Side Story 2


Penerjemah: reireiss

Source ENG: Novel Updates

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.

Terima kasih~


***

TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!

HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.

JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.

JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!

***

Di tempat yang gersang dengan panas yang mendesis, seekor elang mengaum dan menangis dengan keras untuk menemukan pemiliknya.

Sebuah tangan kurus keluar dari jendela kereta yang terbungkus beberapa lapis kain untuk menghalangi sinar matahari. Sebuah suara tipis keluar dari sana.

"Apakah ada mayat di sana?"

Haewoon menatap mata biru yang menyerupai mata Eunseol tanpa emosi. Mata yang menyerupai langit di mana elang itu berputar-putar, tapi tidak ada banyak kegembiraan di sana.

Dia adalah Jeon Seowoong.

Putri Jeon dari Kerajaan Giran itu berkedip. Ketika seorang pria yang dikenal sebagai Jenderal Geummun dari Kekaisaran Baek datang ke perbatasan untuk mengawalnya, Sang Putri telah lupa bahwa pria itu telah menebas banyak Jenderal dari negaranya. Dia adalah pria yang begitu indah dan kuat.

"Apa yang terjadi...?"

"Itu bukan sesuatu yang harus dipedulikan oleh seorang putri."

Dia tidak mengatakan apapun kecuali kata-kata yang diperlukan. Itu kasar, tapi itu membuat jantung Jeon berdetak kencang.

"Fweeeet!" (suara siulan)

Haewoon mengulurkan tangan kirinya yang terbungkus baju besi dan memanggil elang itu. Elang yang sejak tadi berputar-putar, mencari pemiliknya, dalam sekejap turun dan mendarat di lengannya. Mulut Putri Jeon terbuka sedikit saat dia melihat Haewoon yang menerima elang besar di lengannya sambil duduk di atas kuda dan tidak goyah sama sekali.

Ketika Haewoon membuka tong kecil di kaki elang, selembar kertas pun keluar. Dia menaruh selembar kertas itu di bibirnya, lalu dia mengambil sesuatu dari kantong kecil yang tergantung di kudanya dan memberikannya ke elang itu.

[Kaisar telah memanggil Nyonya ke Istana Kekaisaran.]

Kalimatnya pendek tapi isinya banyak.

Haewoon tertawa. Putri Jeon tidak tahu apa yang ada di dalam surat itu atau apa yang telah terjadi, tapi untuk sesaat, dia merinding. Ini adalah gurun yang panas, tidak ada alasan untuk merasa kedinginan, tapi alasan kenapa tubuhnya menggigil mungkin itu karena Jenderal sedang dalam suasana hati yang buruk. Dia tahu bahwa berita yang Jenderal terima tidak terlalu bagus.

"Jenderal."

"Kurasa aku sudah bilang kalau ini bukan urusanmu."

Haewoon tertawa sebentar. Senyum di wajahnya terasa seperti menyuruh Putri Jeon untuk tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ini adalah pertama kalinya seseorang bersikap kasar kepadanya, seorang putri dari suatu negara. Wajah Putri Jeon pun memerah.

"Kasar."

"Saya belum melakukan kekasaran," Haewoon bergumam pelan, memperingatkan dengan suara yang seperti mengantuk sambil menghadap Sang Putri. "Apa Anda penasaran tentang ini?"

Dia menyerahkan kertas yang dibawa elang kepada Sang Putri.

Setelah membacanya, dia mengerutkan kening. Apakah rumor itu benar? Ada desas-desus bahwa Jenderal Geummun yang terkenal telah jatuh cinta pada seorang wanita, dan itu membuat Sang Jenderal menjadi berperan aktif dalam perdamaian dengan Kerajaan Giran untuk wanita itu.

"Aku adalah bukti perdamaian. Apakah rumor itu benar, Jenderal?"

Bahkan itu bukanlah sebuah hukuman. Kenapa dia begitu tidak senang saat istrinya dipanggil untuk pergi ke Istana Kekaisaran?

"Jenderal, istrimu adalah seorang wanita dari Kerajaan Giran......!"

Tiba-tiba badai pasir bertiup dan menampar wajahnya. Putri Jeon menutup matanya erat-erat dan berteriak. Angin nyaris tak kunjung tenang, saat dia membuka matanya setelah waktu yang lama terlihat Haewoon memegang bagian depan jendela kereta, mengerutkan kening seperti yang telah dilakukannya selama ini.

"Mulai sekarang, kita akan berkuda tanpa henti ke Ibukota Kekaisaran."

"Apa?"

"Putri, turun dari kereta dan naik kuda."

Bibir Putri Jeon bergetar dan matanya melebar. Dia adalah seorang Putri. Sungguh hal yang kasar untuk dikatakan karena dia bahkan belum pernah menunggang kuda.

"Jenderal!"

"Bawa Sang Putri turun."

"Aku akan menggorok leher siapa pun yang meletakkan satu jarinya di tubuhku!" seru Putri Jeon.

Dia berada dalam posisi di mana dia bisa menjadi Permaisuri. Dia tidak dalam posisi untuk menawarkan kesepakatan. Meski begitu, Jenderal dari Kekaisaran Baek memperlakukannya seperti orang rendahan.

Dengan cepat itu menjadi konfrontasi yang tegang saat orang-orang dari Kerajaan Giran menatap Haewoon dengan dendam. Para prajurit Kerajaan Giran yang memang sejak awal tidak berpikir positif tentang kesepakatan ini, menghunuskan pedang mereka. Menanggapi hal itu, para prajurit Kekaisaran yang dipilih langsung oleh Kaisar untuk menyambut selir barunya pun mencoba melawan mereka. Haewoon mengangkat satu tangannya, menghentikan mereka.

"Putri, apa Anda akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi setelah ini?"

"Sepanjang waktu Jenderal selalu saja bersikap kasar!"

"Ini adalah tengah gurun. Tidak dapat dihindari bagi kita untuk menghadapi sekelompok pencuri dengan jumlah yang banyak."

"Apa Anda mengancam saya?"

"Saya sedang tidak dalam suasana hati yang baik sekarang ini."

Dia menyadari fakta bahwa Kaisar merasa penasaran dengan Eunseol tapi dia berpura-pura tidak tahu karena Kaisar tidak membicarakannya, tapi dia tidak yakin kalau Kaisar akan melakukan hal kotor seperti ini. Mata Haewoon menjadi gelap.

"Silakan berdiri sendiri, Tuan Putri."

Saat dia mengatakan itu, dia seakan melihat sesuatu di luar dirinya, di luar cakrawala yang jauh.

"Saya......"

"Hanya itu yang bisa saya lakukan untuk Anda."

"Jika terjadi sesuatu pada saya, akan ada perang lagi."

"Apa menurut Anda kami mengulurkan tangan untuk perdamaian karena takut dengan perang?"

Putri Jeon tidak punya pilihan selain bersikap sopan. Jika dia tidak bergerak dari kereta, pria ini akan memiliki lebih dari cukup alasan untuk membunuhnya dan semua utusan dari Kerajaan Giran. Itulah yang dikatakan oleh matanya yang diam dan tak tergoyahkan. Dia lebih suka tidak berhubungan dengan seseorang dengan mata seperti itu.

Bibir Putri Jeon bergetar.

"Jaga Sang Putri."

Kalau aku menjadi Permaisuri Kekaisaran Baek, aku akan membayarmu untuk aib ini, 2 kali lipat. Anak yang lahir dari Permaisuri akan menjadi Kaisar Kekaisaran Baek di masa depan. Dan anak itu harus mematuhinya.

Memikirkannya membuatku merasa sedikit lebih baik.

"...Turunkan pedang kalian." Ujarnya sambil menggertakkan giginya.

Sejak mereka memasuki wilayah Kekaisaran Baek, mereka, orang-orang dari Kerajaan Giran tidak memiliki kesempatan untuk memenangkan konflik seperti ini. Terlebih lagi, orang-orang yang Haewoon bawa adalah pengawal Kaisar. Karena masalah kehormatan, Kerajaan Giran juga mengirim pengawal tapi tidak banyak dari mereka yang bisa bertarung. Itu karena prosesi dibuat sederhana sebab Kekaisaran Baek lah yang bertanggung jawab atas keselamatan para utusan dari Kerajaan Giran.

Wajah dari para pengawal Giran yang tidak mempunyai pilihan selain meletakkan pedang mereka di bawah perintah Sang Putri pun menjadi kaku.

Putri Jeon mengangkat dagunya dan mengambil langkah yang memalukan dengan menginjakkan kakinya ke tanah dengan dibantu oleh para pelayannya.


***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?