Chapter 15

Penerjemah : reireiss

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.

Terima kasih~


***

TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!

HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.

JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.

JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!

***

"Apa ada yang menunjukkan gerak-gerik mencurigakan di hari itu?"

"Aku tidak tahu, karena aku ketiduran."

Claude mencatat setiap kata yang kukatakan di buku catatannya tanpa ada celah. Dia adalah seorang pria dengan mata yang tampak tersenyum bahkan saat dia diam. Tulang-tulang tangannya yang cukup besar itu terlihat tebal, dan dia memiliki banyak bekas luka, mungkin karena dia telah banyak menderita selama menjadi penyidik.

Claude yang selesai menulis, melirikku.

"Kereta kudanya tidak tergelincir dari lereng. Seseorang dengan sengaja membuat rodanya longgar."

"......Mengerikan sekali."

Aku menutup mataku rapat-rapat dan kembali membukanya. Aku membayangkan, Ibu yang ketakutan memeluk Duke dan berteriak kencang. Gesekan yang disebabkan oleh jatuhnya kereta kuda ke jurang membuat keretanya terbakar.

"Saya harap pelaku yang sebenarnya segera ditangkap."

"Saya harap juga begitu."

"Apa Anda memiliki pertanyaan lagi? Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu penyelidikan ini."

Aku meletakkan tanganku di depan dadaku dan sedikit mencondongkan diriku ke arah Claude. Aku ingin menunjukkan bahwa aku mendukungnya. Mungkin itu karena dia melihat wajah Alexander yang menjadi dingin begitu Claude mengungkapkan identitasnya.

Tampaknya untuk beberapa alasan, Alexander sangat tidak suka pada Claude. Mengingat posisinya sebagai pewaris keluarga ini, itu bisa dimengerti. Claude langsung datang ke Kediaman bahkan tanpa mendapat izin untuk berkunjung, lalu dia duduk di ruang tamu dan mengatakan kalau dia akan memulai penyelidikan tanpa meminta pendapat dari Alexander.

"Sepertinya Duke belum siap, jadi kita akan mulai dari wanita cantik yang ada di sini terlebih dahulu."

Terlebih, bukankah saat ini dia seakan memperlakukan Alexander seperti tamu yang tidak diundang? Itu membuat semua ini menjadi semakin tidak nyaman. Alexander terpaksa menutup mulutnya karena dia membawa dokumen yang memuat lambang kekaisaran.

'Itu adalah insiden yang disengaja, bukan kecelakaan.'

Sangat menyakitkan bagiku untuk mencoba mengingat apa yang sudah terjadi 3 tahun yang lalu. Karena itu, kenangan lama yang sudah aku kubur jauh di dalam hatiku kini muncul satu per satu.

Tapi jika ada seseorang yang dengan sengaja mencoba menyakiti Ibuku dan Tuan Duke, aku harus mengetahui kebenarannya. Dia adalah seorang ibu yang mengalami berbagai jenis skandal dalam hidupnya. Terlepas dari kematiannya dengan Tuan Duke, hanya ada beberapa orang yang bersimpati padanya.

'Kalau saja Isolde tidak ada!'

Aku masih ingat dengan jelas bagaimana Catherine yang berambut merah berteriak dan menatapku dengan penuh dendam. Bahkan dia melakukannya di depan banyak bangsawan dan pelayan.

"Nona, menurut Anda siapa yang berani melakukan hal kejam seperti itu pada kereta kuda yang dinaiki oleh Duke dan Duchess?"

Claude meletakkan buku catatannya dan bertanya. Aku sedang memikirkan penampilan terakhir Ibuku saat dia naik ke kereta kuda dengan rambut pirangnya yang berkibar indah seperti sebuah mutiara.

Aku memberi tahu Claude kalau saat itu aku ketiduran dan tidak melihat apapun, tapi di hari itu aku berada di dekat jendela, menyaksikan Tuan Duke dan Ibuku pergi. Aku menyaksikan kepergian mereka sambil memegang jarum suntik yang aku temukan di ruang ganti.

Tapi hal itu tidak ada hubungannya dengan penyelidikan. Itu adalah sesuatu yang tidak ingin kukatakan pada Claude. Tentu saja, tidak ada seorang pun yang tahu. Saat aku melihat kereta kuda itu bergerak menjauh, aku membakar semua jarum suntik yang disembunyikan di sana-sini.

Rahasia Ibuku disimpan olehku.

"......Saya akan jujur pada Anda."

"Silahkan."

Claude mencondongkan tubuh bagian atasnya seolah tertarik. Dia dan aku bertukar pandang dengan meja rendah yang memisahkan kami. Dia sedikit menurunkan matanya, menatap bibirku yang perlahan terbuka,

"Ada terlalu banyak orang sehingga sulit untuk memilih satu. Saya tidak tahu banyak tentang reputasi Duke Arpad yang sebelumnya, tapi Ibu saya bukanlah orang yang disukai oleh banyak orang."

Sebaliknya, dia adalah seorang wanita yang membangkitkan simpati pria dengan banyak kecemburuan yang mengelilinginya. Kalau Ibuku, seorang wanita cantik menciptakan suasana yang menyedihkan, menunjukkan tanda-tanda kesedihan. Maka para pria pasti akan merobek perut mereka dan memberikan hatinya.

Dia sudah beberapa kali menikah. Maka tidak heran kalau para wanita lainnya membicarakan Ibuku, bahkan membicarakan para suami Ibuku juga. Dulu Ibuku berkata kalau itu adalah sesuatu yang harus ditanggung oleh seorang wanita yang terlahir dengan kecantikan, tapi yahh... Pendapatku berbeda dengan pendapat Ibuku.

"Sebagai seorang putri, Anda membuat evaluasi yang sangat dingin dan objektif tentang beliau."

Claude mengatakannya dengan heran. Meski dia adalah Ibu yang baik bagiku, tapi tidak bagi orang lain. Aku menggigit bibirku, sedikit menyesal.

"Saya skeptis terhadap pernikahan Ibu saya dengan Duke Arpad yang sebelumnya."

"Apa alasannya?"

"Karena Utara adalah tempat yang dingin, gelap, dan musim dinginnya panjang. Saya berasal dari Selatan."

"Alasannya lebih sederhana dari yang saya kira."

"Apalagi yang ingin Anda ketahui?"

Yang terpenting sekarang bukanlah apa pendapatku tentang pernikahan antara Ibuku dengan Tuan Duke. Bukankah tujuan penyelidikan ini adalah untuk menemukan pelakunya? Aku bertanya-tanya informasi apalagi yang bisa aku berikan pada Claude.

"Untuk saat ini, cukup itu saja. Saya akan mulai mencari saksi."

Claude tersenyum dengan wajah lelah, mengatakan kalau ada banyak orang yang harus dia temui setelah dia berbicara denganku. Butuh banyak waktu untuk berbicara dengan semua orang di Kediaman Arpad satu per satu, ujar Claude seolah dia memperhatikan tatapan penasaranku.

"Situasinya tidak menguntungkan, jadi saya tiba di Kediaman Arpad terlebih dahulu. Dalam beberapa hari, penyelidik lain akan datang setelah badai salju berlalu."

Aku mengangguk. Sebenarnya, situasi di luar Kediaman tidak begitu baik. Sudah 3 tahun aku berada di Kediaman Arpad, dan ini adalah pertama kalinya aku melihat cuaca buruk seperti ini. Salju terus turun tanpa henti selama seminggu seakan memberi petunjuk kalau akan ada sesuatu yang terjadi.

"Kalau begitu, saya akan keluar. Apa Anda menginginkan sesuatu untuk diminum?"

"Anda sangat baik. Secangkir teh untuk menghangatkan tubuh sudah cukup."

"Apa Anda ingin beberapa al*kohol?"

"Itu bagus. Haruskah saya ma*buk saat bekerja?"

Claude mengucapkan terima kasih atas kerja samaku, dia bangkit dan mengulurkan tangannya yang besar padaku. Saat aku bersalaman dengan tangannya yang besar, matanya melebar seolah takjub. Kemudian dia tersenyum, mengangkat salah satu sudut mulutnya dengan anggun.

Tunggu! Sepertinya aku pernah bertemu dengan seseorang yang tersenyum seperti itu.

"......Apakah kita pernah bertemu di suatu tempat?"

Aku mengajukan pertanyaan itu, tapi tidak ada wajah yang langsung muncul di benakku. Ada banyak orang yang kutemui saat aku dan Ibuku tinggal berpindah-pindah, bagaimana bisa aku mengingat setiap detailnya?

"Apa wajah saya ini terlihat pasaran?"

"Ah, bukan itu maksud saya."

"Dulu saya mendengar kalau saya ini terlihat cukup baik untuk seorang penyelidik, tapi sekarang kata-kata Anda menyakiti hati saya."

Claude meletakkan tangannya yang memegang pena di dadanya, berpura-pura sakit hati. Aku pun tertawa terbahak-bahak melihat penampilannya yang lucu, dia melepaskan tangannya yang masih bersalaman denganku.

"Ini tidak berhubungan dengan penyelidikan, tapi Anda memiliki senyum yang sangat indah."

"......Terima kasih atas pujiannya."

"Apa Anda kecewa karena itu adalah pujian yang klise? Kalau begitu, tolong lupakan apa yang saya katakan."

"Tidak, selalu menyenangkan untuk menerima pujian."

Aku menggelengkan kepalaku. Kalau kita berdua saling berbincang seperti ini, sepertinya hanya kata-kata yang tidak ada hubungannya dengan penyelidikan yang akan terus mengalir. Jadi aku memutuskan untuk meninggalkan dia dan membiarkan orang yang sedang menunggu giliran berikutnya untuk masuk.

"......Alex?"

Aku kira dia sudah pergi ke kamarnya.  Seharusnya Alexander lah yang harus diwawancarai oleh Claude terlebih dahulu, tapi rasa kesalnya membuat urutan wawancara menjadi kacau. Padahal aku berharap orang yang akan diwawancarai berikutnya adalah seorang pelayan.

Alexander bersandar miring ke dinding, dia menyilangkan lengannya. Dia menatap jendela yang ada di seberang, seperti sedang memikirkan sesuatu. Lalu, saat aku memanggil namanya, perlahan dia menoleh dan menatapku.

"Kamu terlihat senang, Kak."

Setelah mengatakan itu, dia meninggalkanku begitu saja dan pergi ke ruang tamu. Alexander membanting pintu dengan sangat keras hingga aku bergidik. Itu mengejutkan.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***


Apa pendapatmu tentang bab ini?