Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 54 - Dia dan Menghabiskan Waktu Bersama
[POV Lidi]
“Lidi,
Putra Mahkota akan kembali besok. Bersiaplah agar kamu bisa pergi ke Istana di
pagi hari.”
"Baik."
Saat
makan malam berakhir, ayah mengatakan itu seolah-olah dia baru ingat untuk
memberitahuku.
Sudah sekitar sebulan sejak Freed pergi karena invasi Tarim.
“Bahkan
jika Lidi tidak pergi ke sana, Freed pasti akan langsung menuju ke... Haa...
Luar biasa.”
Saat
kami makan makanan penutup, tiba-tiba kakak berbicara seperti itu.
Ngomong-ngomong,
makanan penutupnya adalah 'daifuku stroberi' yang aku perkenalkan ke Delris tempo
hari yang lalu. Aku berbagi resep dengan Kepala Koki, Thomas, dan itu baru diresmikan
hari ini.
Persis
seperti yang dikatakan kakak, sekarang dia benar-benar kembali ke Ibukota dan
segera kembali bekerja sebagai asisten Freed. Kakak terlihat sangat senang
dengan daifuku stroberi, dia terus menerus melemparkannya
ke mulutnya.
Setelah
mendengar ucapan kakak, ayah mengerutkan alisnya.
Namun,
wajah tegasnya itu menjadi lucu karena ada sisa makanan yang menempel di
sekitar mulutnya.
"Apa
yang kamu katakan? Lidi adalah tunangan Putra Mahkota. Wajar jika Lidi ikut
menyambut beliau."
"Yah...
Freed akan sangat senang jika Lidi pergi, seperti itulah..."
Mendengar
nada ringan kakak, ayah menatap ke atas dengan sedih.
“Kamu
benar-benar... Itu benar, Alex, kamu juga harus ikut besok. Karena kamu sudah
kembali, maka kamu harus menyapa Yang Mulia Raja dan Putra Mahkota.”
Sambil
mengatakan itu, ayah mengambil karya baruku, 'daifuku kacang asin'. Aku mencoba
mengejutkan mereka dengan membuatnya debutnya bersama dengan daifuku stroberi,
dan tampaknya itu menjadi favorit ayah.
Kakak
mengangguk dengan kuat pada kata-kata ayah.
“Aku
akan pergi, aku akan pergi. Bodoh sekali kalau aku melewatkan acara utama,
'adegan reuni yang emosional'. Menurutmu kenapa aku kembali? Ngomong-ngomong, aku
akan menggantikan Glen dengan kembali ke posisiku semula, meski aku tidak ingin...
Ngomong-ngomong Lidi, ini benar-benar enak.”
“...Terima
kasih.”
Bukankah
aku hanya diperlakukan dengan acuh tak acuh.
Aku
mencoba merengut padanya, tapi lagi-lagi kakak mengambil daifuku stroberi.
Melihatnya
saja sudah membuat perutku mulas. Apa ini sudah kelima kalinya dia memakan
itu...?
Terlepas
dari ekspresinya yang jengkel, ayah mengisi pipinya dengan daifuku kacang asin.
Mereka
sama... Tidak salah lagi, mereka adalah orang tua dan anak... Ugh...
“Alex,
sebenarnya apa yang kamu...”
"Bukan,
hanya saja, ketenangan Freed yang biasa itu akan hancur. Hahaha...
Membayangkannya saja sudah membuatku tertawa."
Sambil
mengatakan hal itu dan tertawa, lagi-lagi kakak meraih daifuku. Tapi kali ini
dia mencoba meraih daifuku kacang asin. Tapi, ayah menghentikannya.
“Ah...
Apa ini...”
Mengangkat
alisnya yang indah, kakak mencela ayah.
“Sikapmu
terhadap Putra Mahkota itu tidak sopan. Dan ini adalah milikku.”
“...Pak
tua, kamu pelit.”
Meskipun
itu bukan masalah besar, kakak keberatan.
Setelah
merampas daifuku kacang asin dari kakak, ayah tertawa dengan puas.
Tapi
tunggu sebentar... Yang mereka lakukan itu hanyalah memperebutkan daifuku.
Apa
yang sebenarnya dipikirkan kedua pria dewasa dengan status sosial yang tinggi
ini?!
“Ngomong-ngomong
soal besok pagi. Putra Mahkota pasti kelelahan. Sebagai tunangannya,
pulihkanlah beliau.”
Sambil
mengunyah daifuku yang direnggut dari kakak, ayah mengatakannya dengan ekspresi
serius.
...Aku
benar-benar ingin berhenti mendengarkan obrolan mereka.
“Pulihkan,
maksudmu dengan tubuhnya (Lidi)? Haha. Jika itu terjadi, Freed tidak akan
membiarkannya pulang, kan?”
Mendapatkan
daifuku yang baru dibawa oleh seorang koki, kakak membuat senyum yang berseri-seri.
Kakakku,
lelucon itu bukanlah bahan tertawaan.
Membayangkannya,
aku tenggelam dalam keheningan, dan dengan daifuku di tangannya, alis ayah
berkedut.
“Alex,
semua yang kamu lakukan itu vulgar.”
“Ahahaha.
Pak Tua, jangan khawatir tentang detail kecil seperti itu. Jika keduanya
bertemu, hal itu tidak bisa dihindari.”
Dengan
mudah menghindari kemarahan ayah, seketika kakak memakan daifuku kacang asin.
Sambil
berkata "Ah... Ini enak." dia mengambilnya lagi. Berapa banyak yang
ingin dia makan?
Melihat
kakak tidak peduli sama sekali, suara ayah menjadi kasar.
“Ini
tentang kedisiplinan dari seorang pewaris Keluarga Duke. Kapan kamu akan
memahaminya?!!”
Kumohon...
Antara marah atau makan. Pilihlah salah satu.
Terkejut
oleh ayah yang meskipun sedang marah tapi dia tetap tidak pernah melepaskan
daifuku. Aku pun berbicara.
Ah...
Ngomong-ngomong, aku sudah berhenti makan sejak tadi.
Karena
melihat ayah dan kakak makan membuatku kehilangan nafsu makan.
“Ayah,
kumohon tenanglah. Sifat kakak memang seperti ini. Kurasa sikapnya yang agak
vulgar itu tidak akan berubah.”
"Ya
ampun... Lidi, Alex, kalian berdua sama saja. Sama-sama kasar."
Ketika
ayah menjawab kata-kataku seperti itu, ibu, yang ada di depanku tertawa keras.
Ibu
juga sudah selesai makan. Dia hanya memakan satu daifuku stroberi. Itu benar, memakan
satu saja sudah cukup memuaskan.
"Ibu,
aku hanya mengatakan yang sebenarnya."
“Tidak
masalah, kepura-puraan Alex tidak kalah dengan kepolosanmu. Aku hanya khawatir
bagaimana Alex akan membawa pulang pengantin.”
Aku
sangat setuju dengan ibu saat dia berkata kapan
aku bisa melihat cucu sambil menghela nafas.
“Ibu,
itu pertanyaan yang sulit. Tidak peduli seberapa berani orang itu, kuyakin dia
(calon Alex) akan kabur, bahkan tanpa alas kaki.”
“Li...
Di... Lihatlah ke cermin. Atau lebih tepatnya, berbicara tentang sikap, Lidi...
Kamu juga sama, bahkan ayah juga, pak tua ini juga sama saja saat berada di
Istana, sikapnya penuh dengan kepura-puraan.”
T/N
: Udah turunan ternyata sikapnya guys...
Hahaha
Saat
aku berbicara dengan ibu tentang masalah calon istri kakak. Seketika, kakak
memotong pembicaraan kami dengan paksa.
Memang
sulit dipercaya, ayahku yang disebut Perdana Menteri berkepala dingin.
Faktanya,
dia adalah orang yang cerewet, berisik. Benar-benar berbeda.
Itulah
yang kupikirkan, tapi tampaknya ayah keberatan dengan itu.
“Itu
karena kalian berdua selalu membuatku harus berteriak atas kelakuan kalian yang
tidak sopan!!”
“Tidak...
Tolong jangan menyamakanku dengan kakak.”
Lagi-lagi
aku disamakan dengan kakak. Tapi kali ini aku tidak bisa memprotes, namun kakak
langsung menyuarakan keberatan.
“Tidak,
aku tidak ingat kalau kau pernah memanipulasi orang-orang di sekelilingku seperti
Lidi?”
"Begitu
juga denganku. Aku tidak pernah bersikap sepertimu."
Aku
merengut karena kesal dan merasa kerepotan untuk berbicara lebih lanjut, tapi
kakak mengabaikanku dan mengambil daifuku stroberi lagi.
Aku
merasa semakin merasa jijik karena lagi-lagi dia memakan daifuku, aku
mengalihkan pandanganku.
Aku
mengakui bahwa ada perut yang terpisah untuk permen, tapi aku yakin bahwa itu
juga ada batasannya.
Bagaimana
bisa berat badannya tidak bertambah.
“...Hei,
kalian bersaudara itu mirip satu sama lain. Kenapa kalian tidak menyadari
betapa sikap kalian itu terus membuatku khawatir...”
Aku
berharap, setidaknya ayah harus menyeka mulutnya dari sisa makanan di sudut
mulutnya sebelum mengucapkan kalimat yang begitu penting sambil mendesah
seperti itu.
Benar-benar
menyedihkan, tapi inilah kebenaran dari keluarga bangsawan nomor satu di negeri
ini.
Ayah
adalah Perdana Menteri yang cerdas dan berkepala dingin. Kakak adalah penerus keluarga
ini yang memiliki masa depan menjanjikan sebagai tangan kanan Putra Mahkota.
Seharusnya
mereka itu membicarakan hal-hal yang penting dan berbobot, lalu kenapa ruangan
ini malah berubah menjadi kacau?
Ayah
dan kakak dengan kekanak-kanakan memperebutkan daifuku, apa yang mereka
bicarakan juga sangat konyol.
Ini
benar-benar seperti pembicaraan di meja dari keluarga orang biasa.
Tidak,
tentu saja mereka berbicara tentang Putra Mahkota, tapi...
Jika
ini diketahui oleh bangsawan lain, aku yakin kita akan sangat malu sampai tidak
bisa menunjukkan wajah kita di depan umum. Alasan kenapa sistem keamanan kita
begitu kuat, mungkin agar para pelayan di sini tidak akan bisa mengungkap aib
majikan mereka. Aku punya firasat seperti itu.
"Sayang,
kamu tidak perlu khawatir secara berlebihan seperti itu lagi, kamu tahu?"
“Rosina...”
Dengan
penghiburan dari ibu, akhirnya ayah menjadi tenang.
Mengambil
kesempatan untuk jeda dalam percakapan ini, aku segera meninggalkan tempat
dudukku.
"Kalau
begitu, aku permisi dulu."
Silakan
makan daifuku sesuka hati kalian.
Aku
ingin tahu berapa banyak kalian bisa memakannya.
Meninggalkan
mereka berdua yang masih ingin makan, aku kembali ke kamarku.
***
“Ahahaha!
Percakapan Putri sangat lucu.”
Saat
aku kembali ke kamar, Cain sedang menahan perutnya sambil tertawa. Sepertinya
dia mendengar percakapan bodoh kami beberapa waktu lalu.
Saat
aku bertanya di mana dia berada, dengan santai dia menjawab bahwa dia berada di
atas langit-langit.
Benar-benar
seorang ninja!
...Dia
adalah seorang ninja. Yup, tidak salah lagi.
Aku
ingin tahu ke mana dia pergi dan apa yang dia lakukan ketika dia terpisah
dariku.
Kalau
dipikir-pikir, sejak kita membuat kontrak, beberapa kali Cain menghilang dari
sisiku. Bukannya aku tidak mengkhawatirkan ke mana dia pergi, tapi aku tidak
sengaja mengungkitnya. Aku tidak ingin mengikatnya, kupikir tidak apa-apa jika
dia melakukan apa yang dia inginkan.
“Ternyata
sikap Perdana Menteri dan Pewaris Keluarga Duke seperti itu. Berantakan sekali. Pasti kamu
terkejut, bukan?”
Saat
aku menghela nafas, Cain masih tertawa sambil menggelengkan kepalanya.
“Daripada
terkejut, aku tidak bisa mempercayainya. Aku sering menyelinap ke rumah
bangsawan untuk bekerja, tapi ini pertama kalinya aku melihat sesuatu yang
begitu menarik. Kalau dipikir-pikir, mereka adalah keluarga Putri. Ini sangat
alami, ya.”
‘Pekerjaan’
yang dia sebutkan pasti pekerjaannya yang dulu, yakni pembunuh.
Baru-baru
ini, aku menyadari bahwa moralitas Cain itu sebenarnya sudah rusak.
Saat
dia melarikan diri dari Serikat Pembunuh Bayaran, kupikir, itu karena dia muak
membunuh, tapi tampaknya bukan itu masalahnya. Dia bilang, dia hanya ingin
memenuhi keinginan terakhir ayahnya, dan dia juga tidak ragu untuk membunuh.
Bukankah tidak masalah
untuk menyingkirkan rintangan? Itulah yang dia katakan.
'Bunuh'
adalah hal nomor satu yang bisa dia lakukan..
“Apakah
Putri akan pergi ke Istana besok?”
Saat
aku masih memikirkan tentang Cain, tiba-tiba saja Cain mengonfirmasi jadwalku.
Sepertinya
dia juga mendengarnya di pembicaraan tadi.
“Ya,
karena Freed akan kembali, aku akan menyambutnya di pagi hari.”
“Tunangan
Putri yang dirumorkan. Aku sudah memikirkannya sebelumnya, tetapi Putri memanggilnya
dengan nama kecil. Tampaknya, kalian sangat akrab?”
“Itu
karena dia memaksaku untuk memanggilnya seperti itu. Freed akan kembali dari invasi
Tarim.”
"Kebiasaan
Wilhelm, invasi Tarim pada saat musim dingin, ya..."
Cain
mengatakannya sambil melipat tangannya, bersedekap seperti mencoba mengingat
sesuatu.
“Putra
Mahkota Wilhelm... Ah, itu. Pria dengan julukan yang mengesankan, 'Sempurna'.”
“Jadi
kamu tahu? Tentang Putra Mahkota.”
Lagi pula aku punya
julukan 'Shinigami Merah', sepertinya tebakanku benar, jadi dialah tunangan
Putri –dia berkata dengan mata berbinar penuh
kekaguman.
“Menurut
rumor, Putra Mahkota sangat kuat, bukan? Bahkan di Sahaja aku sering mendengar
tentangnya. Selain itu, katanya Sahaja tidak bisa sembarangan menyerang Wilhelm
karena Putra Mahkota itu.”
"Hee..."
Aku
memang sudah mendengarnya dari kakak kalau Freed itu kuat, tapi tidak kusangka
sampai seperti itu.
Mungkin
karena tertarik, Cain mencondongkan tubuhnya ke depan dan bertanya.
“Putri,
pria macam apa Putra Mahkota itu?”
"Macam
apa..."
Bagaimana
ini? Aku harus menjawabnya seperti apa...?
Kesanku
tentang Freed?
Pertama-tama,
penampilannya luar biasa. Setiap bagian tubuhnya sangat proporsional, dia
terlihat cantik. Rambut pirang, mata biru, tinggi, tubuh ramping yang terlatih
dengan otot yang tegas. Kepribadiannya memiliki aspek yang jahat, tetapi pada
dasarnya lembut. Ah, tapi sayang watak seksu*lnya tak tertandingi, sesat, dan brutal.
Dia
ahli dalam se*s, tapi dia tanpa ampun melakukannya, bahkan ketika aku berkata
bahwa itu sudah tidak mungkin, dia tetap tidak berhenti.
Ah...
Tapi setelah selesai melakukannya dia memanjakanku dengan sepenuh hati. Rasanya
nyaman dipeluk olehnya, dan aku suka saat dia membelai rambutku. Terlebih, saat
dia tersenyum padaku dengan wajah terpesona... Hah...?
“Uwaaaaaaa!!”
“Pu-Pu...
Putri?”
Apa
yang kupikirkan barusan?!!
Aku
ingin membenturkan kepalaku ke dinding. Aku tidak percaya kalau aku memiliki
pikiran erot*s yang menakutkan. Apa yang merusakku? Kendalikan dirimu, Lidi!!
Cain
menatapku yang terengah-engah dengan cemas.
"Apa...
Semuanya baik-baik saja?"
“...Aku
baik-baik saja, tidak ada masalah.”
Aku
baik-baik saja, tapi tidak dengan pikiranku.
"Ba-Baiklah..."
Aku
menarik napas dan tersenyum canggung.
Lupakan...
Lupakan...
“...Yah,
tidak ada masalah dengan Freed. Emm... Dan? Cain, maukah kamu ikut besok?”
“Wajar
bagiku untuk menemani tuanku. Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke Istana
Kerajaan Wilhelm, jadi aku akan menyelidiki dengan hati-hati.”
“Pertama
kalinya? Apa itu berarti kamu sudah pernah menyusup ke Istana negara lain?”
“Ah...
Iya.”
Karena aku luar biasa,
dengan mudah Cain menegaskannya, aku menurunkan pundakku, seolah-olah berkata jadi seperti itu, ya.
Pada
akhirnya, aku belum memberi tahu ayah tentang Cain.
Ada
terlalu banyak hal samar tentang Cain, sejujurnya aku akan bermasalah jika Cain
diselidiki, jadi aku berniat untuk tetap diam sampai Cain ditemukan dengan
sendirinya.
Selama
Cain tidak melakukan kesalahan dan ketahuan, aku sudah sangat terbiasa
dengannya.
“...Bahkan
jika aku berkata ‘tidak boleh’, kamu tidak akan mendengarkannya, bukan? Aku
tidak akan melarangmu untuk ikut, tapi tolong pastikan kamu tidak ketahuan oleh
penjaga Istana.”
"Hah?
Siapa yang akan melakukan kesalahan seperti itu?"
Cain
tertawa, meski begitu, aku tetap memperingatinya.
"Bahkan
jika kamu ketahuan, sangat tidak boleh melakukan hal-hal seperti menghapus saksi."
“......”
Tak
ada jawaban. Kenapa dia diam saja?
“Cain?”
Saat
aku menekannya, dia mendecakkan lidah, lalu mengangguk dengan enggan.
Bahaya.
Anak ini benar-benar ingin membunuh.
“...Jika
Putri berkata begitu. Aku mengerti. Saat menghadapi hal yang tidak terduga, aku
tidak akan membunuh untuk menghilangkan jejak. Aku hanya akan membuatnya
sekarat saja.”
"...Terima
kasih."
Dia
sepertinya tidak mengerti. Penjaga Istana dibuat sekarat oleh orang yang tidak
diketahui? Sudah pasti itu akan menimbulkan masalah! Dan pelakunya adalah
seseorang yang berhubungan denganku. Aku membujuk Cain dengan wajah serius.
“...Aku
benar-benar memohon padamu. Jangan sampai kamu ketahuan, oke?”
“I...
Iya...”
Ketika
aku meletakkan tanganku di bahu Cain dan mengatakannya sambil memberi penekanan
intonasi pada kata-kataku, wajahnya sedikit berkedut, dia tetap menjawab dengan
tegas.
Aku
ingin tahu, apakah Cain benar-benar tidak akan melakukan kesalahan?
Meskipun
dia sudah berjanji, anehnya aku merasa khawatir dan hampir tidak bisa tidur
malam itu.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment