Chapter 13 Part 1

Penerjemah : reireiss

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.

Terima kasih~


***

TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!

HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.

JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.

JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!

***

"Kalian terlambat. Apa kalian menikmati waktu tidur siangnya? Sungguh disayangkan karena aku tidak mengetahuinya. Tampaknya kamu memiliki bakat untuk membuat pria ini sedih."

Begitu memasuki ruang makan, seketika aku berpikir 'Apa-apaan ini!?'. Dia bilang, dia menunggu kita tapi ternyata dia sudah lebih dulu menikmati makanan sendirian.

"Paman, kamulah yang terlalu terburu-buru."

Alexander memastikan bahwa aku sudah duduk di kursi barulah setelah itu dia duduk di kursinya. Perlakuannya seakan menunjukkan 'Turunlah ke ruang makan. Kamu pikir, kamu mau pergi ke mana? Bahkan kalau kamu melarikan diri, aku akan langsung mengejarmu'.

"Seperti yang kamu tahu, aku ini tidak bisa makan banyak di pagi hari karena aku memiliki perut yang mudah kembung. Akan tidak sopan pada koki kalau makanan yang dibuatnya dibiarkan dingin atau bahkan sampai bersisa.

"Es kopi."

Alexander mengangguk dengan kasar. Aku tidak peduli mau Si Adrian ini kelaparan sejak pagi atau pun tidak. Tampaknya Alexander juga berpikir begitu. Dia meminta seorang pelayan untuk menuangkan air untuknya dan bertanya pada Adrian tanpa memandangnya,

"Kamu sudah mengemasi semua barangmu, Paman? Katanya kamu akan pergi setelah makan malam, kan?"

"Tadinya memang begitu."

"......Paman?"

"Aku akan mempertimbangkannya lagi. Alex, bagaimana bisa aku pulang dengan meninggalkan perempuan bermata polos ini?"

"Paman."

Alexander memanggil Adrian sambil meletakkan garpunya secara perlahan. Tatapan matanya terlihat menakutkan. Tapi Adrian tidak memikirkannya dan tetap lanjut berbicara,

"Karena kamu berhasil mengusir Bibi dan Catherine dengan mempermalukan mereka, aku sudah mengira kalau selanjutnya adalah giliranku. Tapi asal kamu tahu saja, kamu itu keliru. Hal seperti itu tidak akan berhasil padaku yang sudah mengalami asam garam kehidupan sejak kecil. Alex, kamu itu masih terlalu muda untuk memerintah di kediaman dan daerah kekuasaan yang besar ini. Kamu membutuhkan bantuan dari orang dewasa."

"Aku kan sudah mengatakan kalau Kak Ophelia saja sudah cukup. Aku yakin Paman ada di sana waktu aku mengatakannya."

"Memangnya apa yang perempuan dari kalangan biasa seperti Ophelia ketahui? Terlebih, bukankah akan lebih baik kalau ada pria yang membimbingnya?"

"Kata-katamu sudah berlebihan, Paman."

"Hm... Ophelia, apa kamu juga berpikir seperti itu?"

Ah, kenapa aku lagi? Aku menutup mataku rapat-rapat seakan sedang berpikir dan membukanya, menarik perhatian kedua lelaki ini.

"Ya." Jawabku singkat.

Seolah menunjukkan kalau aku tak ingin ikut campur, aku menurunkan tatapan mataku dan mengaduk-aduk salad. Lalu Alexander tertawa terbahak-bahak seolah dia tidak bisa menahannya lagi.

"......Apa itu sesuatu yang bisa ditertawakan sekarang? Angkat kepalamu dan lihat aku. Apa yang kurang dariku sampai aku tidak pantas untuk menjadi suamimu?"

Adrian membanting tangannya yang terkepal di atas meja. Saat aku mendengar perkataannya, aku melihat Adrian menatapku dengan wajah memerah dan lubang hidung yang terbuka lebar. Aku menatap wajahnya dari atas ke bawah dengan serius.

Kerutan di sekitar mata dan hidung bengkok yang seakan menunjukkan kalau dia ini berusia di pertengahan hingga akhir 40-an. Kumis yang dipangkas dengan baik, dengan caranya sendiri. Tapi itu bukan seleraku.

"Wajah dan usia."

Mau bagaimana lagi? Aku harus mengakuinya dengan jujur. Dalam hal ini, aku itu sangat mirip dengan Ibuku. Bahkan Ibuku tidak akan melihat seorang pria kecuali kalau orang itu tampan. 4 mantan suami Ibuku adalah buktinya.

"Ah, Kak. Berhentilah."

Alexander memegangi perutnya dan tertawa. Dia memalingkan wajahnya seolah kesakitan dan menyeka sudut matanya.

"Sudah lama aku tidak tertawa sampai air mataku keluar."

"Ini tidak lucu."

Adrian meletakkan garpu dan pisaunya, mengatakan kalau dia sudah kehilangan nafsu makan. Aku merasa senang karena sudah melawannya sebelum dia pergi. Kalau aku tahu, aku akan merasa sangat senang seperti ini maka seharusnya aku mengatakan sesuatu pada Catherine dan wanita tua itu.

Seumur hidup, kami tidak akan melihat satu sama lain lagi. Jadi apa yang tidak bisa dilakukan? Tidak ada gunanya untuk menyesalinya sekarang.

"Di zaman sekarang ini, siapa yang menikah dengan melihat wajah? Yang penting itu adalah kekayaan dan latar belakang keluarga."

"Serta wajah."

Sejak tadi Alexander menarik bibirnya yang terawat rapi dengan paksa, seolah dia terus menahan tawa. Kemudian, setelah mendengar kata-kata Adrian, dia kembali ke wajahnya yang dingin dan menakutkan.

"Jangan menusuk kata-kataku, Ophelia. Kesabaranku juga ada batasnya. Kamu itu cuma seorang gadis biasa yang tidak tahu apa-apa. Hanya karena kamu tinggal di Kediaman Arpad, apa kamu berpikir kalau kamu seorang Arpad?"

"Saya mendengar kalau Anda hanyalah seorang kerabat jauh."

"Perempuan gila ini!"

Terdengar suara kursi yang berderak. Adrian yang tersulut emosi mendekatiku, dia terlihat seperti ingin memukul sesuatu. Kurasa pipiku akan ditampar lagi. Padahal pipiku yang baru saja ditampar oleh Catherine baru saja sembuh.

"Paman, kendalikan dirimu. Ini adalah Duchy Arpad. Bukan daerah kekuasaanmu."

Alexander mengatakan semua itu sambil meletakkan pisau yang dia pegang ke atas meja secara vertikal. Pisau itu tidak terbuat dari bahan berkualitas rendah. Tapi yang aku lihat sekarang adalah pisau itu tertekuk sampai membentuk sudut 90 derajat. Dan Alexander melakukannya dengan acuh tak acuh.

"Ada batasan dalam melakukan sesuatu. Apa kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu itu sedang melompat-lompat tapi tetap berdalih kalau kamu sedang berjalan?"

T/N: Maksudnya, Alex itu bilang klo Adrian ini sebenarnya ngerencanain/ngelakuin sesuatu tapi dia sengaja bersikap ga da apa-apa.

"Aku tidak mengerti apa maksudmu, Alexander. Daripada itu, aku ini 20 tahun lebih tua darimu. Kenapa caramu berbicara padaku tidak sopan seperti itu?"

Kemudian Adrian mengatakan sesuatu seperti, "Inilah sebabnya anak kecil itu......" sambil mendecakkan lidahnya. Tapi Alexander mengabaikannya.

"Paman. Tidak, Count Lasis."

"Hentikan, Alexander. Kamu hanya mencoba untuk menyinggung aku."

"Kenapa aku bisa menemukan Buku Pendapatan Tahunan Arpad di kamarmu?"

Alexander mengangkat dagunya dengan lesu seperti predator yang berhadapan dengan mangsanya. Aku pun mendorong ke samping salad-ku, tidak jadi makan. Situasi di hadapanku ini sangatlah menarik.

Mungkin Adrian bertanya-tanya omong kosong macam apa ini. Bahkan dia tampak lupa kalau tadi dia marah padaku dan kini dengan bodohnya dia malah mendapat tamparan di wajahnya.

Tapi Adrian hanya mengatakan kalau dia ingin menikahi aku dan mencoba untuk menetap di Arpad. Itulah kenapa dia tidak bisa mempercayai apapun yang Alexander katakan saat ini.

"Apa... Apa!? Alexander, ini jebakan. Aku bersumpah, aku tidak pernah melakukannya!"

Sebenarnya Adrian mengatakan yang sebenarnya. Dia tidak mencuri buku itu. Karena akulah yang menaruhnya di sana.

Alexander mendengus. Tidak ada yang berubah di ekspresinya, dia hanya berkata,

"Apa kamu sedang membuat alasan?"

"Aku tidak membuat alasan! Ophelia, kamu pasti tahu, kan? Sebelumnya aku sudah memberi tahu kamu kalau aku tidak tertarik pada hal-hal seperti kekayaan atau kekuatan Duke! Apa kamu ingat?"

Adrian menjadi cemas, akhirnya dia meraih jerami sepertiku. Sepertinya dia berpikir kalau hanya aku satu-satunya yang bisa membantunya. Tapi dia memilih orang yang salah.

T/N: Di manhwa, sobatpetualang nerjemahinnya dengan kata ‘menangkap jerami’, tp di sini aku pke kata ‘meraih’ krn aku rasa itu lbh cocok aja. Arti dari ‘menangkap/meraih jerami’ itu berpegangan pd situasi/hal/orang yg ga da harapan/ga bs diharapkan.

Ah, untungnya Kediaman Arpad itu besar. Tadi malam aku pergi ke kantor Duke setelah melihat Henrietta masuk ke ruang kerja. Setelah itu, aku memastikan kalau tidak ada seorang pun di sekitar kantor Duke.

T/N: Ntah ini ada mistranslate atau ga. Di mtl-nya emang gni, alias ruang tempat Alex & Ophelia minum (ruang kerja/study room) sm ruang tempat di mana buku pendapatan Arpad ditaruh (kantor Duke) itu adalah 2 ruang yg beda. Padahal kan biasanya study room/ruang kerja itu ya dipke sbg kantor.

Tentu saja, setelah kematian Sang Duke, kantor Duke dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang bisa masuk kecuali Alexander. Jadi tidak mudah untuk mendobraknya, tapi itu bukan masalah besar untukku.

Aku menyelinap masuk dan mengambil buku itu dengan hati-hati agar aku tidak menjatuhkan sehelai rambut pun. Lalu, aku pergi ke kamar Adrian yang sedang tidur sambil mendengkur.

Dengan mudahnya aku meletakkan buku itu di bawah tempat tidur Adrian dan kembali ke kamarku seolah tidak terjadi apapun. Tidak ada saksi. Siapa yang mau berjalan di tengah malam di lorong yang begitu dingin sampai hembusan nafasmu bisa terlihat?

"Hal itu......"

Aku berbicara sambil menutupi mulutku. Adrian menatapku dengan antusias. Ini adalah situasi yang sangat lucu.

.

.

.

***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***


Apa pendapatmu tentang bab ini?