Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 58.4 - Manuver Rahasia Shinigami – Kelanjutan 2


[POV Cain]

“Kau sudah menjatuhkan rosario dengan salib terbalik. Tidak mungkin aku tidak menyadarinya.”

“Tidak sepertimu, aku terkenal dengan pakaian kerjaku. Kupikir, aku tidak akan dikenali tanpa mereka (pakaian).”

Dengan kata-kata itu, aku teringat pakaian kerjanya. Ya, itu adalah pakaian pendeta hitam.

Aku membayangkan bagaimana penampilan pria di depanku ini dengan pakaian itu.

Bapa yang baik, yang dicintai semua orang. Aku merasa mual.

“Aku ini cukup terkenal, bukankah begitu? Begitu juga denganmu, 'Shinigami Merah'. Shinigami mata merah terkutuk. Aku dengar satu matamu tidak bisa melihat, tapi bagaimanapun juga rumor tidak bisa dipercaya. Kupikir kau sudah mati karena 'Kutukan Sahaja', tapi ternyata kau masih hidup.”

Saat dia menunjuk mata merahku yang merupakan karakteristik klan, aku meringis.

Aku tidak punya apa-apa untuk dikatakan kepada orang ini.

Tapi, aku harus mendengarkan ceritanya.

“…Kenapa kau tahu tentang kutukan sahaja?”

Saat aku menanyai Apostate, dia berkata “Tentu saja aku tahu” sambil secara berlebihan merentangkan tangannya.

Setiap gerakannya disengaja.

"Mendengar 'Red' dihancurkan, banyak orang yang pergi ke sana. Tentu saja, banyak orang yang melihat tubuh Gill Si Ketua Serikat 'Red'... Dikatakan juga bahwa penyebab kematiannya adalah pecahnya jantung. Tubuhnya adalah bukti bahwa dia menggunakan kutukan itu. Dan kau adalah satu-satunya orang yang mayatnya tidak ada. Siapa pun bisa menebaknya"

"Ah… Aku mengerti."

Kau bisa tahu kapan 'Kutukan Sahaja' digunakan. Karena ada keanehan yang jelas terlihat pada mayatnya.

Dan akulah satu-satunya yang mayatnya tidak ada di sana… Yah, tentu saja dia bisa tahu.

“Tapi kenapa kau masih hidup? Hexcraft itu kutukan yang mutlak. Tidak mungkin untuk bertahan hidup darinya. Atau mungkinkah sejak dahulu kau sudah dikutuk, jadi hexcraft tidak berpengaruh kepadamu. Aku bertanya-tanya... Kalau memang benar seperti itu, haruskah aku mengatakan ‘seperti yang diharapkan dari seorang shinigami’.”

“Dasar sialan! Pikirkan saja sesukamu. Apa yang kau lakukan di tempat ini?”

‘Mata merah terkutuk’. Mendengar kata-kata itu untuk pertama kalinya setelah beberapa saat, aku mengangkat alisku.

Tapi sekarang bukan waktunya untuk mengkhawatirkan hal itu. Aku harus mengetahui tujuannya.

“Bahkan jika kau menanyakan itu padaku. Aku adalah seorang pembunuh, bukan? Menurutmu apa yang bisa kulakukan di sini selain pembunuhan?”

Tidak mungkin aku tidak kesal pada pria yang memiringkan kepalanya seakan-akan berkata aku tidak mengerti kenapa kau menanyakan hal yang sudah pasti seperti itu.

“...Kau datang untuk membunuh siapa?”

"Aku tidak perlu memberitahumu."

Aku mendecakkan lidah pada kata-kata itu. Tentu, dia benar.

“Ah, tapi aku akan memberitahumu satu hal. Aku tidak tahu apa yang kau khawatirkan, tapi pekerjaanku sudah berakhir. Yang tersisa hanyalah kembali ke negaraku... Ibu sudah menunggu.”

Aku merasakan rasa jijik yang tak terlukiskan pada pria yang dengan gembira bergumam dengan mata melamun.

“Berakhir?”

"Iya. Target sudah ditangani. Berada di sini terasa nyaman, ini negara yang cocok untuk merenung."

Hatiku merasa lega ketika pria itu mengangguk. Pekerjaannya sudah selesai. Itu berarti targetnya bukanlah Putri. Kalau begitu tidak ada masalah.

Saat aku sedikit rileks, Apostate menepuk tangannya seolah dia teringat sesuatu.

“Ah… Benar. Aku ingin memastikan satu hal, orang yang menghabisi orang-orang Serikatku tadi malam adalah kau, kan?”

“…Ya.”

Alisku mengejang mendengar kata-katanya.

Kenapa berbohong kalau sudah ketahuan? Itulah yang kupikirkan, tapi pria ini… Dia malah mengepakkan lengannya sambil berkata…

“Jangan salah paham. Aku tidak terlalu peduli dengan orang-orang itu. Sebaliknya, kau bisa tenang karena mereka sudah dibersihkan.”

“Benarkah? Apa tujuan mereka? Kau bilang, kau sudah menyelesaikan pekerjaanmu. Lalu untuk apa mereka datang?”

Saat aku menanyakan apa yang ada di pikiranku, dengan ketidaksenangan dia mendesah seakan mengatakan ah… benar juga.

“Sungguh, aku sendiri bertanya-tanya untuk apa mereka datang. Aku tidak mendengar apapun. Mereka datang sendiri dan mencoba membunuhmu, itu membuatku ingin tertawa.”

Dia tertawa terbahak-bahak, lalu dia kembali berbicara.

“Aku ingin membunuh mereka sebelum mereka menyusahkanku, tapi aturanku adalah tidak membunuh orang selain target. Jadi, aku berterima kasih kepadamu. 'Shinigami Merah' yang membunuh semua yang dilihat oleh matanya. Teknikmu benar-benar luar biasa. Sudah lama sekali aku tidak terkesan dengan ‘karya’ orang lain.”

“…Bukankah kau tidak melakukannya karena terlalu merepotkan untuk mengambil kepala mereka.”

Ketika aku mengatakan kebiasaan menjijikkan orang ini saat bekerja, dia berkata “Ternyata kau mengetahuinya…” dengan mata berbinar.

“Tepat sekali. Itu sebabnya aku penasaran. Siapa yang membunuh orang-orang itu, bukan aku. Lalu aku menemukanmu. Aku merasa senang. 'Shinigami Merah' yang terkenal, yang dianggap mati berjalan di depanku. Awalnya aku meragukan mataku. Mungkin aku dijuluki Apostate (murtad), tapi saat aku melihatmu, kupikir aku kembali percaya kepada Tuhan.”

Setelah berkata panjang lebar, kemudian dia berkata “Meski itu bohong.” dengan sudut mulutnya melengkung.

"Kenapa kau sengaja membuatku menyadari keberadaanmu?"

“Tentu saja karena aku ingin berbicara denganmu. Aku tidak menyangka akan bertemu selebriti negaraku di tempat asing seperti ini. Tidak aneh kalau aku bertanya-tanya tentang apa yang kau lakukan setelah kehilangan Red, kan?”

“Ah benar, kau tidak berurusan dengan mayat (mayat anggota Black yang kemarin Cain bunuh)”, pria itu melanjutkan kata-katanya, seolah baru teringat.

“Karena kamu membunuh mereka. Aku harus mengurus mereka agar Serikatku tidak menuduhku. Asal kau tahu, cukup sulit melakukannya tanpa diketahui oleh para pengawal di sini.”

“Apostate, kau bukan tipe orang yang mau menjadi pembersih –mayat.”

Saat aku mengatakannya, Apostate mengangguk dan berkata “Kau mengenalku dengan baik.”

"Terserah. Lagi pula aku memang dikenal sebagai orang yang eksentrik. Aku tidak peduli dengan kata-kata orang lain."

Kurasa aku bisa sedikit memahami kata-katanya itu.

Eksentrik… Keberadaan yang di benci. Mengetahui pria di depanku juga mengalami hal seperti itu, entah kenapa aku merasa seperti sedang melihat diriku yang dulu.

Karena itu, aku bertanya…

“Bukankah itu menyakitkan?”

“Itu tidak ada hubungannya denganmu. Lalu? Apa kau akan kembali ke Sahaja?”

Aku tersenyum pahit pada pertanyaan tidak beralasan yang dia balas dalam sekejap, dan segera menjawab.

“Siapa yang mau kembali.”

Tempat itu bukanlah negaraku maupun tempatku berasal. Kata ‘kembali’ itu salah.

Ketika aku menjawab pertanyaannya tadi dengan ketus, dengan penasaran dia memiringkan kepalanya.

“Dengan keahlianmu, kau akan diterima di Serikat mana pun? Atau apa kau berada di tempat ini karena kau bekerja untuk raja negara ini?”

"Hah!? Siapa yang mau!!?"

Terlepas dari Putri yang menjadi tuanku, pada dasarnya aku membenci orang-orang berkedudukan seperti Keluarga Kerajaan.

Ketika aku merengut padanya dan berkata “Berhentilah bercanda”, Apostate tersenyum lega.

Senyumnya itu benar-benar membuatnya terlihat seperti seekor kucing.

"Begitukah? Syukurlah. Nah, kalau kau ingin kembali, kembalilah kapan pun kau mau."

“Bagaimana aku berani kembali setelah menghancurkan 'Red'?”

Selain itu, bukankah seharusnya aku berada di daftar pencarian orang.

Itulah yang kupikirkan, tapi dia justru berkata “Tidak mungkin.” dengan perilaku terkejut yang disengaja.

“Tentu tidak seperti itu. Kau adalah ‘Red’ itu sendiri. Selama kau ada di sana, 'Red' bisa dibangun kembali… Tentunya Raja berpikir begitu.”

"!"

Bahuku bergetar saat mendengar kata 'Raja'.

Musuh klanku. Mana mungkin aku melayaninya.

“Yah… Kau dianggap sudah mati. Apa tidak apa-apa melakukan sesukamu? Aku belum menerima perintah tentangmu.”

Apostate mengatakannya dengan santai sambil meregangkan tubuhnya.

“Kalau begitu aku akan segera pergi. Aku harus memberikan Ibu suvenir. Ah ya, rosario yang tadi kujatuhkan itu… Bisakah kau mengembalikannya? Itu benda yang sangat penting.”

Dia mengatakannya dengan memberikan tatapan yang sangat menakutkan kepadaku, rasanya punggungku menggigil.

Sejujurnya, aku tidak akan membiarkannya pulang begitu saja. Aku mengerti itu, tapi dia bilang kalau pekerjaannya sudah selesai.

Itu berarti aku tidak punya urusan dengannya. Selain itu, aku tidak berpikir untuk bertarung dengannya.

Dia kuat. Melawannya tanpa arti hanya akan menjadi risiko.

"...Kalau begitu jangan jatuhkan."

Mata hitamnya yang seperti kucing menatapku lekat-lekat. Sepertinya dia senang melihatku yang merenung untuk berpikir…

Sambil mengalihkan pandanganku, aku melemparkan rosario dengan salib terbalik itu.

Dia menerimanya dan tersenyum lega.

“Tidak, kau persis seperti yang mereka katakan. Kupikir ini cara tercepat untuk membuat diriku dimengerti, tapi sekarang aku merenungkannya. Aku sedang berpikir apa yang harus dilakukan kalau kau tidak mengembalikannya.”

“...Apa yang akan kamu lakukan?”

Karena dia adalah pria yang tidak membunuh orang selain targetnya, saat aku menanyakan hal itu, sudut mulutnya terangkat.

"Entahlah… Apa yang akan kulakukan, aku sendiri bertanya-tanya...”

Dengan hati-hati dia membelai rosario itu, lalu menggantungnya di lehernya.

“Yah, pada akhirnya benda ini kembali dengan selamat, jadi dengan tenang aku akan kembali ke negaraku. Sampai jumpa, 'Shinigami Merah'. Ayo bertemu lagi, oke?”

“Cepatlah pergi! Dan aku bukan Shinigami. Aku Cain.”

Aku sudah sangat jengkel karena sejak tadi dia memanggilku 'Shinigami' 'Shinigami'… Tapi… Setelah aku mengatakan namaku… Langkahnya terhenti, dia pun berbalik ke belakang.

"Apa?"

“…Em. …Bolehkah aku memanggil namamu?”

"Hah? Ya… Apapun kecuali Shinigami tidak masalah.”

"Aku mengerti."

Aku menjawab pertanyaannya dengan kebingungan. Apostate terus menatapku…

Dan berkata.

“Kalau begitu, aku juga… Bisakah kau memanggilku Scheat?”

“Scheat?”

Saat aku mengatakan kata itu, Scheat tersenyum dengan wajah yang sangat polos.

T/N : Pengen tau masa lalunya Scheat >///<

“Itu namaku… Sampai jumpa lagi, Cain.”

“Jangan pernah datang lagi!”

Aku benar-benar tidak ingin terlibat dengannya.

"Haha. Itu tergantung pada klien."

Aku menunjukkan wajah tidak senang, tapi Scheat justru terlihat sangat senang.

Dan kali ini, dia berbalik untuk melangkah ke depan tanpa lagi melihat ke belakang.

Menyadari ini adalah akhir dari pembicaraan kami, aku juga berbalik.

Tetap saja, sampai kehadiran Scheat benar-benar lenyap, aku tidak bergerak sedikit pun.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?