Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
[POV Cain]
“Kau
sudah menjatuhkan rosario dengan salib terbalik. Tidak mungkin aku tidak
menyadarinya.”
“Tidak
sepertimu, aku terkenal dengan pakaian kerjaku. Kupikir, aku tidak akan
dikenali tanpa mereka (pakaian).”
Dengan kata-kata itu, aku teringat pakaian kerjanya. Ya, itu adalah pakaian pendeta hitam.
Aku
membayangkan bagaimana penampilan pria di depanku ini dengan pakaian itu.
Bapa
yang baik, yang dicintai semua orang. Aku merasa mual.
“Aku
ini cukup terkenal, bukankah begitu? Begitu juga denganmu, 'Shinigami Merah'.
Shinigami mata merah terkutuk. Aku dengar satu matamu tidak bisa melihat, tapi
bagaimanapun juga rumor tidak bisa dipercaya. Kupikir kau sudah mati karena
'Kutukan Sahaja', tapi ternyata kau masih hidup.”
Saat
dia menunjuk mata merahku yang merupakan karakteristik klan, aku meringis.
Aku
tidak punya apa-apa untuk dikatakan kepada orang ini.
Tapi,
aku harus mendengarkan ceritanya.
“…Kenapa
kau tahu tentang kutukan sahaja?”
Saat
aku menanyai Apostate, dia berkata “Tentu saja aku tahu” sambil secara
berlebihan merentangkan tangannya.
Setiap
gerakannya disengaja.
"Mendengar
'Red' dihancurkan, banyak orang yang pergi ke sana. Tentu saja, banyak orang
yang melihat tubuh Gill Si Ketua Serikat 'Red'... Dikatakan juga bahwa penyebab
kematiannya adalah pecahnya jantung. Tubuhnya adalah bukti bahwa dia
menggunakan kutukan itu. Dan kau adalah satu-satunya orang yang mayatnya tidak
ada. Siapa pun bisa menebaknya"
"Ah…
Aku mengerti."
Kau
bisa tahu kapan 'Kutukan Sahaja' digunakan. Karena ada keanehan yang jelas terlihat
pada mayatnya.
Dan
akulah satu-satunya yang mayatnya tidak ada di sana… Yah, tentu saja dia bisa tahu.
“Tapi
kenapa kau masih hidup? Hexcraft itu kutukan yang mutlak. Tidak mungkin untuk
bertahan hidup darinya. Atau mungkinkah sejak dahulu kau sudah dikutuk, jadi
hexcraft tidak berpengaruh kepadamu. Aku bertanya-tanya... Kalau memang benar
seperti itu, haruskah aku mengatakan ‘seperti yang diharapkan dari seorang
shinigami’.”
“Dasar
sialan! Pikirkan saja sesukamu. Apa yang kau lakukan di tempat ini?”
‘Mata
merah terkutuk’. Mendengar kata-kata itu untuk pertama kalinya setelah beberapa
saat, aku mengangkat alisku.
Tapi
sekarang bukan waktunya untuk mengkhawatirkan hal itu. Aku harus mengetahui
tujuannya.
“Bahkan
jika kau menanyakan itu padaku. Aku adalah seorang pembunuh, bukan? Menurutmu
apa yang bisa kulakukan di sini selain pembunuhan?”
Tidak
mungkin aku tidak kesal pada pria yang memiringkan kepalanya seakan-akan berkata
aku tidak mengerti kenapa kau menanyakan
hal yang sudah pasti seperti itu.
“...Kau
datang untuk membunuh siapa?”
"Aku
tidak perlu memberitahumu."
Aku
mendecakkan lidah pada kata-kata itu. Tentu, dia benar.
“Ah,
tapi aku akan memberitahumu satu hal. Aku tidak tahu apa yang kau khawatirkan,
tapi pekerjaanku sudah berakhir. Yang tersisa hanyalah kembali ke negaraku...
Ibu sudah menunggu.”
Aku
merasakan rasa jijik yang tak terlukiskan pada pria yang dengan gembira
bergumam dengan mata melamun.
“Berakhir?”
"Iya.
Target sudah ditangani. Berada di sini terasa nyaman, ini negara yang cocok
untuk merenung."
Hatiku
merasa lega ketika pria itu mengangguk. Pekerjaannya sudah selesai. Itu berarti
targetnya bukanlah Putri. Kalau begitu tidak ada masalah.
Saat
aku sedikit rileks, Apostate menepuk tangannya seolah dia teringat sesuatu.
“Ah…
Benar. Aku ingin memastikan satu hal, orang yang menghabisi orang-orang
Serikatku tadi malam adalah kau, kan?”
“…Ya.”
Alisku
mengejang mendengar kata-katanya.
Kenapa
berbohong kalau sudah ketahuan? Itulah yang kupikirkan, tapi pria ini… Dia
malah mengepakkan lengannya sambil berkata…
“Jangan
salah paham. Aku tidak terlalu peduli dengan orang-orang itu. Sebaliknya, kau
bisa tenang karena mereka sudah dibersihkan.”
“Benarkah?
Apa tujuan mereka? Kau bilang, kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu. Lalu untuk
apa mereka datang?”
Saat
aku menanyakan apa yang ada di pikiranku,
dengan ketidaksenangan dia mendesah seakan mengatakan ah… benar juga.
“Sungguh,
aku sendiri bertanya-tanya untuk apa mereka datang. Aku tidak mendengar apapun.
Mereka datang sendiri dan mencoba membunuhmu, itu membuatku ingin tertawa.”
Dia
tertawa terbahak-bahak, lalu dia kembali berbicara.
“Aku
ingin membunuh mereka sebelum mereka menyusahkanku, tapi aturanku adalah tidak
membunuh orang selain target. Jadi, aku berterima kasih kepadamu. 'Shinigami
Merah' yang membunuh semua yang dilihat oleh matanya. Teknikmu benar-benar luar
biasa. Sudah lama sekali aku tidak terkesan dengan ‘karya’ orang lain.”
“…Bukankah
kau tidak melakukannya karena terlalu merepotkan untuk mengambil kepala mereka.”
Ketika
aku mengatakan kebiasaan menjijikkan orang ini saat bekerja, dia berkata
“Ternyata kau mengetahuinya…” dengan mata berbinar.
“Tepat
sekali. Itu sebabnya aku penasaran. Siapa yang membunuh orang-orang itu, bukan
aku. Lalu aku menemukanmu. Aku merasa senang. 'Shinigami Merah' yang terkenal,
yang dianggap mati berjalan di depanku. Awalnya aku meragukan mataku. Mungkin
aku dijuluki Apostate (murtad), tapi saat aku melihatmu, kupikir aku kembali
percaya kepada Tuhan.”
Setelah
berkata panjang lebar, kemudian dia berkata “Meski itu bohong.” dengan sudut
mulutnya melengkung.
"Kenapa
kau sengaja membuatku menyadari keberadaanmu?"
“Tentu
saja karena aku ingin berbicara denganmu. Aku tidak menyangka akan bertemu
selebriti negaraku di tempat asing seperti ini. Tidak aneh kalau aku
bertanya-tanya tentang apa yang kau lakukan setelah kehilangan Red, kan?”
“Ah
benar, kau tidak berurusan dengan mayat (mayat anggota Black yang kemarin Cain
bunuh)”, pria itu melanjutkan kata-katanya, seolah baru teringat.
“Karena
kamu membunuh mereka. Aku harus mengurus mereka agar Serikatku tidak menuduhku.
Asal kau tahu, cukup sulit melakukannya tanpa diketahui oleh para pengawal di
sini.”
“Apostate,
kau bukan tipe orang yang mau menjadi pembersih –mayat.”
Saat
aku mengatakannya, Apostate mengangguk dan berkata “Kau mengenalku dengan
baik.”
"Terserah.
Lagi pula aku memang dikenal sebagai orang yang eksentrik. Aku tidak peduli
dengan kata-kata orang lain."
Kurasa
aku bisa sedikit memahami kata-katanya itu.
Eksentrik…
Keberadaan yang di benci.
Mengetahui pria di depanku juga mengalami hal seperti itu, entah kenapa aku
merasa seperti sedang melihat diriku yang dulu.
Karena
itu, aku bertanya…
“Bukankah
itu menyakitkan?”
“Itu
tidak ada hubungannya denganmu. Lalu? Apa kau akan kembali ke Sahaja?”
Aku
tersenyum pahit pada pertanyaan tidak beralasan yang dia balas dalam sekejap,
dan segera menjawab.
“Siapa
yang mau kembali.”
Tempat
itu bukanlah negaraku maupun tempatku berasal. Kata ‘kembali’ itu salah.
Ketika
aku menjawab pertanyaannya tadi dengan ketus, dengan penasaran dia memiringkan
kepalanya.
“Dengan
keahlianmu, kau akan diterima di Serikat mana pun? Atau apa kau berada di
tempat ini karena kau bekerja untuk raja negara ini?”
"Hah!?
Siapa yang mau!!?"
Terlepas
dari Putri yang menjadi tuanku, pada dasarnya aku membenci orang-orang
berkedudukan seperti Keluarga Kerajaan.
Ketika
aku merengut padanya dan berkata “Berhentilah bercanda”, Apostate tersenyum
lega.
Senyumnya
itu benar-benar membuatnya terlihat seperti seekor kucing.
"Begitukah?
Syukurlah. Nah, kalau kau ingin kembali, kembalilah kapan pun kau mau."
“Bagaimana
aku berani kembali setelah menghancurkan 'Red'?”
Selain
itu, bukankah seharusnya aku berada di daftar pencarian orang.
Itulah
yang kupikirkan, tapi dia justru berkata “Tidak mungkin.” dengan perilaku
terkejut yang disengaja.
“Tentu
tidak seperti itu. Kau adalah ‘Red’ itu sendiri. Selama kau ada di sana, 'Red' bisa
dibangun kembali… Tentunya Raja berpikir begitu.”
"!"
Bahuku
bergetar saat mendengar kata 'Raja'.
Musuh
klanku. Mana mungkin aku melayaninya.
“Yah…
Kau dianggap sudah mati. Apa tidak apa-apa melakukan sesukamu? Aku belum menerima
perintah tentangmu.”
Apostate
mengatakannya dengan santai sambil meregangkan tubuhnya.
“Kalau
begitu aku akan segera pergi. Aku harus memberikan Ibu suvenir. Ah ya, rosario
yang tadi kujatuhkan itu… Bisakah kau mengembalikannya? Itu benda yang sangat
penting.”
Dia
mengatakannya dengan memberikan tatapan yang sangat menakutkan kepadaku,
rasanya punggungku menggigil.
Sejujurnya,
aku tidak akan membiarkannya pulang begitu saja. Aku mengerti itu, tapi dia
bilang kalau pekerjaannya sudah selesai.
Itu
berarti aku tidak punya urusan dengannya. Selain itu, aku tidak berpikir untuk
bertarung dengannya.
Dia
kuat. Melawannya tanpa arti hanya akan menjadi risiko.
"...Kalau
begitu jangan jatuhkan."
Mata
hitamnya yang seperti kucing menatapku lekat-lekat. Sepertinya dia senang melihatku
yang merenung untuk berpikir…
Sambil
mengalihkan pandanganku, aku melemparkan rosario dengan salib terbalik itu.
Dia
menerimanya dan tersenyum lega.
“Tidak,
kau persis seperti yang mereka katakan. Kupikir ini cara tercepat untuk membuat
diriku dimengerti, tapi sekarang aku merenungkannya. Aku sedang berpikir apa
yang harus dilakukan kalau kau tidak mengembalikannya.”
“...Apa
yang akan kamu lakukan?”
Karena
dia adalah pria yang tidak membunuh orang selain targetnya, saat aku menanyakan
hal itu, sudut mulutnya terangkat.
"Entahlah…
Apa yang akan kulakukan, aku sendiri bertanya-tanya...”
Dengan
hati-hati dia membelai rosario itu, lalu menggantungnya di lehernya.
“Yah,
pada akhirnya benda ini kembali dengan selamat, jadi dengan tenang aku akan kembali
ke negaraku. Sampai jumpa, 'Shinigami Merah'. Ayo bertemu lagi, oke?”
“Cepatlah
pergi! Dan aku bukan Shinigami. Aku Cain.”
Aku
sudah sangat jengkel karena sejak tadi dia memanggilku 'Shinigami' 'Shinigami'…
Tapi… Setelah aku mengatakan namaku… Langkahnya terhenti, dia pun berbalik ke
belakang.
"Apa?"
“…Em.
…Bolehkah aku memanggil namamu?”
"Hah?
Ya… Apapun kecuali Shinigami tidak masalah.”
"Aku
mengerti."
Aku
menjawab pertanyaannya dengan kebingungan. Apostate terus menatapku…
Dan
berkata.
“Kalau
begitu, aku juga… Bisakah kau memanggilku Scheat?”
“Scheat?”
Saat
aku mengatakan kata itu, Scheat tersenyum dengan wajah yang sangat polos.
T/N
: Pengen tau masa lalunya Scheat >///<
“Itu
namaku… Sampai jumpa lagi, Cain.”
“Jangan
pernah datang lagi!”
Aku
benar-benar tidak ingin terlibat dengannya.
"Haha.
Itu tergantung pada klien."
Aku
menunjukkan wajah tidak senang, tapi Scheat justru terlihat sangat senang.
Dan
kali ini, dia berbalik untuk melangkah ke depan tanpa lagi melihat ke belakang.
Menyadari
ini adalah akhir dari pembicaraan kami, aku juga berbalik.
Tetap
saja, sampai kehadiran Scheat benar-benar lenyap, aku tidak bergerak sedikit
pun.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment