Chapter 24 Part 1
Penerjemah : reireissDukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
***
TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!
HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.
JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.
JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!
***
"......Urghhh!"
Ketika aku bangun, tampaknya jam makan siang sudah lewat.
Aku tergagap dan menepuk-nepuk area di dekat leherku.
Ini bukan mimpi. Semalam aku benar-benar tertidur.
Aku terbangun dengan terhuyung-huyung dan melihat diriku
di cermin dan terkejut. Ada memar berwarna ungu di sana.
Sekujur tubuhku merinding. Aku tidak menyadari niat
membunuh semacam ini, dan aku bahkan tidak menyadari siapa orang itu.
Siapa!? Siapa itu!?
Karena setengah dari wajahnya meleleh, pelaku itu pasti
tidak akan baik-baik saja. Aku harus menemukannya sebelum aku mati...
......
"Dingin!"
Aku terduduk, batuk dan memuntahkan sesuatu. Darah merah
gelap menetes di daguku. Itu normal.
Aku adalah seorang penyihir yang bahkan tidak perlu
membaca mantra. Hanya dengan tingkat konsentrasi yang tinggi, aku bisa
menggunakan kekuatan magis dengan bebas.
Tapi itu juga berarti, risikonya tinggi. Aku tidak boleh
melakukan seperti kejadian semalam. Dibanding dengan serangan balik, tindakanku
itu justru mengikis vitalitasku sendiri.
"......Aku akan membunuhmu."
Bagaimana aku bisa beristirahat dengan nyaman di Kediaman
mewah dengan seseorang yang mencoba untuk membunuhku? Aku bangkit dari tempat
dudukku. Dengan lembut aku menyeka bibirku dengan ujung lengan baju. Bibir
merah cerah yang kontras dengan kulit pucat, itu terlihat aneh.
Saat hidupku terancam, aku jadi menggila. 'Beraninya
kau!' Aku mengulangi kata-kata itu ratusan kali di pikiranku.
'Beraninya kau mencoba membunuhku! Beraninya kau mencoba
membunuhku! Beraninya...'
......
Sayang sekali aku tidak tahu suara siapa itu. Tidak
masalah. Yang harus kulakukan adalah mencari dan menemukan pria dengan luka
bakar di wajahnya di Kediaman ini.
Kalau aku berjalan-jalan dengan bekas cekikan yang
terekspos seperti ini, pasti akan banyak orang yang bertanya-tanya. Aku melepas
gaunku yang berlumuran darah.
Seolah tidak terjadi apa-apa. Ya, seperti biasa. Aku
berpikir seperti itu dan mengeluarkan gaun baru dan memakainya.
Memakai gaun yang menutupi leherku, aku terlihat sangat
cantik. Aku tidak bisa berbuat apa-apa pada wajah pucatku.
Aku turun ke bawah. Ada beberapa pelayan yang kutemui di
sepanjang jalan, tapi mereka semua terlihat baik-baik saja. Bahkan jika aku
menatap mereka dengan mata curiga, mereka hanya mendekatiku dan berkata,
"Nona, ada apa?"
"......Alex?"
Aku bertanya kepada Kepala Pelayan yang tadi memarahi beberapa pelayan wanita di
pintu depan. Kepala Pelayan yang tampak terkejut dengan kemunculanku yang tiba-tiba mempertajam
suara.
"Tuan pergi ke desa pagi-pagi sekali untuk urusan
mendadak."
"Kalau begitu, Claude?"
"Beliau berangkat lebih awal dari Tuan, beliau
bilang rekan penyelidiknya telah menghubunginya."
"......Hah?"
Aku tertawa kecil. Keduanya sama-sama memiliki suara yang
rendah. Kedua pria itulah yang paling aku curigai.
Aku tidak tahu tentang Claude, tapi tidak mengherankan
kalau Alexander mencoba untuk membunuhku. Dia sangat yakin kalau akulah yang
membunuh ayahnya.
Bagaimana kalau semua tindakannya padaku sampai sekarang
ini hanyalah cara agar aku mengendurkan kewaspadaanku? Bisa saja Alexander
mencoba menyakitiku sebelum para penyelidik lainnya tiba, tapi......
Aku tidak tahu. Kemarin kami bertengkar. Bisa jadi dia
tidak bisa menahan emosinya dan mendatangiku. Kemungkinan itu cukup bagus.
"Apa ada yang sesuatu aneh dengannya?"
Aku bertanya pada Kepala Pelayan. Berapa banyak orang yang bisa bertahan sampai
pagi dengan wajah yang meleleh?
"Sesuatu yang aneh?"
"Jangan membuatku bertanya dua kali."
"......"
Kepala Pelayan sedikit mengernyit seolah dia tidak menyukai
sikapku. Aku menjadi bertanya-tanya,
Bahkan jika dia tidak menerimanya, aku tetaplah seorang
'Nona' yang dia layani di Keluarga ini. Seolah merasakan kemarahanku, kekuatan
magis menyebar di udara dan mengelilingiku.
"Saya tidak bertemu dengan mereka secara langsung,
jadi saya tidak tahu. Satu-satunya hal yang berbeda dari biasanya adalah
keduanya pergi dengan tergesa-gesa.... ...Oh, dan penyeli-"
Aku mulai kesal saat membicarakannya. Aku pun memotong
kata-kata Kepala Pelayan.
"Sebagai Kepala Pelayan apa yang kau ketahui!? Aku
benar-benar tidak menyukainya."
"......Nona."
Dengan jelas, Kepala Pelayan menunjukkan betapa buruknya
perasaanku. Aku pun terkikik lalu tertawa.
"Oh! Sekarang, aku adalah seorang 'Nona'?"
"......"
"Kau. Berhati-hatilah."
Aku menyadari, bahkan kalau aku tetap diam, aku akan
tetap marah. Aku juga sudah belajar, kalau aku harus menghabisi pelakunya
terlebih dahulu sebelum aku yang dihabisi.
Aku meninggalkan Kepala Pelayan yang kebingungan dan
keluar. Hawa dingin menyelimuti gaun tipis yang kupakai. Dengan cepat,
jari-jariku membengkak.
Setelah memastikan kalau pelakunya bukan pelayan yang
kutemui di Kediaman, sudah waktunya bagiku untuk mencarinya di kandang kuda,
tempat latihan, dan paviliun. Sebenarnya, ini tidak berguna. Apa ada alasan
bagi pelayan yang tidak pernah ada hubungannya denganku tiba-tiba saja
menyerangku?
"......Urgh, ini benar-benar bodoh." Oh, lucu
sekali.
Aku sudah menduga siapa pelakunya, dan aku malah
berkeliaran di Kediaman seperti ini karena aku tidak ingin mempercayai dugaanku
itu. Aku hanya bisa menunggu dengan sabar di kamar sampai mereka kembali.
Tapi bisakah aku tetap diam? Aku hampir tidak bisa
menenangkan diriku.
Jadi aku terus bolak-balik di Kediaman Duke yang luas.
Aku bertanya apakah ada pelayan yang terluka secara kebetulan dan apa ada
pelayan yang tiba-tiba mengambil cuti.
"Tidak, saya belum mendengar apapun tentang
itu......"
Setiap kali aku mendapat jawaban seperti itu, aku merasa
seperti jatuh ke dalam lubang. Itu memalukan.
Akhirnya, aku lelah. Paviliun yang belum aku kunjungi
tidaklah jauh, tapi aku memilih untuk kembali ke Kediaman.
Kemudian, di satu tempat, aku berhenti berjalan. Di
sinilah Henrietta ditemukan terkubur. Salju masih terus menerus turun sepanjang
malam, dan salju menumpuk seperti gunung di tempat jasadnya ditemukan.
"Di sini......"
Apa kau mati? Henrietta.
Aku tahu itu. Aku juga hampir mati. Mungkin oleh Alexander.
Aku berjongkok dan mengusap mataku. Bisa dikatakan,
gundukan salju ini terlihat lebih tinggi dari gundukan lainnya. Seolah-olah ada
seseorang yang sengaja melakukannya.
Meski sangat dingin, aku berkeringat karena merasakan
ketegangan. Aku mengerukinya dengan tangan beberapa kali.
Da bergumam, "Begitukah?"
'Sejak kapan kau melakukan ini?' Pikirku secara
tiba-tiba. Ada seseorang yang menungguku, terkubur di salju. Bulu matanya yang
membeku terbuka.
Kwaak! Dia meraih leherku lagi.
Aku senang sekali saat mengetahui siapa pria bertubuh
kuat yang mengincarku. Aku sangat senang sampai tidak bisa menahannya.
Bukan. Itu bukan.
Itu bukan Alexander.
Saat aku mengetahuinya, rasa senang yang luar biasa
memenuhiku. Claude, dengan lebih dari setengah wajahnya, menjadi jelek,
menatapku.
Dia menyeringai, matanya berkaca-kaca. Bahkan saat aku
melihat semua itu, aku merasa lega.
Itu bukan Alexander!
.
.
.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment