Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Lidi]
“Lidi.”
Suara Freed terdengar terus menerus dan itu terdengar sangat manis.
Dipeluk
dengan erat, aku menjadi mabuk. Kurasa, aku tidak ingin berusaha melepaskan
diri darinya, aku mempercayakan diriku ke pelukan Freed, kemudian aku mendengar
suara yang rendah, tapi terdengar seakan-akan seperti tercengang.
“Ah...
Maaf mengganggu saat kalian tersesat di dunia yang hanya terdiri dari kalian
berdua saja. Tapi, bisakah kalian kembali ke dunia nyata?”
Aku
tersadar mendengar suara yang sepertinya milik kakak.
Apa
yang baru saja kulakukan? Bukankah... Baru saja, aku memeluk Freed dengan seluruh
kekuatanku di depan umum?
“Alex,
kamu menyebalkan.”
"Hoi,
itukah yang kau katakan kepada teman masa kecilmu yang kembali ke Ibukota untuk
menjadi asistenmu...?"
Saat
dia terus memelukku, yang menjadi kaku setelah kembali ke dunia nyata, tanpa
terlihat keberatan, Freed memelototi kakak.
Kakak
benar-benar mengabaikan tatapan Freed itu dengan senyuman yang berarti.
“Tidak
ada alasan untuk pamer di tempat seperti ini, kan. Memang bagus kalau hubungan
antara Putra Mahkota dan tunangannya baik, tapi pahamilah, bahwa itu tidak
menyenangkan dan segera lepaskanlah dia (Lidi). Kalian berada di pusat
perhatian.”
"Aku
tidak keberatan dengan itu."
“Kau
mungkin tidak keberatan, tapi Lidi berbeda. Lihatlah, dia terlihat sangat
malang, dia menjadi kaku.”
Kakak
menunjukku. Tapi, Freed benar-benar tidak ingin melepaskannya, melainkan dia justru
semakin mengeratkan pelukannya.
Itu
menyakitkan.
Akhirnya
aku menjadi gelisah, aku meninggikan suaraku.
“Le...
Lepaskan, Freed. Ini memalukan...”
Rasanya
aku ingin sekali melarikan diri dari sini. Padahal ada banyak orang di sini,
tapi aku malah melakukan hal gila seperti ini.
Melihatku
gemetar dalam pelukan Freed, kakak meraih bahunya (Freed).
“Lihat?
Aku tidak akan menyuruhmu berhenti, tapi lanjutkanlah saat kalian berduaan
saja. Sudah cukup untuk pamer di sini.”
"...Aku
mengerti. Kalau begitu, Lidi. Ayo, kita pergi."
“Eh?”
Freed
dengan enggan melepaskanku, dan kali ini dia melingkarkan lengannya di
pinggangku.
Lalu
dia mulai berjalan. Aku pun terpaksa mengikutinya.
Dengan
lembut dia berbisik ke telingaku.
“Ada
waktu luang sebelum pesta perayaan kemenangan. Memang waktunya tidak banyak,
tapi ayo perlahan-lahan kita ke kamarku... Hanya kita berdua.”
Kata-katanya...
Jelas-jelas menunjukkan maksud tertentu, wajahku tiba-tiba menjadi merah.
Karena
‘undangannya’ terlalu langsung, tanpa sadar aku menundukkan kepala.
Melihatku
seperti itu, Freed bergumam "Sangat imut."
“Reaksi
itu... Alex, Lidi benar-benar sangat imut.”
"Hah?
Tidak mungkin adikku tidak imut. Karena kau sudah mengerti, maka cepatlah
pergi. Aku akan melakukan apa yang kubisa dengan masalah pekerjaan...
Sebaliknya, kita bicara nanti."
“Seperti
yang diharapkan dari Alex. Aku mengandalkanmu."
"Kalau
begitu, sampai jumpa."
“Ka...
Kakak...”
Setelah
mereka menyelesaikan percakapan mereka, aku memanggil kakak, yang dengan
mudahnya meninggalkanku ke Freed, untuk berhenti.
Eh...
Apa? Apa kakak benar-benar meninggalkanku seperti ini...?
“Hm?
Pak tua itu juga mengatakannya, kan? Freed adalah tokoh sentral dari pesta kemenangan
ini. Pulihkan dia.”
Pulihkan...
Jadi maksudnya ‘pulihkan’ itu ini!!!
Dengan
sepenuh hati aku merengut pada kakak yang terkekeh. Namun, Freed, dengan lengannya
ada di pinggangku, dia segera mulai berjalan.
“Ah...
Tunggu sebentar.”
“Aku
tidak mau menunggu. Aku sudah menunggu selama sebulan penuh. Aku tidak ingin
menunggu lebih lama lagi.”
"...Ah."
Setiap
kata-katanya dipenuhi dengan keinginan yang tidak tahu malu.
Seketika
punggungku menggigil.
...Aku
mengakuinya. Aku telah menantikan momen ini.
“Ayahanda,
sampai pesta perayaan kemenangan dimulai, anak ini akan menghabiskan waktu
dengan tunangannya.”
“Ya,
sudah kuduga kamu akan berkata begitu. Aku tidak keberatan, tapi jangan
terlambat untuk datang ke pesta perayaan kemenangan.”
Sambil
membawaku keluar, Freed berbicara kepada Yang Mulia Raja yang ada di dekatnya.
Dengan
mudah Yang Mulia Raja menerima kata-katanya. Ayahku yang juga ada di sana tidak
mengatakan apa-apa.
Tampaknya
mereka berdua tidak ingin menghentikan Freed.
Memang
benar bahwa kami sudah bertunangan dan sedang bersiap untuk menikah. Terlebih
kami sudah melakukan hubungan sek*su*l.
Tidak
salah lagi, pasti itulah yang ayah pikirkan. Karena itu, ayah tidak mengatakan
apapun.
Meski
begitu, seharusnya ayah mengatakan sesuatu... Jangan hanya diam saja!
“Kami
berdua akan menghadiri pesta perayaan kemenangan. Kalau begitu, kami permisi.
Ayo, kita tidak punya waktu. Ayo, cepat pergi, Lidi.”
“Eh...
Ah...”
Dengan
bingung aku membungkuk pada Raja dan ayah sebelum aku kembali diseret oleh
Freed.
Rasanya
tatapan terkejut orang-orang di sekitar menusukku, meski begitu aku tidak punya
pilihan selain mengikuti Freed.
***
Persis
seperti bulan lalu, aku dibawa ke kamarnya.
Begitu
kami memasuki kamar dan mencapai tempat tidur, Freed mendorongku ke ranjang dan
mencuri ciuman dari bibirku seolah-olah dia sudah lelah menunggu.
“Em...
Nng... Ah... Hei, tung... Aku bilang tunggu.”
"Tidak,
sudah kubilang aku tidak mau menunggu. Selama sebulan ini, aku kelaparan, aku
menginginkan Lidi. Biarkan aku mengisinya kembali energiku."
Tampaknya
aku sudah tidak bisa melarikan diri lagi.
Dengan
tidak sabar, dia mulai menciumku berulang kali. Tanpa sadar, tidak seperti
sebelumnya, aku juga dipengaruhi oleh ketidakpuasannya.
Merasa
sudah lama sekali, sebelum kusadari, aku menanggapinya dengan melingkarkan
lenganku di lehernya.
“Ha... Freed...”
Aku
menarik pria yang menatapku dengan tatapan penuh gairah ke arah diriku sendiri.
Lalu,
tiba-tiba aku tersadar.
“Aku
lupa sesuatu yang penting!”
“Lidi?”
Aku
mendorong dada Freed ke samping dan duduk.
Terkejut
dengan suaraku yang keras, Freed melepaskanku.
“Lidi,
ada apa?”
"Cedera!"
“Hah?”
Di
ranjang, aku mendekati Freed, yang wajahnya mengatakan bahwa dia tidak mengerti
maksudku.
“Ayah
bilang kamu baik-baik saja, tapi Freed, apa kamu terluka? Apa kamu baik-baik saja?”
Ya,
‘apa Freed benar-benar tidak terluka?’ selalu ada di pikiranku.
Aku
berpikir untuk benar-benar memeriksanya secara pribadi setelah kami bertemu.
Daripada
saling berpelukan, aku lebih memilih untuk memastikannya terlebih dahulu.
Di
bawah tatapan tajamku yang tidak mengizinkan kepalsuan, Freed mengangkat kedua
tangannya dan menyangkal.
“Aku
tidak punya luka. Lagi pula, ekspedisi kali ini tidak terlalu parah.”
“Benarkah?”
“Ya,
tidak ada satu goresan pun.”
"Begitu,
syukurlah..."
Mendengar
jawabannya, aku menepuk dadaku dengan lega.
Saat
dia berkata bahwa tidak ada luka segores pun, aku merasa sangat lega, dan
tersenyum.
Melihat
itu, Freed dengan lembut memelukku.
“...Mungkinkah,
Lidi mengkhawatirkanku?”
Aku
mengerutkan alis karena kata-katanya yang tidak terduga.
Meski
tidak sempurna, dia adalah tunanganku. Apa yang salah dengan khawatir...
“Bukankah
sudah jelas?”
"Aku
merasa senang dengan itu."
Setelah
menerima balasan positif, Freed dengan senang hati menyipitkan matanya.
“Bisa
mendapatkan rasa kekhawatiran dari Lidi, tampaknya kerja kerasku selama sebulan
ini terbayarkan.”
“Kudengar,
perang usai dengan cepat. Benarkah?”
Aku
ingat bahwa ayah mengatakan kalau perang selesai dengan mudah, sambil membelai
rambutku, Freed berbicara.
“Anehnya,
begitulah adanya. Alasan kenapa itu membutuhkan waktu yang cukup lama adalah mengatasi
masalah administrasi pascaperang. Itulah kenapa aku tidak bisa segera kembali
ke sini... Lidi, aku merindukanmu. Selama sebulan ini, aku tidak bisa berhenti
memikirkanmu.”
"...Ya."
Aku
mengangguk membenturkan dahi kami.
Aku
mencengkeram bajunya.
Aku
berpikir untuk sedikit jujur.
“Aku
juga... Ingin bertemu denganmu.”
“Lidi...!!”
Kemudian,
dengan ekspresi tidak percaya, Freed memelukku dengan kuat.
Begitu
kuat sehingga aku mengira bahwa aku akan hancur. Tapi, entah kenapa aku merasa
terpesona oleh betapa nyamannya itu, dan dengan patuh aku balas memeluknya.
Mendapat
tanggapan seperti itu, Freed menghela nafas panas.
“Ah...
Itu terlihat seperti sebuah kebohongan. Kamu benar-benar tak tertahankan, Lidi.
Aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Aku tidak akan pernah melepaskan.”
"Freed..."
Sekali
lagi, dengan lembut aku didorong ke atas seprei. Saat mata Freed berbinar
karena lapar, aku menelan ludah dengan satu tegukan.
―――Ah...
Kami melakukannya.
Meski
didorong, dengan tenang aku memikirkan waktu yang tersisa sampai pesta perayaan
kemenangan.
Berpikir
tentang persiapan pesta, seperti merias wajah, tidak ada waktu lagi.
Sementara
aku tenggelam dalam pikiranku sendiri, tangan Freed dengan gelisah menyentuh
dadaku.
Aku
tidak sengaja terkikik melihat gerakannya yang lebih putus asa dari biasanya.
Aku
tidak berpikir bahwa Freed akan puas dengan itu, tetapi meskipun demikian, jika
dia menginginkannya, aku tidak masalah dengan itu, dan ketika aku memutuskan
untuk dengan patuh menyerahkan diriku, tiba-tiba aku melihat ke langit-langit.
Plafon...
Hm? Tunggu sebentar?
......!!
Tidak,
tidak, itu sama sekali tidak bagus!!
Aku
benar-benar terhanyut, tetapi ketika aku mengingat sesuatu, wajahku memucat.
Dalam sekejap mata aku tersadar.
"Tu...
Tunggu!!"
Aku
menepis Freed dengan kekuatan yang lebih kuat dari sebelumnya. Melihat
penampilanku yang mengancam, Freed mengerutkan kening. Kurasa, dia tidak akan
menyangka bahwa kita akan berhenti di sini. Itu juga bukan yang kuinginkan
juga... Tetapi...
Keringat
dingin mengalir di tubuhku.
Mungkin...
Saat ini... Cain sedang berada di atas langit-langit...!!
Menyadari
hal itu, aku memaksakan diri untuk tidak melakukannya
sekarang.
Aku
tidak mau ditonton.
“Lidi?”
Saat
Freed menatapku dengan curiga, dengan putus asa aku memikirkan alasan yang
masuk akal untuk menghindari darinya saat ini.
Aku
belum bisa mengatakan soal Cain kepada Freed sekarang. Di sisi lain, dalam
situasi ini, situasi di mana kita mungkin terlihat.
Apapun yang terjadi, aku tidak mau melakukannya.
Entah
bagaimana, aku harus mencegah Freed yang ingin memelukku saat ini. Kurasa, aku tidak punya pilihan lain selain
ini.
Pilihanku
hanyalah rencana yang buruk ini.
Aku
mengerti bahwa aku akan menyesalinya nanti. Dalam keadaan normal, aku tidak
akan pernah memilihnya.
Tapi,
mau bagaimana lagi. Itu adalah satu-satunya hal yang bisa kupikirkan dalam
waktu yang sesingkat ini!
Setelah
memutuskan, aku berpura-pura malu dan menatap Freed dengan mata menengadah.
"Freed.
Hm... Sekarang, umum... Kita tidak punya banyak waktu, bukan?"
“Eh?”
Tidak
mengerti dengan apa yang kumaksud, Freed tampak bingung.
Lanjutkan,
hanya ini satu-satunya cara. Janganlah goyah! Diriku!!
Dengan
putus asa, aku menyemangati diriku sendiri, aku kembali berkata.
“Karena
ini adalah reuni yang sudah lama ditunggu-tunggu, aku berpikir untuk sering melakukannya dengan Freed hari
ini... Jadi, aku tidak ingin mengkhawatirkan tentang waktu luang sampai pesta
perayaan kemenangan.”
“Lidi?”
“Karena,
itu sama sekali tidak akan memuaskan. Rasanya tidak lengkap... Atau Freed, apa kamu
berbeda? Bisakah kamu puas dengan memelukku
dalam waktu sesingkat itu?”
"...Tidak
mungkin."
Saat
aku mati-matian menahan rasa malu untuk mengatakan itu, Freed langsung membalasnya
dengan kata-kata penyangkalan.
...Bagus.
Aku
sangat khawatir, apa yang harus kulakukan kalau Freed mengatakan bahwa dia akan
puas.
“Kurasa,
aku tidak akan puas kecuali aku terus memelukmu
selama tiga hari tiga malam.”
Jawabannya
jauh melebihi ekspektasiku―――!!
"...Senangnya."
Hoi
hoi hoi hoi... Apa orang ini serius!!?
Tiga
hari tiga malam, dan dari tatapan matanya, dia tampak serius! Aku benar-benar
tidak setuju dengan itu.
Meskipun
aku berteriak dan menyangkalnya di dalam hati, aku kembali menjalankan misi dengan
sungguh-sungguh.
Astaga...
Aku harus melalui hal yang mengerikan berkat Cain.
Sebenarnya
pria itu ada di mana saat ini...
“...Jadi,
untuk saat ini, tahanlah. Sebaliknya, setelah pesta perayaan kemenangan
berakhir... Kamu mengerti, kan? Aku akan menginap di sini untuk hari ini, jadi ayo
kita lakukan banyak hal sampai Freed puas? ...Apa itu tidak bagus?”
“...Benarkah?”
Freed
bertanya dengan wajah yang sedikit curiga, aku mengangguk dengan pipiku yang
memerah. Tentu saja, aku tidak ingin berbohong. Aku tahu bahwa saat ini aku
sudah menginjak ranjau darat, tetapi tanpa banyak bicara, mungkin saja, aku tidak
akan bisa keluar dari situasi ini.
Yang
penting adalah saat ini! Saat ini!!
Siapa
yang mau melakukannya selagi ada kemungkinan di mana ada orang yang bisa melihat kegiatan kami!!
“Bi...
Bisakah aku memulihkan Freed malam ini?”
Untuk
memberikan pukulan terakhir, aku menatapnya lekat-lekat dan berkata seperti itu,
seketika Freed menekan mulutnya dan berbalik.
Jauh
di lubuk hatiku, aku bingung, mungkin saja aku sudah gagal, tetapi jika dilihat
lebih dekat telinganya merah.
"Freed?"
“Astaga...
Apa yang harus kulakukan... Dia terlalu imut... Maksudku, aku ingin mendorongnya sekarang juga. Aku juga
ingin memasukinya... Ingin sekali aku
mengabaikan pesta perayaan kemenangan dan memeluknya sepanjang malam.”
Sial!
Ternyata itu justru berefek sebaliknya!?
Monolog
yang dia gumamkan pada dirinya sendiri sangat menakutkan.
Tidak,
si aktor utama dari pesta kemenangan ini, Freed, harus benar-benar hadir.
Atau
lebih tepatnya, jika kita melakukannya, untuk alasan apa aku mengucapkan kalimat
yang sangat memalukan itu. Aku tidak boleh membiarkan semua itu sia-sia.
“Sayang
sekali, tapi tidak bisa. Freed, kenapa kita tidak bicara sedikit sampai pesta
perayaan kemenangan dimulai? Aku ingin berbicara dengan Freed secara normal.”
Aku
terus berusaha untuk membujuknya sambil terus berusaha mempertahankan
ketenanganku, Freed berbalik dan menatapku, seolah mengatakan ‘mau bagaimana lagi’.
"...Aku
mengerti. Kalau itu yang Lidi inginkan, untuk saat ini aku akan menahan diriku.
Tapi, bersiaplah untuk malam ini. Aku benar-benar tidak akan membiarkanmu
tidur, Lidi."
“I...
Iya.”
Dengan
gagap, aku menerima pernyataannya yang diucapkan dengan suara manis yang seakan
mengandung kedengkian.
Hah...
Sudah diputuskan bahwa aku akan bekerja semalaman.
Aku
sadar bahwa aku tidak memiliki hak untuk membatalkan keputusan, tapi kupikir
dia akan sedikit mengalah kepadaku.
Entah
bagaimana aku berhasil menghindari krisis yang langsung terjadi, tapi aku
benar-benar harus menghubungi Cain dan berbicara dengannya. Terutama, tentang
di mana Cain berada.
Itu
prioritas utama.
"Aku
benar-benar tidak ingin mengirimmu pulang... Untuk saat ini, kamu akan menginap
di sini, kan?"
"Iya."
Saat
aku mengangguk, Freed mendekatkan wajahnya.
“Maka
itu adalah janji...”
Setelah
mengatakannya, Freed dengan ringan menciumku. Aku menjawabnya, untuk
menyampaikan bahwa aku mengakui pemikirannya. Segera, ciuman itu berubah
menjadi ciuman yang dalam, cup cup, bagaikan
suara air yang bergema.
“Emm...
Ahh......”
“...Haha.
Itu sama sekali tidak cukup, tapi sku akan berhenti di situ. Kalau tidak, aku
tidak akan bisa menahan diriku.”
Setelah
memanjakan dirinya sendiri, yang menurutku cukup sempurna, Freed perlahan-lahan
melepaskanku dengan sedikit rasa menyesal.
Suaranya
membuatku hampir saja tidak bisa menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya.
Meskipun aku bisa saja hancur jika terkena pengaruhnya, entah bagaimana aku
berhasil bertahan.
Aku
menarik nafas. Sepertinya aku berhasil menghindari masalah untuk saat ini.
Dan
setelah menenangkan diri, akhirnya aku memperhatikan penampilannya.
Secara
spontan mataku membelalak.
Ah...
Apa...
Festival
Seragam Militer... Lagi... Benarkah?
Dalam
sekejap otakku memanas.
Spontan
aku meletakkan tangan di mulutku.
Aku
belum menyadarinya sampai sekarang, tapi saat ini Freed versi yang sedikit
lebih sederhana dari seragam militer formal sebelumnya.
Warnanya
sama seperti sebelumnya. Hanya saja, ornamen di atasnya, sebagian besar telah
dihilangkan, yang tersisa adalah sesuatu yang bisa menunjukkan statusnya
seperti aiguillette. Tidak ada
mantel. Rasanya bukan untuk pamer, melainkan benar-benar untuk berperang.
Ini
adalah desain yang lebih praktis yang memudahkan tubuh untuk bergerak.
Sungguh
luar biasa... Bagaimana itu bisa cocok untuknya?
Apalagi
dengan rambut disisir ke belakang, fitur tampannya semakin ditonjolkan.
Beberapa jambul longgar membingkai wajahnya, menciptakan daya tarik se*s yang
tak terlukiskan.
Saat
aku menatap Freed tanpa berkedip, tanpa membuat satu gerakan pun, aku memahami
bahwa diriku terpesona, dia pun tersenyum kecut.
“Seterlambat
itu?”
“...!!
Karena... Aku belum menyadarinya sampai sekarang.”
Aku
disibukkan oleh kembalinya Freed, jadi aku benar-benar tidak melihat
pakaiannya.
Bagaimana
mungkin, aku, dari semua orang, aku gagal menyadarinya. Bagaimana bisa aku
mengabaikan seragam militer Freed.
Freed
sedikit tersenyum padaku yang merasa kesal dari lubuk hatiku.
"Apa?"
“Tidak
apa-apa, kupikir Lidi pasti akan senang. Kupikir itu lucu melihat reaksimu.”
“Hah...”
Aku
tidak bisa mengatakan apapun kepadanya yang bersemangat.
Bagaimanapun,
itu sudah terungkap. Tidak ada gunanya menjaga sikap dan penampilanku lagi.
...Aahhh...
Ini benar-benar keren.
“...Hei,
haruskah kita melanjutkannya?”
“Eh?”
Merasa
lucu dengan reaksiku, Freed mengubah nada bicaranya, dan dengan suara yang
mengalir dengan sensu*litas mengajukan pertanyaan. Jari-jarinya perlahan
membelai rahangku. Saat mereka menyentuh pipiku, senyum memikat muncul di
wajahnya.
Ditarik
oleh senyuman ini, aku merasa ingin mengangguk.
Atau
lebih tepatnya, dalam pikiranku, aku mengangguk dengan kekuatan penuh.
Aku
tidak bisa. Aku harus menghentikan festival ini. Sekarang benar-benar tidak
bagus.
“Ba...
Baiknya kita berhenti saja.”
...Hampir
saja aku mengatakan BAIK.
Entah
bagaimana, aku berhasil mendapatkan kembali ketenanganku dan menolaknya, Freed
tertawa, tampaknya dia merasa bahwa ini lucu, tapi juga dia terlihat agak
menyesal.
“Lidi,
kamu mudah dimengerti. Sebenarnya, kamu sedikit ragu, kan? Ayo, kemarilah.”
Dibawa
ke dalam pelukan Freed, aku duduk bersandar di atas lututnya.
Tidak
mengerti kenapa aku bisa berada di posisi ini, aku menatap Freed.
Lalu
dia mencium keningku.
“Karena
kamu membuatku menunggu sampai malam, setidaknya tetaplah di sini. Aku ingin
merasakan kehangatan Lidi.”
"Baik..."
Tidak
ada alasan untuk menolaknya.
Sementara
itu, aku terpaksa menghentikan Festival Seragam Militer di otakku.
Kemudian,
saat aku, dengan patuh duduk di antara kedua kakinya, aku berpegangan pada
tubuhnya untuk keseimbangan.
Mengambil
kesempatan itu, aku menempelkan pipiku ke dadanya.
Itu
adalah tindakan yang sepenuhnya tidak disadari.
Tubuh
Freed bergetar karena terkejut.
"...Lidi,
aku mohon, jangan menggodaku."
"Hah?"
Karena
aku tidak bermaksud melakukan sesuatu, aku memiringkan kepala.
Sambil
menghela nafas, Freed menatapku dengan wajah yang tampak dalam masalah.
“Melakukannya
secara tidak sadar, sungguh sifat yang berdosa. Ya ampun...”
Menyesuaikan
kembali pelukannya, Freed menatap ke langit-langit dan menekan dahinya.
Setelah
menghela nafas panjang, dia kembali menatapku.
“...Aku
benar-benar ingin memelukmu di sini,
tapi aku sudah berjanji untuk menahan diri sampai pesta kemenangan selesai.
Kamu bilang, kamu ingin bicara, kan? Apa ada sesuatu yang ingin Lidi dengar?”
Saat
Freed mengatakannya sambil memelukku, aku menjadi merenung, memikirkannya.
Jawabannya
langsung datang. Sambil mengangguk, aku mengatakannya kepada Freed.
“Untuk
saat ini, aku ingin mendengar tentang bulan lalu. Katakan apa saja yang kamu
bisa katakan, biarkan aku mendengar apa yang telah kamu lakukan, Freed.”
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment