Chapter 24 Part 2
Penerjemah : reireissDukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
***
TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!
HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.
JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.
JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!
***
Itu bukan Alexander!
.
.
.
"Kau......"
Aku berjuang keras untuk membuka mulutku dan berbicara
dengan tergagap. Claude terus menerus merintih sambil mengangkat salah satu
sudut mulutnya.
Lalu aku teringat dengan wajah itu. Kurasa, senyum itu
adalah senyum yang pernah aku lihat di suatu tempat.
"Apa kau mengenal Tuan Cameron?"
Claude bertanya dengan suara rendah. Aku ingin
menganggukkan kepalaku, tapi cengkeramannya terlalu kuat.
Kenapa kalau aku tahu? Kenapa kalau tidak tahu? Dia
adalah suami kedua Ibuku.
"Mana mungkin kau tidak tahu. Dia juga pernah
menjadi ayah bagimu. Ngomong-ngomong, bagaimana hadiahku? Aku ingin kau
merasakannya. Aku ingin kau merasa sedikit takut, tapi kau malah merasa nyaman,
bahkan tidur dengan terlentang. Ya, itu aku. Pelayan itu mengetahui
identitasku. Jadi aku membunuhnya. Agar dia tidak menghalangiku."
Aku merasa leherku akan patah, aku tidak bisa bernafas.
Aku tersenyum, ingin tertawa terbahak-bahak. Claude yang setengah wajahnya
hancur, melihat senyumku.
"Senyum? Senang? Kau menikmati situasi ini? Katakan
padaku, ayo!"
Tidak ada yang namanya orang gila sejati. Bagaimana bisa
kau bisa meninggikan suaramu saat kau mencekik aku seperti ini? Perlahan aku
mengulurkan tangan dan meraih lengannya.
"Kenapa? Mencoba menggunakan sihir sialan itu lagi?
Oh, tidak bisa. Kemarin aku agak tidak sabar, jadi hari ini aku membawa benda
ini."
Claude mengobrak-abrik lenganku dan menunjukkan
kalung dengan sebuah permata hitam seukuran kuku.
Ah! Kalung anti sihir yang menghalangi sihir.
Dia mengernyitkan matanya dan mulai tertawa. Seolah-olah
dia tidak tahan karena itu sangat menyenangkan, dia pun mengoceh.
"Selama aku memiliki ini, aku tidak perlu khawatir.
Sekarang, haruskah aku memotong satu jarimu? Kau tidak bisa pergi begitu saja
setelah membunuh Ayahku dengan sangat menyakitkan, bukan? Apa kau juga berpikir
begitu? Aku juga merasa sakit. Seharusnya aku tidak mengunjungimu seperti itu
kemarin. Seharusnya aku sedikit lebih santai. Kalau saja pelayan itu tidak
mengetahuinya."
"Kheuk! Kheuk!"
Seketika aku batuk, batuk berdarah. Untuk sesaat, dia
melepaskan aku.
Ngomong-ngomong, Claude salah. Bukan aku yang membunuh
Ayahnya.
"Haa, haa, Ayah, kau bilang......?"
Tanyaku sambil memegangi leherku. Ini mengejutkan!
Ksatria itu memiliki seorang putra?
Jelas kalau Claude itu seusia denganku. Mungkin sedikit
lebih tua dariku. Bagaimana bisa orang di usia semuda itu menjadi Penyelidik
Kelas Satu? Seharusnya aku bertanya-tanya tentang hal itu sejak awal.
Jawabannya terlalu mudah. Memperhatikan Alexander. Itulah
kenapa aku tidak punya waktu untuk memikirkan apa yang terjadi dan apa yang ada
di sekitarku.
Bahkan aku tidak tahu kalau Henrietta bekerja sangat
keras. Seberapa mengesalkannya itu? Seharusnya aku tidak seperti itu. Aku ingin
sedikit bermain. Sebelum meniup lilin untuk orang gila ini.
"Ya, Ayah. Ayahku. Aku terlahir sebagai anak haram,
jadi aku tidak dalam posisi yang berhak untuk memanggilnya Ayah. Aku dibuang ke
panti asuhan tepat setelah aku lahir. Ibuku juga tidak dalam posisi untuk
membesarkan aku. Meski begitu, Ayahku akan datang menemui Ki dari waktu ke
waktu da membawakan aku pakaian untuk dipakai. Aku juga mendapat tunjangan. Itu
sangat bagus. Itu karena aku bisa melihat Ayahku. Tapi suatu hari, tiba-tiba
Ayahku berhenti datang. Kau tahu kenapa?"
"......"
"Kenapa kau tidak menjawabku!?"
Claude mencoba menendang perutku dengan marah. Itu adalah
caranya berbicara dan berperilaku seolah dia tidak tumbuh sebagai seorang anak.
Aku melompat dan berguling ke samping. Untungnya, gaunku hanya robek sedikit.
"Kau menghindar? Kau menghindarinya? Oh, tak apa
karena ini adalah permulaan. Lagi pula, semua itu karena Ayahku menikah. Dengan
Ibumu!"
Claude bergumam dengan cemberut. Ekspresi wajah yang
sungguh aneh, wajahnya yang hanya separuh, dari waktu ke waktu berubah. Aku
lebih suka melelehkan seluruh wajahnya. Bahkan aku tidak perlu bermimpi untuk
melakukannya.
"Ya, aku ditinggalkan. Karena kalian, Ibu dan Anak.
Pada awalnya, aku pikir itu mungkin saja. Lagi pula, aku ini terlahir sebagai
makhluk yang tidak diinginkan......"
Tiba-tiba saja dia menangis. Alih-alih menjauh dariku,
Claude menendang salju yang menumpuk di dekatnya.
"Tapi kenapa aku harus hidup seperti ini? Kenapa aku
harus menerima semua ini? Ini memalukan! Tidakkah kau juga berpikir
begitu!?"
Dia menangis lagi lalu kembali tertawa. Matanya yang
berkaca-kaca dipenuhi dengan antisipasi. Tidak peduli berapa banyak kalung anti
sihir yang dipakai Claude, seharusnya dia tidak beranggapan kalau dia adalah
yang terkuat.
Kalau dia melepas kalung itu...... Aku menggelengkan
kepalaku dengan perlahan.
"......Tidak terlalu."
"Diam!"
Claude berjalan ke arahku. Tangan jeleknya memegang
rambutku. Aku memiringkan kepalaku, dari jauh aku bisa melihat seseorang yang
berlari dengan liar.
"Aku tidak bisa memaafkanmu! Aku tidak bisa
memaafkanmu! Aku tidak bisa memaafkanmu! Aku tidak bisa memaafkanmu! Aku tidak
bisa memaafkanmu! Aku tidak bisa memaafkanmu! Aku tidak bisa memaafkanmu! Aku
tumbuh tanpa Ayah dan aku menjadi seperti ini! Bukankah kau tinggal di tempat
yang bagus? Aku tidak bisa memaafkanmu! Aku tidak bisa memaafkanmu! Aku tidak
bisa memaafkan- ......Hei, kau melihat ke mana?"
Claude mencoba memalingkan mukanya, mengikuti arah
tatapan mataku. Memanfaatkan hal itu, aku menggigit pahanya sekeras yang aku
bisa. Rasa darah yang amis, entah milik siapa itu, menyentuh ujung hidungku.
"Ouch! Itu menyakitkan! Tidak bisakah kau
diam!?"
Dia kembali mencengkeram leherku. Air liur bercampur
darah menetes dari mulutku.
Jadi, kau datang kepadaku untuk membalas dendam?
Bagaimana kau menyembunyikan kepribadian yang begitu ganas sampai sekarang? Aku
hanya melihatnya sebagai penyelidik yang sangat sopan......
"Mati! Mati! Tidak bisa. Aku mencoba untuk
bermain-main, tapi ini buruk! Matilah!"
Teriak Claude. Kali ini, dengan tulus dua menunjukkan
hasrat membunuhnya. Kedua tangan yang kuat menekanku. Aku meraih lengannya
dengan tangan gemetar. Claude tertawa terbahak-bahak.
"Tidak. Memangnya itu berguna? Meski kau adalah
penyihir yang hebat, apa yang bisa kau lakukan sekarang? Mati tetaplah mati!
Mati! Mati! Matilah! ......Arghhhh!"
Ups!
Pedang panjang besar mengenai bahu Claude. Aku menarik
nafas dengan cepat, aku terbebas dari cengkeramannya. Aku hidup!
"Arghh! Sakit! Menyakitkan! Ayah!"
Claude menangis dan mencoba menarik pedang itu dari
bahunya. Tapi pedang panjang itu menusuk tubuhnya dengan semakin dalam, membuat
suara tulang yang patah terdengar.
"Berhenti! Berhenti! Arghhh!!"
Aku membuka mataku yang setengah tertutup saat mendengar
teriakan Claude. Sebuah bayangan gelap mendekat.
"......Aku terlambat, Kak. Jangan maafkan aku."
Kenapa aku bisa salah mengira kalau pemilik dari suara
yang manis ini adalah orang yang berusaha membunuhku kemarin? Kurasa aku tidak
akan memikirkan hal gila seperti itu kalau saja aku tidak sedang dalam suasana
hati yang buruk.
Alexander menatapku yang terengah-engah. Aku bisa tahu
hanya dengan melihat matanya kalau dia ingin memelukku sampai hancur.
"Maaf."
Bukankah itu kata yang sangat membosankan? Dengan
pemikiran itu, aku melirik Claude. Dia mengerang kesakitan dengan kepala
tertunduk di tanah.
Nah, jadi...
Siapa yang akan mati sekarang?
Aku tersenyum cerah.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment