Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 55 - Dia dan Reuni
[POV Lidi]
Sesuai
rencana, keesokan paginya aku mengunjungi Istana bersama ayah dan kakak.
Jadwal hari ini adalah menyambut Freed di pagi hari. Dan di malam harinya ada pesta perayaan kemenangan.
Tujuan
diberi jangka waktu sampai pesta perayaan kemenangan di malam hari adalah untuk
memberi para prajurit sedikit waktu untuk menghabiskan waktu bersama keluarga
dan tunangan yang datang untuk menyambut mereka. Setelah pesta selesai, para
prajurit akan kembali ke tugas biasanya dan tidak punya waktu untuk bersantai.
Mereka mungkin diberi hari libur khusus, tetapi itu akan diputuskan nanti.
Untuk para prajurit yang ingin cepat bertemu keluarganya, ini waktu yang penting.
Saat
aku mengikuti ayah dan kakak berjalan di koridor Istana dengan memakai pakaian
formal, aku mengerti semua orang yang menuju ke tempat yang sama menatapku
dengan penuh minat. Aku bisa mendengar percakapan mereka yang dilakukan dengan
bisik-bisik.
“Itu
Keluarga Vivouare...”
“Luar
biasa, bukankah dia Putri Phantom. Ada rumor dia sakit-sakitan, apa tidak
apa-apa dia datang ke sini.”
“Ini
pertama kalinya aku melihatnya. Hee...
Seperti yang diharapkan, dia orang yang cantik...”
“Kalau
aku tidak salah, dia adalah tunangan Yang Mulia Putra Mahkota? Ini adalah hasil
dari penyalahgunaan wewenang Perdana Menteri.”
“Dia
tidak akan bisa melakukan tugas Putri Mahkota dengan tubuh yang lemah. Hanya
masalah waktu sebelum seorang selir diundang.”
“Tapi,
Yang Mulia Putra Mahkota sepertinya menyatakan bahwa beliau tidak akan
mengambil selir selama Upacara Pertunangan...”
“Benarkah
itu?”
"Ya
ampun! Tuan Alexei juga datang. Dia terlihat tampan seperti biasanya."
“Ya,
sepertinya beliau sudah kembali dari Duchy. Katanya, beliau akan kembali
menjadi asisten Yang Mulia Putra Mahkota.”
“Sungguh
pemandangan yang tidak biasa bagi mereka bertiga untuk hadir.”
Tatapan
dan kata-kata kasar yang sangat tidak menyenangkan.
Seperti
biasa, aku diperlakukan seperti binatang langka. Aku tidak terlalu keberatan.
Tapi,
aku harus melakukan sesuatu tentang diriku yang dicap sebagai orang dengan
fisik yang lemah.
Saat
aku mendesah lelah, ayah yang berjalan di depanku, berbicara tanpa menoleh ke
belakang.
"Apa
yang salah, Lidi?”
“Tidak,
aku hanya merasa bahwa semua orang menyukai rumor.”
Ketika
aku menjawab dengan senyum pahit, ayah mengamati sekeliling dengan tatapan
tajam.
Semua
orang yang barusan membicarakanku pun seketika terdiam.
Kakak
yang berada di sebelah ayah, dia terlihat tertawa dengan sangat puas di dalam
hatinya.
“Orang-orang
itu hanya bisa bergosip. Mereka tidak akan merugikan atau pun menguntungkan.
Abaikan mereka.”
"Iya..."
Dengan
patuh aku mengangguk pada kata-kata ayah yang sengaja diucapkan dengan keras.
Memang
benar...
Aku
mengangkat bahu pada banyak orang yang tidak pantas mendapatkan hiburan selain
tatapan tidak setuju.
Tapi,
saat aku mencoba memikirkan hal lain, aku mendengar suara melengking.
“Dia
tunangan Putra Mahkota? Aku ingin tahu apakah dia, yang tidak cukup tampil
dalam pergaulan kelas atas, cocok untuk peran Putri Mahkota?”
Aku
ingat perasaan yang ditujukan padaku ini.
Tidak
ada yang membingungkan dengan perasaan apa ini... Ini adalah kecemburuan.
Karena
suara itu datang pada saat semua orang terdiam, suaranya bergema melalui koridor.
Tidak mengherankan, aku tidak bisa mengabaikannya, perlahan aku menatapnya.
Memakai
gaun dengan desain modis, wanita yang sedikit montok dengan wajah bulat melotot
ke arahku. Ketika aku membandingkannya dengan ingatanku, aku segera menyadari
siapa dia.
―――Putri
tertua dari Keluarga Baron Citrine.
Aku
mengingat-ingat profilnya. Dan... Oh? Itulah yang kupikirkan.
Dia
membuat komentar yang jelas-jelas tidak menyenangkan kepadaku, tetapi dia itu
sudah bertunangan dengan salah satu anggota Ordo Primera Chivalric yang akan
kembali hari ini.
Hanya
kerabat dari peserta ekspedisi melawan invasi Tarim yang boleh ada di tempat
ini sekarang.
Artinya,
dia datang ke sini untuk menyambut satu orang, tunangannya.
...Begitu,
dia sangat cemburu sehingga dia akan melontarkan komentar buruk meskipun sudah
memiliki tunangan.
Dengan
perasaan agak campur aduk, aku menatapnya lekat-lekat.
Ternyata,
Event Mendapatkan Rasa Cemburu dari
Wanita yang Menyukai Freed juga bisa didapatkan dari orang yang sudah
memiliki status pernikahan.
Di
bawah tatapanku, dia mundur beberapa langkah dengan tersentak.
Berbicara
tentang Ordo Primera Chivalric, mereka adalah ordo ksatria terkenal yang
sepenuhnya terdiri dari para ksatria elit. Kebanyakan dari mereka adalah anak
bangsawan. Kupikir dia cukup baik untuk bertunangan dengan salah satu dari
mereka, tetapi meskipun demikian, tampaknya rumput di sisi lain selalu terlihat
lebih hijau.
Bagaimanapun,
terjebak dalam kecemburuan yang tidak berharga dari wanita muda itu cukup
mengganggu. Aku ingin tahu apakah aku bisa menyingkirkannya.
“Lidi.”
Suara
ayah membuatku kembali ke akal sehatku.
Dengan
cekikikan, dengan lembut aku menggelengkan kepalaku seolah itu bukan apa-apa.
Meski
begitu, aku belum melupakan ucapannya. Sudah pasti mataku tidak ikut tersenyum
seperti mulutku.
"Ini
bukan apa-apa. Hanya saja, aku bertanya-tanya, apakah pertunanganku dengan Yang
Mulia Putra Mahkota sangat membuat iri meski dia sudah memiliki tunangan di Ordo
Primera Chivalric. Itu sebabnya aku tertawa."
“Ap...”
Kurasa
dia mendengar kata-kataku, saat wanita muda itu tersipu dan kehilangan
kata-kata.
Ayah
memperhatikannya, lalu dia sedikit senyum.
“Ada
orang bodoh yang tidak bisa memahami status mereka di mana-mana. Tidak
membiarkan orang lain memiliki apa yang diinginkan hanya bisa disebut picik dan
tidak pantas.”
Setelah
itu, sambil tersenyum, kakak juga ikut berkata.
Saat
ini, kami sedang berada di tempat resmi, jadi kakak sedang dalam mode sikap
pewaris Keluarga Duke yang baik.
“Meskipun
rasa cemburu mungkin tidak bisa dihindari, mengungkapkannya melalui fitnah
sungguh memalukan. Aku tidak bisa menganggapnya sebagai perilaku dari seorang bangsawan.
Bukankah itu tidak pantas, Ayah?”
"Seperti
yang kamu katakan."
Di
bawah kritik mereka, wanita muda itu sudah pingsan.
Orang-orang
di sekitar yang mungkin memiliki perasaan tidak enak terhadapku mengalihkan
pandangan mereka.
Kurasa
dia merasa kalau dirinya sudah dijahati karena aku menjadi tunangan Putra
Mahkota. Tapi, lawannya, yakni kami Keluarga Vivouare berada di luar
jangkauannya.
Aku
muak dengan semua hal ini, dan sudah pasti ayah dan kakak tidak akan tinggal
diam.
Dalam
kasus terburuk, masalahnya mungkin akan didengar oleh ayahnya, Baron Citrine.
Meninggalkan
putri Baron yang pucat itu, kami mempercepat langkah kami.
Keluar
dari koridor, ayah terus berjalan keluar.
Katanya,
kami akan menyambut mereka tepat di Gerbang Transfer dan dibawa ke ruang kosong
yang luas di dekat menara timur.
Melihat
Gerbang Transfer besar yang tak terduga untuk pertama kalinya, aku terkejut.
Pantas.
Bahkan jika itu disebut Transfer Gate, itu adalah dua pilar besar yang terpisah
beberapa ratus meter. Di pilar itu, ada pola rumit yang terukir, aku hanya
mengerti bahwa itu adalah formula sihir tingkat tinggi.
Aku
tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku, karena itu terlalu berbeda dari
gerbang transfer biasa di kota atau gereja.
“Besar...”
Ayah
yang melihatku terkejut dengan ukuran gerbang transfer ini pun memberiku
penjelasan.
“Ini
adalah gerbang transfer yang dapat memindahkan ribuan orang sekaligus.
Bentuknya sangat berbeda dari gerbang transfer biasa. Karena dapat mentransfer
banyak orang, itu membutuhkan kekuatan magis yang besar dan perawatan yang
rumit. Selama beberapa generasi, pengelolaannya dilakukan oleh Komandan Divisi
Penyihir, saat ini Will adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab untuk
itu.”
“Jadi
begitu...”
Selagi
terkesan dengan penjelasan ayah, aku mendengar ada suara bas rendah yang
memanggil kakak.
“Bukankah
ini Alex...”
Melihat
ke arah suara itu, terlihat Yang Mulia Raja yang dikawal oleh pengawal kerajaan
sedang menatap kakak dengan senyum lembut.
Tanpa
panik, kakak membungkuk dengan hormat.
“Maafkan
ketidaksopanan saya, Yang Mulia. Saya dengan tulus meminta maaf atas salam saya
yang tertunda.”
"Tak
apa. Pelatihanmu sebagai pewaris telah berakhir. Pastinya Freed akan merasa
lebih tenang dengan kembalinya dirimu. Aku ingin kamu membantunya agar
pekerjaannya lebih ringan."
“Saya
tidak pantas mendengar kata-kata tersebut. Saya pasti akan melakukannya sebaik
mungkin."
Mengikuti
ayah dan kakak, aku juga membungkuk ke arah Yang Mulia Raja
Setelah
memperhatikanku, Yang Mulia Raja memanggilku.
“Nona
Lidiana. Syukurlah kamu datang ke sini. Kedatanganmu akan menjadi hadiah
terbaik untuk putraku. Meskipun, kupikir putraku akan menimbulkan masalah,
temanilah dia di masa mendatang nanti.”
“Itu
adalah kehormatan yang sangat besar bagi saya. Saya siap untuk mendukung Yang
Mulia Putra Mahkota dengan kemampuan terbaik saya.”
“Emm...”
Melihat
Raja mengangguk puas, diam-diam aku menghela nafas lega. Aku merasa sangat
gugup.
Meski
begitu, Freed dan ayahnya benar-benar mirip. Dengan rambut pirang dan mata
birunya, yang dikatakan sebagai warna Keluarga Kerajaan, beliau terlihat
seperti apa yang aku bayangkan mengenai penampilan Freed di masa depan nanti.
Aku
mengamati sekeliling dengan cepat, tapi sepertinya Ratu tidak akan datang. Agak
disesalkan, karena aku ingin berbicara dengannya tentang berbagai hal.
Kemudian,
Raja dan Ayah mulai berbicara.
Tidak
berpartisipasi dalam percakapan, aku mundur beberapa langkah, ketika tiba-tiba
Gerbang Transfer bersinar pucat. Formasi sihir yang sangat besar muncul di
langit dan cahayanya menjadi sangat terang. Sangat memesona sehingga aku tidak bisa
melihat sumbernya lagi.
"Mereka
datang."
Tanpa
kusadari, kakak mendekat ke arahku dan membisikkan kata-kata itu ke telingaku.
Aku
menatap lekat-lekat dengan mata menyipit ke Gerbang Transfer, dan saat cahaya
menghilang, sejumlah besar tentara muncul.
Meskipun
aku sudah diberitahu sebelumnya, tetapi pemandangan ribuan tentara yang muncul
sekaligus memang sangat menakjubkan.
Aku
sangat kagum melihat seni magis berskala besar untuk pertama kalinya.
Para
prajurit yang datang segera mencari-cari dan berlari ke keluarga mereka
masing-masing.
Saat
aku menyaksikan pemandangan yang menyenangkan itu, aku melihat seorang pria
mencolok dengan rambut emas. Tidak diragukan lagi, itu adalah Freed.
Dia
belum melihatku. Sepertinya dia sedang berbicara dengan seseorang.
"Ah..."
Tanpa
sadar aku meninggikan suaraku.
Freed
yang sedang berbicara dengan seseorang terlihat sedikit lebih kurus dibanding
dirinya sebulan yang lalu.
Rambutnya
yang mungkin tumbuh memanjang disisir ke belakang dengan santai.
Aku
tidak tahu apa yang harus kulakukan.
Aku
tidak bisa memanggilnya, namun tatapanku tidak beralih darinya.
Melihat
penampilanku, entah kenapa kakak tertawa geli.
Tuk...
Kakak menepuk punggungku.
"Lidi,
itu Freed."
"...Iya."
Aku
tahu. Bahkan tanpa diberitahu aku tahu betul.
Meski
begitu, kakiku tidak bisa bergerak, seolah kakiku dijahit menjadi satu.
T/N
: Perumpamaannya serem banget...
Apa
dia sedang pembicaraan bisnis atau sesuatu? Tanpa bergerak, aku hanya bisa
melihatnya dengan antusias berbicara dengan pria di sebelahnya.
Tak
lama kemudian, mungkin menyadari tatapanku, dia menyelesaikan pembicaraan dan
melihat ke sini.
Mata
kami bertemu.
Ketika
dia melihatku, dalam sekejap senyum lebar muncul di wajah Freed.
“Lidi.”
Aku
dipanggil dengan suara rendah dan lembut. Mendengar suara itu setelah sekian
lama, seluruh tubuhku menggigil.
Melihat
tangannya yang terbuka, aku ragu untuk pergi ke sana.
Di
sampingku kakak berkata "Apa-apaan itu..." dengan bahunya yang gemetar
karena tertawa, tapi aku tidak peduli tentang itu.
Aku
tidak bisa mengalihkan pandangan darinya. Melihatku, sekali lagi Freed
memanggilku.
Tergoda
dengan hal itu, aku mengambil langkah maju. Anehnya, begitu aku melangkah, secara
spontan aku mulai bergerak. Sebelum aku menyadarinya, aku berlari cepat, dan
tanpa sadar melompat ke pelukannya yang terbuka.
"Freed!!"
“Aku
pulang, Lidi.”
Dipeluk,
aku merasa sangat lega sampai ingin menangis. Aku melingkarkan tanganku di
punggungnya dan membalas pelukannya dengan erat. Saat aku membenamkan wajahku
di dadanya, aku bisa mendengar jantungnya yang berdebar keras.
Di
saat aku, akhirnya benar-benar merasa bahwa dia kembali dengan selamat, bagian
dalam dadaku berdenyut.
Perlahan
tapi pasti air mata mengalir deras, sambil berusaha menyembunyikannya aku
berkata dengan suara kecil.
"...Selamat
datang kembali."
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment