Side Story 11 


Penerjemah: reireiss 

Source ENG: Novel Updates 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~


***

TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!

HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.

JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.

JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!

***

8 Tahun Kemudian

Sepasang mata berkedip-kedip menatap ke bawah, ke arah para Menteri Sastra dan Musik. Ketika mereka semua maju dan berbicara, mereka membungkuk dan tidak pernah menatapnya, jadi Seolhee dengan sengaja menutup matanya dan memberi mereka sebuah ekspresi yang aneh. Tapi mereka tidak tertawa karena tidak ada yang melihat.

"Apa kamu masih melakukan hal-hal lucu seperti itu?"

Anak yang duduk di pangkuan Yoon membeku. Anak itu menatap Yoon dengan mata biru yang berkilauan, menyerupai mata Eunseol.

"Habisnya ini membosankan." kata Seolhee dengan cemberut, tapi begitu dia mengeluarkan suara, orang-orang yang ada di bawah berhenti berbicara.

Seolhee terkejut dan menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

Tatapan Yoon tertuju pada Seolhee sepanjang waktu. Seolhee mengedipkan matanya yang bulat seperti kelinci dan menatap Yoon dengan ketakutan. Ibunya sudah menyuruhnya untuk tetap diam, bersikap seakan-akan dia tidak ada di tempat ini, dan tidak pernah membuat masalah.

"Lanjutkan."

"Yang Mulia, kita tidak bisa menundanya lebih lama lagi. Keberadaan Putra Mahkota sangat dibutuhkan untuk memperkuat dan mengkonsolidasikan negara."

Yoon yang sedang duduk di singgasananya masih terus menatap Seolhee.

Seolhee menatap Ayahnya, Haewoon. Tidak ada satu pun yang mengangkat kepala mereka karena hari ini, tiba-tiba saja Haewoon datang ke Aula Istana. Seolah ingin memeriksa Putrinya, Haewoon yang berdiri di bawah sana mengangkat pandangannya ke atas. Seolhee tersenyum lebar pada Ayahnya.

"Seolhee-ku hanya melihat Jenderal Haewoon, padahal dia biasa saja."

"Yang Mulia, pemilihan Putra Mahkota harus dilaksanakan."

Semua orang berpura-pura tidak mengenal Seolhee, berpura-pura tidak melihatnya.

Sang Kaisar memegang tangan anak itu meskipun para bawahannya selalu mengeluh bahwa hal itu bertentangan dengan etiket. Bukan hanya itu, anak itu juga datang ke sisi Kaisar dan duduk di pangkuannya tapi semua keluhan itu tidak berguna.

Haewoon takut hal itu akan mempengaruhi anaknya tapi dia tidak bisa mengatakan apapun, dan Si Kaisar yang nakal itu juga hanya mendengarnya di satu telinga dan membiarkannya lewat begitu saja di telinga yang satunya.

Masalahnya adalah Haewoon selalu membawa Putrinya ke mana pun dia pergi, dan orang-orang lainnya hanya bisa menggertakkan gigi mereka.

"Aku punya janji dengan Ayahmu."

"Dengan Ayah?" Kemudian Seolhee menoleh, melihat Yoon.

Yoon puas dengan kelahiran Putri dari Haewoon dan Eunseol yang begitu cerdas. Bahkan jika Seolhee terlahir sebagai anak lelaki, Yoon memiliki banyak Putri sehingga dia bisa berbesan dengan Haewoon dan Eunseol seperti keinginannya. Alasan Yoon ingin Haewoon dan Eunsoel memiliki seorang Putri adalah karena dia ingin membesarkan Putri mereka di Istana Kekaisaran. Kalau Putri mereka menikahi salah satu Putranya, maka Putri mereka tidak punya pilihan selain tinggal di Istana Kekaisaran.

"Bukankah Seolhee ingin tinggal di Istana Kekaisaran?"

Seolhee menggelengkan kepalanya. Rumahnya, Kediaman, juga besar tapi setiap kali dia datang ke Istana Kekaisaran, tempat baru selalu dibuat. Bahkan jika dia mengikuti Ayahnya ke Istana setiap hari, tetap sulit untuk melihat semua kemegahan Istana. Meski dia datang ke sini setiap hari, Istana ini sangat mempesona dan besar sehingga dia tidak akan bisa bertemu dengan semua orang yang ada di Istana. Jika dirinya tinggal di sini, pasti akan menyenangkan.

Yoon tersenyum kecil saat dia melihat mata biru yang berkilauan itu, dia memikirkan tentang Seolhee yang tinggal di Istana Kekaisaran.

"Tapi, nanti Ibu akan sedih."

Sejak Seolhee masih kecil, Yoon berpikir bahwa Seolhee pasti akan berpikir bahwa Istana adalah sesuatu yang ingin Seolhee tinggali, tapi ini adalah hal yang tidak terduga. Dulu Eunseol menolak penawarannya, dan kini Seolhee menggelengkan kepalanya dengan kuat seolah-olah dia tidak perlu untuk berpikir 2 kali.

"Jika aku tahu hal ini akan terjadi, aku akan mengambil Ibumu sebagai Selirku apapun yang terjadi."

"Yang Mulia."


***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?