Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Info:

Tsukimi (月見) atau Otsukimi (お月見) secara harfiah berarti ‘melihat bulan’ (tsuki=bulan, mi=melihat). Tsukimi adalah festival menikmati pemandangan bulan. Festival ini merupakan akulturasi dari budaya Tiongkok pada masa Heian, pada masa itu orang-orang Jepang akan berkumpul di bawah sinar rembulan sembari membacakan puisi.


Chapter 73 – Dia dan Tsukimi 


[POV Lidi]

Siang hari, saat aku dengan santainya berjalan-jalan di taman, aku menemukan alang-alang yang tumbuh.

Alang-alang akan layu di musim dingin. Jadi biasanya alang-alang tidak tumbuh di saat-saat seperti ini, karena itu aku berjongkok, melihatnya.

Tanpa sadar aku melihat alang-alang itu bergoyang.

Aku mengangkat pandanganku ke langit, melihat bulan. Hari ini adalah bulan purnama.

Setelah sekian lama, untuk pertama kalinya aku merasa gatal untuk melakukan sesuatu, sesuatu dari kenanganku di kehidupan sebelumnya yang ada di dalam diriku.

Inilah yang disebut dorongan untuk melakukan hal kreatif.

Aku mengambil alang-alang itu dan tersenyum lebar.

“Aku memikirkan suatu hal yang bagus.”

Aku berdiri dan berbalik dengan membawa alang-alang di satu tanganku.

Saat ini sedang musim dingin. Waktu yang disebut 'meigetsu' di Jepang telah lama berlalu, tapi aku tidak keberatan.

T/N: Meigetsu artinya bulan panen. Jadi pas Tsukimi, orang-orang bakal bikin suguhan(?) gtu, biasanya suguhan itu terdiri dari hasil panen sebelum Tsukimi terjadi. Klo hasil panennya kentang, maka disebut imomeigetsu (bulan panen kentang), klo kacang disebut mamemeigetsu (bulan panen kacang), dsb. Jdi, panen menjadi pengingat klo sbntr lg bakal Tsukimi dan orang-orang akan ngejadiin hasil panen itu sbg suguhan pas Tsukimi *cmiiw.

Lagi pula tidak ada yang tahu tentang itu. Tidak akan ada yang mempermasalahkannya.

Aku menuju dapur.

"Itu benar, ayo adakan Tsukimi!"

Itu artinya, aku akan membuat tsukimi dango.

***

"Master, apa yang Anda buat?"

Kepala Koki, Thomas dengan riang menyambutku yang tiba-tiba saja datang ke dapur. Dan sekarang dia melihat tanganku dengan penuh minat.

Sedangkan aku, sambil bersenandung dalam suasana hati yang bagus, aku mengaduk tepung beras dan membentuk dango kecil.

Membuat 13 buah itu bagus, tapi sekarang tanggal 15, jadi kurasa aku akan membuat 15 buah.

Aku berpikir untuk berhenti di angka 15, tapi tatapan penuh gairah dari sekelilingku menjadikan aku untuk membuatnya sedikit lebih banyak lagi.

Satu per satu, aku menjatuhkan dango yang sudah jadi ke dalam air mendidih.

“Ini adalah tsukimi dango.”

Aku melihat ke dalam panci ketika aku menjawab pertanyaan Thomas.

Dengan perhatianku terfokus pada panci, itu menjadi jawaban yang singkat.

Setelah beberapa saat, dango naik ke permukaan dan dengan terampil aku mengambilnya.

“Tsukimi dango… Kan? Apa sebenarnya mereka ini?”

Thomas tidak bisa membayangkan seperti apa mereka. Aku memikirkan apa yang harus kukatakan pada Thomas yang memiringkan kepalanya. Tentu saja, tanpa menghentikan tanganku.

“Hmm, kurasa bisa dibilang kalau mereka adalah sajian untuk ‘melihat bulan’. Ah, ngomong-ngomong, ‘melihat bulan’ artinya menikmati pemandangan bulan purnama.”

Saat aku menjelaskannya, tidak hanya Thomas saja tapi semua koki di sini menunjukkan ekspresi yang rumit.

“Melihat… Bulan? Tapi, bulan yang mana?”

"…Ah."

Semua orang pasti memikirkan hal yang sama. Sekarang mereka sedang menunggu jawabanku.

Merasakan tatapan mereka, aku tersenyum pahit, dan sekarang ini aku sedang mengambil dango terakhir.

Aku mengerti apa yang ingin mereka katakan.

Pertama-tama, tidak ada acara seperti Tsukimi di dunia ini.

Tidak ada yang secara tegas menghabiskan waktunya untuk mengagumi bulan.

Bulan hanya untuk memberi tahu hari dalam seminggu.

Bagaimana bisa hal itu dilakukan? Sebenarnya, di dunia ini ada enam bulan.

Satu matahari dan enam bulan.

Di dunia ini, seminggu memiliki tujuh hari, sama seperti di kehidupanku sebelumnya.

Namun bedanya, bulan akan berganti setiap hari dalam seminggu.

Hari Senin adalah bulan berwarna perak. Selasa bulan berwarna merah. Warna biru pada hari Rabu. Warna hijau pada hari Kamis. Warna emas pada hari Jumat. Warna cokelat pada hari Sabtu.

Seperti itulah, warna bulan berbeda pada setiap hari dalam seminggu.

Setiap bulan (bulan dalam tahun), ukuran mereka (bulan di langit) akan berubah, membesar dan mengecil tapi urutannya (warnanya) tidak pernah berubah, karena itu banyak orang yang melihat ke langit untuk memeriksa hari.

Bulan-bulan ini bersinar dengan terang bahkan di siang hari.

Ngomong-ngomong, mungkin berlebihan, tapi tidak ada bulan yang muncul pada hari Minggu.

Pada hari Minggu, hari tanpa bulan, hari Sabat (istirahat) ditetapkan. Pada hari itu, semua pertempuran dilarang. Bukan berarti pekerjaan dilarang.

Itu adalah hari ketika semua pertempuran atau konflik dilarang.

Aku tidak bisa membicarakannya secara rinci, tapi ini adalah kisah religius, bahkan jika ada yang berperang pada hari Minggu, maka mereka harus melakukan gencatan senjata.

Jika hal itu dilanggar, maka negara tersebut akan menerima kecaman dari negara lainnya, mereka bahkan akan mengucilkan negara itu. Tentunya hal itu akan menjadi masalah bagi negara tersebut.

Ceritanya jadi agak melenceng, tapi singkatnya, karena itulah hal yang umum di dunia ini, maka semua koki di sini pun jadi penasaran (pada Tsukimi).

Mereka ingin bertanya apa yang kumaksud dengan menikmati pemandangan bulan, yang digunakan untuk memberi tahu hari dalam seminggu.

Aku tersenyum, merasa itu bisa dimengerti, dan terus berbicara.

“Coba kita lihat, kupikir itu bisa menjadi bulan apa saja, tapi itu harus bulan purnama… Ah, tapi mungkin tepat hari ini…”

"Master?"

Aku mengangkat kepalaku dan melihat keluar dari jendela dapur. Hari ini hari Senin.

Artinya, bulan yang bersinar hari ini adalah bulan perak.

Bulan yang warnanya paling mirip dengan bulan di kehidupanku yang sebelumnya… Bulan-nya Bumi, ada di langit.

“Aku tahu kalau aku mengatakan hal-hal aneh, jadi jangan terlalu khawatir. Waktunya juga aneh. Itu hanya karena ada alang-alang. Itu saja, itu… Baiklah, aku sudah selesai. Kalau semua orang menyukainya, kalian bisa makan dango yang tersisa.”

Aku harap di sini ada ‘sanpou’, tapi tentu saja hal seperti itu tidak ada di sini.

Karena benda itu tidak ada jadi mau bagaimana lagi, aku menumpuk dango menjadi bentuk piramida, pertama sembilan buah, lalu di atasnya ada empat buah, lalu dua buah.

T/N: Sanpou adalah wadah yang dipake utk naruh tsukimi dango pas Tsukimi. Dan sekilas info, maksud dari perkataan Lidi yang “…Itu karena ada alang-alang…” adalah, Lidi keinget sm Tsukimi pas dia ngeliat alang-alang. Itu karena biasanya pas Tsukimi, orang-orang kyk bikin suguhan(?) gtu. Nah, di suguhan itu ada rumput susuki yang mirip-mirip kyk alang-alang *cmiiw. Berikut gambar dari rumput susuki dan sanpou berserta tsukimi dango-nya.

“Selesai. Sekarang, silakan nikmati. Dan aku akan pergi.”

"Terima kasih, Master!"

Meskipun mereka tidak mengerti arti dari ‘melihat bulan’, tapi tampaknya mereka benar-benar tertarik pada manisan yang tidak diketahui ini.

Begitu aku selesai menumpuk tsukimi dango dengan rapi dan menunjukkannya kepada mereka, "Ooohhhh…" Suara itu bergema dan aku bisa melihat mereka mengamati dango dari atas dan bawah.

“Akan merepotkan kalau Ayah mengetahuinya, jadi kalian semua harus memakannya. Adapun tentang membuatnya lagi… Kalau kalian menginginkannya, tidak perlu ragu. Manisan ini adalah tsukimi dango, jadi tidak akan ada permintaan.”

Jika kalian tidak ingin ‘melihat bulan’, kalian tidak memerlukan tsukimi dango.

T/N: Maksudnya, karena tsukimi dango cmn dibuat pas Tsukimi jd ga akan ada orang yg minta utk ngebuat tsukimi dango karena Tsukimi atau festival yg mirip kyk Tsukimi ga da di dunia ini.

Aku membuat pernyataan itu karena berpikir seperti itu, tapi para koki mengamati tsukimi dango dengan penuh minat.

Aku mengambil kesempatan ini dan mengambil bagianku sendiri, lalu meninggalkan dapur.

***

"Dan, kamu akan pergi ke tempat nenek, Putri?"

Aku bilang, “Aku akan keluar.” Dan berangkat.

Akhirnya pengurunganku di rumah dicabut, kalau aku keluar dengan frekuensi yang sama seperti sebelumnya, maka aku tidak akan dimarahi. Aku ingin berpikir, mereka membiarkan aku karena aku mendapatkan kembali kepercayaan mereka, tapi sayangnya, itu bukan seperti itu.

Kakak dan Ayah mengetahui cerita tentang aku yang berhasil lolos dari jaring keamanan yang Freed tempatkan, jadi mereka menyimpulkan kalau tidak ada gunanya lagi menjadikan aku sebagai tahanan rumah.

Saat Ayah memberi tahu aku tentang pencabutan tahanan rumah, di wajahnya tertulis bahwa, ‘Itu lebih baik daripada kamu melarikan diri sesuka hatimu.’

"Hei, kenapa kamu tidak menunjukkan dirimu?"

Aku tidak bisa melihat Cain yang berbicara kepadaku dengan berbisik.

Aku merasa aneh karena aku mendengar suaranya tapi tidak bisa melihatnya, aku melihat sekeliling dengan gelisah.

“Jangan terlalu banyak melihat sekeliling. Itu mencurigakan. Itu karena Putri memiliki pengawal saat keluar. Sebelumnya satu orang, tapi hari ini dua. Mereka sangat berhati-hati.”

“Eh, begitu?”

“Itu wajar untuk seorang Ratu masa depan. Yah, meski aku sendiri saja sudah cukup.”

Sepertinya tanpa sepengetahuanku jumlah pengawal bertambah. Meski terkejut tentang hal yang belum pernah aku dengar sebelumnya, aku yakin bahwa memang begitu adanya.

“Hmph. Ngomong-ngomong, di mana mereka berdua?”

Aku benar-benar tidak mengetahui keberadaan mereka.

Melihat sekeliling, aku hanya bisa melihat diriku berjalan sendirian.

“Hm, mereka berada di kejauhan di mana mereka hampir tidak bisa melihatmu, Putri. Mungkin mereka telah diberitahu untuk tidak terlalu mencolok. Kalau terjadi sesuatu, mereka berada pada jarak di mana mereka hanya bisa berlari.”

“Hee. Ah, apa tidak akan ketahuan kalau aku berbicara dengan Cain seperti ini? Tidak masalah?”

“Aku tidak menunjukkan diriku. Jadi mereka tidak akan menyadarinya. Ya, jika ini tentang mengatasi mereka, jangan khawatir, mereka akan pergi begitu Putri tiba di rumah nenek. Aku akan tetap berada di dekatmu, Putri.”

"Baiklah."

Aku menerima kata-kata Cain dengan anggukan.

Karena Cain melakukan percakapan denganku, maka dia pasti ada di dekatku. Tapi aku tidak tahu dia ada di mana.

Hanya mendengar suaranya tanpa melihatnya itu terasa aneh. Tapi kurasa itu juga salah satu tekniknya. Itu hebat sekali. Seperti yang diharapkan dari ninja-ku.

“Ah, tapi, itu juga berlaku untuk orang-orang dari Badan Intelijen.”

“Hm? Apa?”

Sepertinya Cain mendengar kata-kata yang aku ucapkan pada diriku sendiri.

Dengan patuh, aku mengatakan apa yang kupikirkan.

“Aku berpikir kalau itu luar biasa. Aku tidak tahu di mana Cain atau pun orang-orang dari Badan Intelijen itu berada.”

“Hah? Itu wajar. Siapa yang akan melakukan kesalahan dan berhasil ketahuan oleh para amatir.”

"…Aku mengerti."

Aku bermaksud memujinya, tapi dia membalas dengan jawaban yang blak-blakan.

***

“Halo! Delris! Ini tiba-tiba, tapi ayo kita melihat bulan!!”

Aku membuka pintu dan turun ke bawah.

Aku meletakkan kotak yang aku bawa di atas meja kayu sederhana dan membukanya, dengan penuh semangat menyajikan tsukimi dango.

Selain itu, aku menempatkan alang-alang di sampingnya.

Delris berbicara dengan ekspresi penasaran.

“Melihat bulan? Apa itu? Ini pertama kalinya aku mendengarnya.”

Seperti yang pernah Delris katakan, ‘Terkadang aku tidak bisa mengerti dirimu.’ Setelah berkata seperti itu, Delris akan memiringkan kepalanya, aku pun tertawa, ‘Ahaha…’ untuk menutupinya.

Cain, yang telah menunjukkan dirinya sejak kami memasuki jalan, berkata sambil menunjuk dango.

“Aku bisa mengerti kalau itu adalah acara di mana seseorang menikmati pemandangan bulan. Tapi aku tidak mengerti maksudnya. Apa yang menyenangkan dari melihat bulan?”

Cain yang tampaknya telah mendengar pembicaraanku dengan para koki, berkata seperti itu dengan kagum, tapi bagiku tidak ada tujuan khusus dalam melihat bulan.

Itu hanya alasan untuk menikmati me time.

Orang Jepang memiliki pepatah yang sangat bagus untuk itu, 'hana-yori-dango'.

T/N: Hana-yori-dango artinya meski sesuatu yang mencolok/cantik itu bagus tapi klo itu ga sesuai sm tujuan, maka itu ttp ga guna. Dalam konteks ini, bkn berarti Lidi pgn ngerayain Tsukimi, dia cmn mau nyantai sambil makan tsukimi dango aja. LOL

Tsukimi dango adalah yang paling penting. Begitulah.

“Yang paling penting adalah suasananya. Memakan dango yang enak sambil menikmati suasana itu. Malah aku heran kenapa kamu tidak mengerti?”

“Tetap tidak mengerti. Sepertinya ini hanya tentang makan. Tidak akan masalah hanya dengan memakannya saja?”

“Cain, itu terlalu membumi.”

Melihat bahwa Cain tidak bisa mengerti, kupikir mungkin, ini adalah perasaan yang aneh bagi mantan orang Jepang.

Dalam kehidupanku yang sebelumnya, membuat alasan untuk menikmati sebuah acara yang tidak berhubungan adalah hal yang umum.

T/N: Maksud Lidi, Cain itu terlalu membumi = merendah. Dalam konteks ini, maksudnya Cain terlalu mikirin hal-hal dasar, pdhl mah ga perlu mikirin apa alasannya tinggal makan dan nyantai aja…

Tentu saja ini adalah acara tradisional Jepang, tapi acara yang tidak aku percayai, seperti Natal atau Paskah, aku juga menikmatinya. Hallowen juga tidak masalah. Atau baru-baru ini, aku pergi ke Malam Walpurgis (Pesta Malam Penyihir).

Bagaimanapun, aku sangat menyukai acara.

Baiklah, biarkan saja.

Aku membuatnya secara khusus. Untuk sekarang, ayo kita adakan Tsukimi.

Saat aku bersikeras menjelaskan tentang apa itu Tsukimi kepada Cain, seperti biasanya Delris mengeluarkan teh yang tidak enak.

“Aku sudah hidup lama, tapi aku tidak tahu ada acara seperti ‘melihat bulan’. Ini…”

“Terima kasih. Ayo minum! …Uwaaaa.”

Ini sudah menjadi keharusan saat datang berkunjung ke sini.

Aku meneguk teh dalam satu tegukan, dan terbatuk keras.

Ini tidak enak seperti biasanya. Atau lebih tepatnya, aku tidak begitu mengerti rasa macam apa ini.

“Ugh… Hari ini juga kamu dalam kondisi yang sempurna, Delris. Ngomong-ngomong, apa efek dari teh hari ini?”

"Hmm. Ini memiliki efek stabilisasi mental yang ringan. Tapi sepertinya itu tidak begitu efektif untukmu."

“Hm?”

Aku merasa seperti dia memberi tahu aku sesuatu yang tidak bisa diabaikan.

Cain yang berada di sebelahku berkata,

“…Nenek, jadi maksudmu, Putri terlalu bersemangat karena itu obatnya tidak begitu efektif?”

"Apa??"

“Yah, tenanglah sedikit.”

T/N: Maksudnya, Lidi terlalu bersemangat pas ngejelasin ttg Tsukimi tdi. Delris mau ngebuat Lidi tenang, jd dia ngasih minuman itu tp dasarnya Lidi emang terlalu bersemangat orangnya.

Dengan tersenyum lebar, Delris menunjukkan sebuah kursi, dan aku duduk dengan patuh.

Aku merasa sedikit malu karena kegembiraan yang aku ditunjukkan.

“Ma… Maafkan aku. Sudah lama sejak aku membuat produk baru, jadi aku terlalu bersemangat.”

Saat aku meringkuk dengan perasaan sedih, Cain duduk di sebelahku dan terus berbicara.

“Tapi, apa yang bisa dilihat selain warna merah, hijau, dan lain-lain? Perasaan seperti itu. Aku tidak bisa membayangkan diriku memiliki perasaan seperti itu.”

“…Kurasa. Aku juga tidak akan berpikir untuk ‘melihat bulan’ kalau warnanya merah. Tapi, bukankah hari ini warna perak?”

“Karena ini hari Senin.”

Cain mengangguk, itu sudah jelas.

Meskipun aku menyebutnya perak, itu adalah perak yang mendekati putih. Bulan hari ini benar-benar mirip dengan bulan yang aku lihat di Jepang.

Itu sebabnya, aku ingin mencoba melakukan Tsukimi.

“…Bukankah itu tidak masalah (melihat bulan merah). Ayo kita mencoba. Lalu? Apa yang kita lakukan untuk melihat bulan ini? Haruskah kita pergi ke luar?”

Saat aku diliputi nostalgia, tiba-tiba Delris bergabung.

“Hm. Kita tidak perlu keluar, tapi kita harus menaruh tsukimi dango di tempat di mana bulan terlihat dan menghiasnya dengan alang-alang… Umumnya begitu… Akan sedikit sulit melakukannya di sini.”

“Karena tempat ini ditutupi oleh segel.”

Melihat Delris mengangguk, aku mengalihkan pandanganku ke luar jendela.

Pemandangan di luar jendela berbeda karena segel yang kuat. Hanya terlihat permukaan abu-abu yang terbentang.

“Sejujurnya, aku tidak memikirkan pemandangan di luar jendela.”

Ide dasarnya adalah melihat bulan secara serampangan.

Sejujurnya, aku hanya berpikir untuk bersenang-senang bersama dengan Delris dan Cain, aku tidak mempertimbangkan detailnya.

Jika tidak mungkin, maka itu tidak masalah. Cukup menghiasnya dengan alang-alang dan menikmati dango bersama semua orang.

Aku baru akan berbicara setelah memikirkan hal itu, tapi tiba-tiba Delris berdiri.

"…Tunggu sebentar."

“Delris?”

Saat aku memiringkan kepalaku, dia membawa ember besar dari sudut ruangan. Diletakkan di atas meja. Diisi dengan air.

Cain juga mengamati tindakan Delris dengan rasa ingin tahu, bertanya-tanya apa yang Delris lakukan.

“…”

Sambil memposisikan tangannya di atas air, Delris melantunkan sesuatu.

Setelah beberapa saat, formasi sihir muncul di permukaan air. Beberapa detik kemudian menghilang, dan permukaan airnya bersinar, menjadi seperti cermin, dan kemudian muncul bulan perak.

“Wow… Ini… Bulan.”

Terkejut, aku menatapnya dengan seksama, lalu Delris berkata, “Kurasa, seperti ini…” kemudian dia duduk di kursi.

"Nenek, seni magis ini?"

Delris memberikan penjelasan singkat kepada Cain, yang juga memperhatikan hal itu.

“Ini adalah aplikasi dari sihir penglihatan jarak jauh. Aku hanya memindahkan apa yang bisa dilihat 'Mata' ke sini. Yah, itu berbeda dari melihatnya secara langsung, tapi seharusnya tidak menjadi masalah, kan?”

"Ah…"

Aku tidak bisa menahan ekspresi itu.

Menatap bentuk bulan di permukaan air, aku teringat sebuah ungkapan.

––––Bulan tercermin di air.

Sejak dulu, ada kebiasaan di Jepang untuk bersantai dengan melihat bulan yang terpantul di permukaan kolam atau cangkir sake.

Tanpa diduga, aku mengalami tradisi zaman kuno, aku pun refleks menutup wajahku dengan kedua tangan dan menundukkan kepala.

Aku tidak begitu mengerti, tapi aku merasakan sesuatu di dalam dadaku membuncah, seolah ingin menangis, jadi aku menutup mataku rapat-rapat.

Dengan suara yang gemetar, entah bagaimana aku berhasil berterima kasih pada Delris.

“…Tidak. Ini cukup, terlebih lagi, Delris…”

“Terima kasih.” Saat aku mengatakan itu, dia mengangguk “Ya.”

“…Aku mengerti, syukurlah kalau begitu.”

Menikmati keanggunan yang ada dalam budaya Jepang. Kelenjar air mataku mengendur pada nostalgia yang tak terduga.

Ini buruk, penglihatanku kabur, dan dengan panik aku menahan untuk tidak membiarkan air mata mengalir.

"Putri?"

“Diamlah.”

Cain memanggilku yang terus melihat bulan di permukaan air tanpa bergerak, tapi Delris dengan tenang menegurnya.

Kurasa Delris mengerti sikap anehku, jadi dia tidak bertanya apa-apa.

Aku bersyukur untuk itu.

…Aku bukannya tidak menyukai dunia ini.

Aku tidak ingat penyebab kematianku, tapi hidupku di Jepang telah berakhir.

Memahami hal itu, aku memutuskan untuk menjalani hidup ini sebaik mungkin.

Dunia tempatku tinggal ada di sini.

Itu sebabnya, sekarang aku tidak ingin kembali ke negara itu.

Tapi, aku merasa nostalgia.

Nostalgia yang tak terlukiskan meremas dadaku.

Jepang yang tidak akan pernah aku lihat lagi.

Meski begitu, aku bisa mengalami jejaknya seperti ini.

Aku menghapus air mata, dan tersenyum pada mereka berdua.

“Maafkan aku. Aku sedikit terharu. Sekarang aku baik-baik saja.”

"Putri, kamu terlihat aneh, apa kamu baik-baik saja sekarang?"

“Emm… Itu benar-benar bukan apa-apa.”

Aku menjawab pertanyaan Cain yang melihatku dengan cemas, dan menunjuk dango.

“Sekarang, mari kita hias meja dengan alang-alang dan makan tsukimi dango? Aku cukup percaya diri pada rasa mereka.”

“Manisan yang kamu buat itu enak. Aku menantikan mereka.”

Aku sengaja mengatakan hal itu untuk mengalihkan topik, tampaknya Delris bisa mengerti dan dia pun bergabung bersamaku untuk mengalihkan topik.

Perhatian darinya membuatku sangat bahagia sehingga aku tenggelam dalam pikiranku sendiri.

Suatu hari nanti, aku ingin berbicara dengannya tentang kehidupanku yang sebelumnya. Itulah yang kurasakan.

“Ya tentu saja. Silakan makan yang banyak.”

Aku memastikan bahwa mereka berdua mengambil tsukimi dango, aku juga ikut memakan milikku.

Sampai sekarang, aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan merasa nostalgia saat makan manisan Jepang, mungkin ini terjadi karena pengaruh dari melihat bulan yang terpantul di air.

Aku pikir ini hanya sementara, tapi mungkin aku menjadi sedikit gugup.

“Ini enak… Sebaliknya, kupikir melihat bulan seperti ini mungkin tidak terlalu buruk.”

"Benar, kan?"

Apa yang dikatakan Cain membuatku tersenyum bahagia, tapi aku tidak bisa mengatakan apa pun untuk kata-katanya selanjutnya.

“Tapi, bagaimanapun juga ini bukanlah bulan merah.”

“…”

…Ah, ya. Yang pasti bukan bulan merah.

Saat membayangkannya, sebaliknya aku merasa tidak enak.

Aku juga jadi kehilangan nafsu makan.

Tsukimi itu bagus karena warna bulannya.

“Hm, aku ingin teh. Kurasa aku akan menggunakan tehku yang berharga.”

““…!””

Delris yang puas dengan rasa dango, mencoba berdiri. Tapi aku mati-matian menghentikannya. Cain juga ikut berusaha menghentikannya.

Aku tidak punya apa-apa selain firasat buruk tentang tehnya yang berharga.

“Tunggu… Tunggu sebentar! Delris!! Teh itu tidak enak, kan?? Air! Air saja!”

“A… Aku juga ingin air! Air saja!”

Pada saat yang sama, Cain memucat dan kulitnya berubah menjadi buruk.

Mungkin wajahku saat ini terlihat mirip dengannya.

Tsukimi dango dengan teh Delris?

Kombinasi macam apa itu.

Aku tidak ingin membayangkan seperti apa rasa dari perpaduannya.

Dango yang berharga akan menjadi sia-sia.

Kupikir begitu, tapi tampaknya pendapat Delris berbeda.

“Benarkah? Sayang sekali. Aku pikir setelah kamu terbiasa meminumnya, itu akan menjadi sebuah kebiasaan yang tak bisa ditahan.”

“…Itu bohong, kan?”

Cain menegang karena syok. Mataku juga terbuka lebar karena terkejut.

Seperti yang diharapkan dari Penyihir Obat.

Aku agak khawatir dengan kata-kata, ‘terbiasa meminumnya’, tapi ketika kamu mencapai level itu (terbiasa minum), sepertinya itu akan menjadi sebuah teh biasa. Sungguh cerita yang mengerikan.

Dengan tegas, aku menolak untuk memakan dango bersama dengan aojiru.

T/N: Ga da penjelasan apa itu aojiru. Mungkin nama minumannya kali…

Dengan kata lain, itulah maksud perkataannya.

“…Maaf, aku tidak ingin meminumnya terlalu banyak sampai menjadi terbiasa.”

Saat aku mengatakan itu dengan wajah datar, Cain yang ada di sebelahku mengangguk berkali-kali, “Aku juga, aku juga.”

Delris yang melihat kami panik seperti itu, tertawa bahagia dari lubuk hatinya.

Aku senang dia tertawa.

Tetapi––––

…Ayo kita kembangkan teh hijau secepatnya.

Saat mengonfirmasi ulang metode pembuatannya di kepalaku, aku benar-benar berpikir begitu.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?