.
Yaa…
Bagiku sekarang itu tidaklah penting.
Sekarang
aku sudah memiliki wanita yang kucintai yakni, Lidi. Dengan Lidi aku bisa
melakukan berbagai ‘teknik’ dan ‘posisi’ yang pernah kudengar. Lalu aku mempraktekkannya
satu per satu bersama dengan Lidi.
Kalau
dipikir-pikir, akhir-akhir ini 's*x toy'
sepertinya populer di Kerajaan Irvine.
Hm…
Kurasa aku harus membelinya, lalu bersenang-senang dengan Lidi―――
Saat
aku tenggelam dalam pikiran yang menyenangkan, Alex menyuruhku kembali bekerja.
"Aku
tidak peduli kesenangan macam apa yang akan kau dapatkan, tapi bisakah kau
tidak memberi tahuku? Bagaimana kalau kau membahasnya bersama nanti dan
memutuskan. Aku tidak peduli."
T/N:
Jadi kata-kata Freed yang tadi itu bukan
monolog… Dan Alex denger!? O_O
"Yah…
Aku ingin tahu, apakah aku bisa membujuknya… Ah! Aku mengerti!"
“Oi!!!”
Mengabaikan
kata-kata Alex, aku memeriksa waktu.
Aku
segera merapikan dokumen dan berdiri.
“Alex,
maaf, tapi sudah waktunya aku pergi.”
“Hah?
Ah, tentu saja kau tidak bisa berpakaian seperti ini. Aku mengerti. Aku tidak
perlu berganti pakaian, jadi jangan khawatir. Aku akan membantumu mempersiapkan
diri setelah ini.”
"Tolong,
ya."
T/N:
Rei ga bisa ngebedain kpn Alex ngomongin
serius atau cuman nyindir. Atau ini ngomong serius sekaligus nyindir? Wkwkwk…
Ketika
aku kembali dari medan perang, aku langsung mengurung diri di kamarku bersama
Lidi, akibatnya aku masih berseragam militer.
Aku
tidak bisa menghadiri pesta perayaan kemenangan seperti ini. Aku harus
mengganti pakaianku.
“Setelah
aku ganti bajuku, aku akan segera mendampingi Lidi. Kau juga akan hadir di
pesta, kan?”
“Meski
aku tidak mau datang, aku tidak bisa absen di pesta perayaan kemenangan!”
Aku
sangat setuju melihat Alex yang merajuk karena merasa bahwa pesta ini
merepotkan.
“Haha.
Kalau bisa, aku juga tidak mau hadir.”
“Tokoh
utama dari pesta ini malah mengatakan hal seperti itu…”
“Aku
tidak peduli. Yang terpenting bagiku adalah menghabiskan waktu dengan Lidi
setelah pesta ini usai.”
Mendengar
kata-kata itu, Alex berkata dengan serius.
“Kau
benar-benar sudah berubah…”
“Hal
yang berbeda dariku saat ini hanyalah keberadaan Lidi dalam hidupku. Tidak ada
yang berbeda dariku selain hal itu.”
“Kurasa
begitu, tapi aku tidak bisa membayangkan kau yang seperti ini dulu. Aku senang
kamu bisa serius dengan seorang wanita, tapi jujur, aku merasa rumit karena
adikkulah penyebab dari semua ini.”
Melihat
ekspresi Alex yang terlihat sulit, aku tersenyum masam. Apa yang Alex katakana
memang benar.
Tentu
saja, aku sendiri tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini.
“Aah…
Aku benar-benar terpengaruh oleh Freed. Haruskah aku segera mencari istri yang
manis?”
Kalimat
itu, aku agak lelah mendengarnya
Aku
melihat ke langit-langit dan memutuskan untuk mengabaikan teman masa kecilku
yang mulai mengeluh ini.
Aku
menyadarkan Alex dari keluhannya, lalu segera melakukan hal yang harus
kulakukan.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment