Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 56 – Dia dan Godaan


[POV Lidi]

“Lidi.”

Suara Freed terdengar terus menerus dan itu terdengar sangat manis.

Dipeluk dengan erat, aku menjadi mabuk. Kurasa, aku tidak ingin berusaha melepaskan diri darinya, aku mempercayakan diriku ke pelukan Freed, kemudian aku mendengar suara yang rendah, tapi terdengar seakan-akan seperti tercengang.

“Ah... Maaf mengganggu saat kalian tersesat di dunia yang hanya terdiri dari kalian berdua saja. Tapi, bisakah kalian kembali ke dunia nyata?”

Aku tersadar mendengar suara yang sepertinya milik kakak.

Apa yang baru saja kulakukan? Bukankah... Baru saja, aku memeluk Freed dengan seluruh kekuatanku di depan umum?

“Alex, kamu menyebalkan.”

"Hoi, itukah yang kau katakan kepada teman masa kecilmu yang kembali ke Ibukota untuk menjadi asistenmu...?"

Saat dia terus memelukku, yang menjadi kaku setelah kembali ke dunia nyata, tanpa terlihat keberatan, Freed memelototi kakak.

Kakak benar-benar mengabaikan tatapan Freed itu dengan senyuman yang berarti.

“Tidak ada alasan untuk pamer di tempat seperti ini, kan. Memang bagus kalau hubungan antara Putra Mahkota dan tunangannya baik, tapi pahamilah, bahwa itu tidak menyenangkan dan segera lepaskanlah dia (Lidi). Kalian berada di pusat perhatian.”

"Aku tidak keberatan dengan itu."

“Kau mungkin tidak keberatan, tapi Lidi berbeda. Lihatlah, dia terlihat sangat malang, dia menjadi kaku.”

Kakak menunjukku. Tapi, Freed benar-benar tidak ingin melepaskannya, melainkan dia justru semakin mengeratkan pelukannya.

Itu menyakitkan.

Akhirnya aku menjadi gelisah, aku meninggikan suaraku.

“Le... Lepaskan, Freed. Ini memalukan...”

Rasanya aku ingin sekali melarikan diri dari sini. Padahal ada banyak orang di sini, tapi aku malah melakukan hal gila seperti ini.

Melihatku gemetar dalam pelukan Freed, kakak meraih bahunya (Freed).

“Lihat? Aku tidak akan menyuruhmu berhenti, tapi lanjutkanlah saat kalian berduaan saja. Sudah cukup untuk pamer di sini.”

"...Aku mengerti. Kalau begitu, Lidi. Ayo, kita pergi."

“Eh?”

Freed dengan enggan melepaskanku, dan kali ini dia melingkarkan lengannya di pinggangku.

Lalu dia mulai berjalan. Aku pun terpaksa mengikutinya.

Dengan lembut dia berbisik ke telingaku.

“Ada waktu luang sebelum pesta perayaan kemenangan. Memang waktunya tidak banyak, tapi ayo perlahan-lahan kita ke kamarku... Hanya kita berdua.”

Kata-katanya... Jelas-jelas menunjukkan maksud tertentu, wajahku tiba-tiba menjadi merah.

Karena ‘undangannya’ terlalu langsung, tanpa sadar aku menundukkan kepala.

Melihatku seperti itu, Freed bergumam "Sangat imut."

“Reaksi itu... Alex, Lidi benar-benar sangat imut.”

"Hah? Tidak mungkin adikku tidak imut. Karena kau sudah mengerti, maka cepatlah pergi. Aku akan melakukan apa yang kubisa dengan masalah pekerjaan... Sebaliknya, kita bicara nanti."

“Seperti yang diharapkan dari Alex. Aku mengandalkanmu."

"Kalau begitu, sampai jumpa."

“Ka... Kakak...”

Setelah mereka menyelesaikan percakapan mereka, aku memanggil kakak, yang dengan mudahnya meninggalkanku ke Freed, untuk berhenti.

Eh... Apa? Apa kakak benar-benar meninggalkanku seperti ini...?

“Hm? Pak tua itu juga mengatakannya, kan? Freed adalah tokoh sentral dari pesta kemenangan ini. Pulihkan dia.”

Pulihkan... Jadi maksudnya ‘pulihkan’ itu ini!!!

Dengan sepenuh hati aku merengut pada kakak yang terkekeh. Namun, Freed, dengan lengannya ada di pinggangku, dia segera mulai berjalan.

“Ah... Tunggu sebentar.”

“Aku tidak mau menunggu. Aku sudah menunggu selama sebulan penuh. Aku tidak ingin menunggu lebih lama lagi.”

"...Ah."

Setiap kata-katanya dipenuhi dengan keinginan yang tidak tahu malu.

Seketika punggungku menggigil.

...Aku mengakuinya. Aku telah menantikan momen ini.

“Ayahanda, sampai pesta perayaan kemenangan dimulai, anak ini akan menghabiskan waktu dengan tunangannya.”

“Ya, sudah kuduga kamu akan berkata begitu. Aku tidak keberatan, tapi jangan terlambat untuk datang ke pesta perayaan kemenangan.”

Sambil membawaku keluar, Freed berbicara kepada Yang Mulia Raja yang ada di dekatnya.

Dengan mudah Yang Mulia Raja menerima kata-katanya. Ayahku yang juga ada di sana tidak mengatakan apa-apa.

Tampaknya mereka berdua tidak ingin menghentikan Freed.

Memang benar bahwa kami sudah bertunangan dan sedang bersiap untuk menikah. Terlebih kami sudah melakukan hubungan sek*su*l.

Tidak salah lagi, pasti itulah yang ayah pikirkan. Karena itu, ayah tidak mengatakan apapun.

Meski begitu, seharusnya ayah mengatakan sesuatu... Jangan hanya diam saja!

“Kami berdua akan menghadiri pesta perayaan kemenangan. Kalau begitu, kami permisi. Ayo, kita tidak punya waktu. Ayo, cepat pergi, Lidi.”

“Eh... Ah...”

Dengan bingung aku membungkuk pada Raja dan ayah sebelum aku kembali diseret oleh Freed.

Rasanya tatapan terkejut orang-orang di sekitar menusukku, meski begitu aku tidak punya pilihan selain mengikuti Freed.

***

Persis seperti bulan lalu, aku dibawa ke kamarnya.

Begitu kami memasuki kamar dan mencapai tempat tidur, Freed mendorongku ke ranjang dan mencuri ciuman dari bibirku seolah-olah dia sudah lelah menunggu.

“Em... Nng... Ah... Hei, tung... Aku bilang tunggu.”

"Tidak, sudah kubilang aku tidak mau menunggu. Selama sebulan ini, aku kelaparan, aku menginginkan Lidi. Biarkan aku mengisinya kembali energiku."

Tampaknya aku sudah tidak bisa melarikan diri lagi.

Dengan tidak sabar, dia mulai menciumku berulang kali. Tanpa sadar, tidak seperti sebelumnya, aku juga dipengaruhi oleh ketidakpuasannya.

Merasa sudah lama sekali, sebelum kusadari, aku menanggapinya dengan melingkarkan lenganku di lehernya.

Ha... Freed...”

Aku menarik pria yang menatapku dengan tatapan penuh gairah ke arah diriku sendiri.

Lalu, tiba-tiba aku tersadar.

“Aku lupa sesuatu yang penting!”

“Lidi?”

Aku mendorong dada Freed ke samping dan duduk.

Terkejut dengan suaraku yang keras, Freed melepaskanku.

“Lidi, ada apa?”

"Cedera!"

“Hah?”

Di ranjang, aku mendekati Freed, yang wajahnya mengatakan bahwa dia tidak mengerti maksudku.

“Ayah bilang kamu baik-baik saja, tapi Freed, apa  kamu terluka? Apa kamu baik-baik saja?”

Ya, ‘apa Freed benar-benar tidak terluka?’ selalu ada di pikiranku.

Aku berpikir untuk benar-benar memeriksanya secara pribadi setelah kami bertemu.

Daripada saling berpelukan, aku lebih memilih untuk memastikannya terlebih dahulu.

Di bawah tatapan tajamku yang tidak mengizinkan kepalsuan, Freed mengangkat kedua tangannya dan menyangkal.

“Aku tidak punya luka. Lagi pula, ekspedisi kali ini tidak terlalu parah.”

“Benarkah?”

“Ya, tidak ada satu goresan pun.”

"Begitu, syukurlah..."

Mendengar jawabannya, aku menepuk dadaku dengan lega.

Saat dia berkata bahwa tidak ada luka segores pun, aku merasa sangat lega, dan tersenyum.

Melihat itu, Freed dengan lembut memelukku.

“...Mungkinkah, Lidi mengkhawatirkanku?”

Aku mengerutkan alis karena kata-katanya yang tidak terduga.

Meski tidak sempurna, dia adalah tunanganku. Apa yang salah dengan khawatir...

“Bukankah sudah jelas?”

"Aku merasa senang dengan itu."

Setelah menerima balasan positif, Freed dengan senang hati menyipitkan matanya.

“Bisa mendapatkan rasa kekhawatiran dari Lidi, tampaknya kerja kerasku selama sebulan ini terbayarkan.”

“Kudengar, perang usai dengan cepat. Benarkah?”

Aku ingat bahwa ayah mengatakan kalau perang selesai dengan mudah, sambil membelai rambutku, Freed berbicara.

“Anehnya, begitulah adanya. Alasan kenapa itu membutuhkan waktu yang cukup lama adalah mengatasi masalah administrasi pascaperang. Itulah kenapa aku tidak bisa segera kembali ke sini... Lidi, aku merindukanmu. Selama sebulan ini, aku tidak bisa berhenti memikirkanmu.”

"...Ya."

Aku mengangguk membenturkan dahi kami.

Aku mencengkeram bajunya.

Aku berpikir untuk sedikit jujur.

“Aku juga... Ingin bertemu denganmu.”

“Lidi...!!”

Kemudian, dengan ekspresi tidak percaya, Freed memelukku dengan kuat.

Begitu kuat sehingga aku mengira bahwa aku akan hancur. Tapi, entah kenapa aku merasa terpesona oleh betapa nyamannya itu, dan dengan patuh aku balas memeluknya.

Mendapat tanggapan seperti itu, Freed menghela nafas panas.

“Ah... Itu terlihat seperti sebuah kebohongan. Kamu benar-benar tak tertahankan, Lidi. Aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Aku tidak akan pernah melepaskan.”

"Freed..."

Sekali lagi, dengan lembut aku didorong ke atas seprei. Saat mata Freed berbinar karena lapar, aku menelan ludah dengan satu tegukan.

―――Ah... Kami melakukannya.

Meski didorong, dengan tenang aku memikirkan waktu yang tersisa sampai pesta perayaan kemenangan.

Berpikir tentang persiapan pesta, seperti merias wajah, tidak ada waktu lagi.

Sementara aku tenggelam dalam pikiranku sendiri, tangan Freed dengan gelisah menyentuh dadaku.

Aku tidak sengaja terkikik melihat gerakannya yang lebih putus asa dari biasanya.

Aku tidak berpikir bahwa Freed akan puas dengan itu, tetapi meskipun demikian, jika dia menginginkannya, aku tidak masalah dengan itu, dan ketika aku memutuskan untuk dengan patuh menyerahkan diriku, tiba-tiba aku melihat ke langit-langit.

Plafon... Hm? Tunggu sebentar?

......!!

Tidak, tidak, itu sama sekali tidak bagus!!

Aku benar-benar terhanyut, tetapi ketika aku mengingat sesuatu, wajahku memucat. Dalam sekejap mata aku tersadar.

"Tu... Tunggu!!"

Aku menepis Freed dengan kekuatan yang lebih kuat dari sebelumnya. Melihat penampilanku yang mengancam, Freed mengerutkan kening. Kurasa, dia tidak akan menyangka bahwa kita akan berhenti di sini. Itu juga bukan yang kuinginkan juga... Tetapi...

Keringat dingin mengalir di tubuhku.

Mungkin... Saat ini... Cain sedang berada di atas langit-langit...!!

Menyadari hal itu, aku memaksakan diri untuk tidak melakukannya sekarang.

Aku tidak mau ditonton.

“Lidi?”

Saat Freed menatapku dengan curiga, dengan putus asa aku memikirkan alasan yang masuk akal untuk menghindari darinya saat ini.

Aku belum bisa mengatakan soal Cain kepada Freed sekarang. Di sisi lain, dalam situasi ini, situasi di mana kita mungkin terlihat. Apapun yang terjadi, aku tidak mau melakukannya.

Entah bagaimana, aku harus mencegah Freed yang ingin memelukku saat ini. Kurasa, aku tidak punya pilihan lain selain ini.

Pilihanku hanyalah rencana yang buruk ini.

Aku mengerti bahwa aku akan menyesalinya nanti. Dalam keadaan normal, aku tidak akan pernah memilihnya.

Tapi, mau bagaimana lagi. Itu adalah satu-satunya hal yang bisa kupikirkan dalam waktu yang sesingkat ini!

Setelah memutuskan, aku berpura-pura malu dan menatap Freed dengan mata menengadah.

"Freed. Hm... Sekarang, umum... Kita tidak punya banyak waktu, bukan?"

“Eh?”

Tidak mengerti dengan apa yang kumaksud, Freed tampak bingung.

Lanjutkan, hanya ini satu-satunya cara. Janganlah goyah! Diriku!!

Dengan putus asa, aku menyemangati diriku sendiri, aku kembali berkata.

“Karena ini adalah reuni yang sudah lama ditunggu-tunggu, aku berpikir untuk sering melakukannya dengan Freed hari ini... Jadi, aku tidak ingin mengkhawatirkan tentang waktu luang sampai pesta perayaan kemenangan.”

“Lidi?”

“Karena, itu sama sekali tidak akan memuaskan. Rasanya tidak lengkap... Atau Freed, apa kamu berbeda? Bisakah kamu puas dengan memelukku dalam waktu sesingkat itu?”

"...Tidak mungkin."

Saat aku mati-matian menahan rasa malu untuk mengatakan itu, Freed langsung membalasnya dengan kata-kata penyangkalan.

...Bagus.

Aku sangat khawatir, apa yang harus kulakukan kalau Freed mengatakan bahwa dia akan puas.

“Kurasa, aku tidak akan puas kecuali aku terus memelukmu selama tiga hari tiga malam.”

Jawabannya jauh melebihi ekspektasiku―――!!

"...Senangnya."

Hoi hoi hoi hoi... Apa orang ini serius!!?

Tiga hari tiga malam, dan dari tatapan matanya, dia tampak serius! Aku benar-benar tidak setuju dengan itu.

Meskipun aku berteriak dan menyangkalnya di dalam hati, aku kembali menjalankan misi dengan sungguh-sungguh.

Astaga... Aku harus melalui hal yang mengerikan berkat Cain.

Sebenarnya pria itu ada di mana saat ini...

“...Jadi, untuk saat ini, tahanlah. Sebaliknya, setelah pesta perayaan kemenangan berakhir... Kamu mengerti, kan? Aku akan menginap di sini untuk hari ini, jadi ayo kita lakukan banyak hal sampai Freed puas? ...Apa itu tidak bagus?”

“...Benarkah?”

Freed bertanya dengan wajah yang sedikit curiga, aku mengangguk dengan pipiku yang memerah. Tentu saja, aku tidak ingin berbohong. Aku tahu bahwa saat ini aku sudah menginjak ranjau darat, tetapi tanpa banyak bicara, mungkin saja, aku tidak akan bisa keluar dari situasi ini.

Yang penting adalah saat ini! Saat ini!!

Siapa yang mau melakukannya selagi ada kemungkinan di mana ada orang yang bisa melihat kegiatan kami!!

“Bi... Bisakah aku memulihkan Freed malam ini?”

Untuk memberikan pukulan terakhir, aku menatapnya lekat-lekat dan berkata seperti itu, seketika Freed menekan mulutnya dan berbalik.

Jauh di lubuk hatiku, aku bingung, mungkin saja aku sudah gagal, tetapi jika dilihat lebih dekat telinganya merah.

"Freed?"

“Astaga... Apa yang harus kulakukan... Dia terlalu imut... Maksudku, aku ingin mendorongnya sekarang juga. Aku juga ingin memasukinya... Ingin sekali aku mengabaikan pesta perayaan kemenangan dan memeluknya sepanjang malam.”

Sial! Ternyata itu justru berefek sebaliknya!?

Monolog yang dia gumamkan pada dirinya sendiri sangat menakutkan.

Tidak, si aktor utama dari pesta kemenangan ini, Freed, harus benar-benar hadir.

Atau lebih tepatnya, jika kita melakukannya, untuk alasan apa aku mengucapkan kalimat yang sangat memalukan itu. Aku tidak boleh membiarkan semua itu sia-sia.

“Sayang sekali, tapi tidak bisa. Freed, kenapa kita tidak bicara sedikit sampai pesta perayaan kemenangan dimulai? Aku ingin berbicara dengan Freed secara normal.”

Aku terus berusaha untuk membujuknya sambil terus berusaha mempertahankan ketenanganku, Freed berbalik dan menatapku, seolah mengatakan ‘mau bagaimana lagi’.

"...Aku mengerti. Kalau itu yang Lidi inginkan, untuk saat ini aku akan menahan diriku. Tapi, bersiaplah untuk malam ini. Aku benar-benar tidak akan membiarkanmu tidur, Lidi."

“I... Iya.”

Dengan gagap, aku menerima pernyataannya yang diucapkan dengan suara manis yang seakan mengandung kedengkian.

Hah... Sudah diputuskan bahwa aku akan bekerja semalaman.

Aku sadar bahwa aku tidak memiliki hak untuk membatalkan keputusan, tapi kupikir dia akan sedikit mengalah kepadaku.

Entah bagaimana aku berhasil menghindari krisis yang langsung terjadi, tapi aku benar-benar harus menghubungi Cain dan berbicara dengannya. Terutama, tentang di mana Cain berada.

Itu prioritas utama.

"Aku benar-benar tidak ingin mengirimmu pulang... Untuk saat ini, kamu akan menginap di sini, kan?"

"Iya."

Saat aku mengangguk, Freed mendekatkan wajahnya.

“Maka itu adalah janji...”

Setelah mengatakannya, Freed dengan ringan menciumku. Aku menjawabnya, untuk menyampaikan bahwa aku mengakui pemikirannya. Segera, ciuman itu berubah menjadi ciuman yang dalam, cup cup, bagaikan suara air yang bergema.

“Emm... Ahh......”

“...Haha. Itu sama sekali tidak cukup, tapi sku akan berhenti di situ. Kalau tidak, aku tidak akan bisa menahan diriku.”

Setelah memanjakan dirinya sendiri, yang menurutku cukup sempurna, Freed perlahan-lahan melepaskanku dengan sedikit rasa menyesal.

Suaranya membuatku hampir saja tidak bisa menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya. Meskipun aku bisa saja hancur jika terkena pengaruhnya, entah bagaimana aku berhasil bertahan.

Aku menarik nafas. Sepertinya aku berhasil menghindari masalah untuk saat ini.

Dan setelah menenangkan diri, akhirnya aku memperhatikan penampilannya.

Secara spontan mataku membelalak.

Ah... Apa...

Festival Seragam Militer... Lagi... Benarkah?

Dalam sekejap otakku memanas.

Spontan aku meletakkan tangan di mulutku.

Aku belum menyadarinya sampai sekarang, tapi saat ini Freed versi yang sedikit lebih sederhana dari seragam militer formal sebelumnya.

Warnanya sama seperti sebelumnya. Hanya saja, ornamen di atasnya, sebagian besar telah dihilangkan, yang tersisa adalah sesuatu yang bisa menunjukkan statusnya seperti aiguillette. Tidak ada mantel. Rasanya bukan untuk pamer, melainkan benar-benar untuk berperang.

Ini adalah desain yang lebih praktis yang memudahkan tubuh untuk bergerak.

Sungguh luar biasa... Bagaimana itu bisa cocok untuknya?

Apalagi dengan rambut disisir ke belakang, fitur tampannya semakin ditonjolkan. Beberapa jambul longgar membingkai wajahnya, menciptakan daya tarik se*s yang tak terlukiskan.

Saat aku menatap Freed tanpa berkedip, tanpa membuat satu gerakan pun, aku memahami bahwa diriku terpesona, dia pun tersenyum kecut.

“Seterlambat itu?”

“...!! Karena... Aku belum menyadarinya sampai sekarang.”

Aku disibukkan oleh kembalinya Freed, jadi aku benar-benar tidak melihat pakaiannya.

Bagaimana mungkin, aku, dari semua orang, aku gagal menyadarinya. Bagaimana bisa aku mengabaikan seragam militer Freed.

Freed sedikit tersenyum padaku yang merasa kesal dari lubuk hatiku.

"Apa?"

“Tidak apa-apa, kupikir Lidi pasti akan senang. Kupikir itu lucu melihat reaksimu.”

“Hah...”

Aku tidak bisa mengatakan apapun kepadanya yang bersemangat.

Bagaimanapun, itu sudah terungkap. Tidak ada gunanya menjaga sikap dan penampilanku lagi.

...Aahhh... Ini benar-benar keren.

“...Hei, haruskah kita melanjutkannya?”

“Eh?”

Merasa lucu dengan reaksiku, Freed mengubah nada bicaranya, dan dengan suara yang mengalir dengan sensu*litas mengajukan pertanyaan. Jari-jarinya perlahan membelai rahangku. Saat mereka menyentuh pipiku, senyum memikat muncul di wajahnya.

Ditarik oleh senyuman ini, aku merasa ingin mengangguk.

Atau lebih tepatnya, dalam pikiranku, aku mengangguk dengan kekuatan penuh.

Aku tidak bisa. Aku harus menghentikan festival ini. Sekarang benar-benar tidak bagus.

“Ba... Baiknya kita berhenti saja.”

...Hampir saja aku mengatakan BAIK.

Entah bagaimana, aku berhasil mendapatkan kembali ketenanganku dan menolaknya, Freed tertawa, tampaknya dia merasa bahwa ini lucu, tapi juga dia terlihat agak menyesal.

“Lidi, kamu mudah dimengerti. Sebenarnya, kamu sedikit ragu, kan? Ayo, kemarilah.”

Dibawa ke dalam pelukan Freed, aku duduk bersandar di atas lututnya.

Tidak mengerti kenapa aku bisa berada di posisi ini, aku menatap Freed.

Lalu dia mencium keningku.

“Karena kamu membuatku menunggu sampai malam, setidaknya tetaplah di sini. Aku ingin merasakan kehangatan Lidi.”

"Baik..."

Tidak ada alasan untuk menolaknya.

Sementara itu, aku terpaksa menghentikan Festival Seragam Militer di otakku.

Kemudian, saat aku, dengan patuh duduk di antara kedua kakinya, aku berpegangan pada tubuhnya untuk keseimbangan.

Mengambil kesempatan itu, aku menempelkan pipiku ke dadanya.

Itu adalah tindakan yang sepenuhnya tidak disadari.

Tubuh Freed bergetar karena terkejut.

"...Lidi, aku mohon, jangan menggodaku."

"Hah?"

Karena aku tidak bermaksud melakukan sesuatu, aku memiringkan kepala.

Sambil menghela nafas, Freed menatapku dengan wajah yang tampak dalam masalah.

“Melakukannya secara tidak sadar, sungguh sifat yang berdosa. Ya ampun...”

Menyesuaikan kembali pelukannya, Freed menatap ke langit-langit dan menekan dahinya.

Setelah menghela nafas panjang, dia kembali menatapku.

“...Aku benar-benar ingin memelukmu di sini, tapi aku sudah berjanji untuk menahan diri sampai pesta kemenangan selesai. Kamu bilang, kamu ingin bicara, kan? Apa ada sesuatu yang ingin Lidi dengar?”

Saat Freed mengatakannya sambil memelukku, aku menjadi merenung, memikirkannya.

Jawabannya langsung datang. Sambil mengangguk, aku mengatakannya kepada Freed.

“Untuk saat ini, aku ingin mendengar tentang bulan lalu. Katakan apa saja yang kamu bisa katakan, biarkan aku mendengar apa yang telah kamu lakukan, Freed.”


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?