Epilog
Penerjemah : reireissDukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
***
TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!
HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.
JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.
JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!
***
Sejak awal, Alexander sudah curiga pada Ophelia.
Kecurigaannya meningkat saat Ophelia mencoba untuk pergi tanpa sepatah kata pun
setelah pemakaman selesai.
Larut malam itu, dengan wajah yang pucat seolah dia akan
pingsan, dia berusaha meninggalkan Kediaman tanpa diketahui oleh satu pun
pelayan.
Itu konyol. Bahkan jika dia belum berada di Utara cukup
lama, seharusnya dia tidak tergesa-gesa seperti itu.
Ini adalah malam yang sangat dingin, bahkan aku bisa
mendengar suara lolongan serigala musim dingin. Seketika aku menjadi sangat
marah.
Pipinya ditampar oleh Catherine, dan dia hanya pergi lalu
menangis sendirian. Pipinya yang bengkak dan sudut matanya yang memerah,
membuatku semakin marah.
"Kakak, kamu mau ke mana?"
Pada awalnya, aku berpikir kalau aku harus menangkap
Ophelia. Kecurigaan dan hal-hal seperti itu hanya bisa diselidiki saat dia
masih hidup. Dia tetap mencoba untuk pergi di malam musim dingin ini, dia
bersikap seakan tidak ada apapun di hadapannya.
Seketika air mataku mengalir. Tujuannya sangat jelas,
akting sangatlah mudah bagiku.
Dan pertunjukanku ini berjalan dengan sempurna. Ophelia
tampak sedih dan menunjukkan simpati padaku.
Namun, tampaknya Ophelia tidak terlalu senang tinggal di
Kediaman Duke. Dia terus menunjukkan kalau suatu hari nanti dia akan pergi.
Setiap kali aku bertanya dia akan pergi ke mana, dia tidak menjawabnya.
Pada akhirnya, aku berhasil membuatnya tetap berada di
sisiku sampai aku dewasa.
Saat aku menangis dan menunjukkan kelemahanku di
hadapannya, dia tidak bisa menolakku. Itulah yang aku pelajari di hari itu.
Ophelia tampak seperti akan membiarkan pipinya yang
bengkak begitu saja.
Aku adalah satu-satunya orang yang memperhatikan pipinya,
dan tidak ada seorang pun di Kediaman ini yang merawatnya.
Apa dia diperlakukan seperti ini? Selama ini aku tidak
mengetahuinya. Alexander membawa Ophelia ke kamarnya dan mengoleskan obat di
pipinya.
Rambutnya yang lembut, aku bisa mencium aroma sabun dari
rambutnya, dan dari jarak yang dekat, aku bisa mencium aroma tubuhnya. Aku
merasakan keinginan yang aneh, keinginan untuk memeluk Ophelia, dan menciumnya
dengan kasar.
Jelas ini gila. Aku berjuang untuk mengabaikan bibir
merah muda pucatnya. Untuk berpura-pura seakan tidak ada hal yang salah, aku
mengepalkan tanganku sampai kuku-kuku aku menancap di telapak tangan,
meninggalkan bekas luka kecil.
Tampaknya bukan aku satu-satunya yang merasakan perubahan
suasana di ruangan ini. Segera setelah perawatan selesai, Ophelia bangkit dari
tempat duduknya, seakan ingin melarikan diri. Tanpa sadar, aku meraihnya.
Ophelia sama ringannya dengan bulu, dan dia terlihat
rapuh seperti kaca. Aku menjadi kebingungan. Karena aku tidak menyangka kalau
hanya dengan kekuatan seperti ini, dia akan tertarik dengan mudah.
"Aku refleks dan tidak bisa mengontrol kekuatanku
dengan benar."
Aku meminta maaf berulang kali. Aku tahu, aku bersikap
kasar.
"Hati-hati. Hal yang paling utama adalah, kamu itu
seorang lelaki dan aku seorang perempuan." Kata Ophelia sambil tersenyum.
Dia menolak obat yang aku berikan. Setelah dia pergi, aku
terpaksa duduk di sofa, merasa linglung untuk sementara waktu.
Perempuan? Apa kamu itu perempuan?
Ophelia?
......Sialan! Alexander menggertakkan giginya. Tubuhnya
yang kaku sejak dia memasuki ruangan kini menjadi rileks. Alexander berbaring,
menatap tajam ke arah tempat di mana kehangatan Ophelia masih tersisa.
Mungkin, dia tertidur saat itu juga. Lalu, baru di pagi
harinya dia tersadar. Alexander mengalami mimpi yang sangat mengejutkan.
Alexander pun segera bangkit.
Bau spe*ma yang kental menyebar di udara. Alexander mengumpat
sepanjang waktu. Jelas-jelas ini adalah hal yang gila. Alexander tidak bisa
mengangkat kepalanya karena terkejut. Alexander menutupi wajahnya dengan tangan
besarnya.
Tujuh belas tahun, untuk pertama kalinya dalam hidupnya,
dia bermimpi. Dan 'lawan mainnya' adalah Ophelia.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment