Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 53.5 - Pembicaraan yang Tidak Relevan 2
[POV Freed]
Tatapan
para wanita muda itu menjengkelkan.
Saat
menghadiri pesta kemenangan yang diadakan di kediaman Margrave Shallum,
diam-diam aku menghela nafas tanpa ada seorang pun yang menyadarinya.
***
Mencegah invasi Tarim tahun ini lebih mudah dari yang diharapkan. Aku ingin segera pulang, tapi aku tidak bisa melakukan itu.
Tindakan
pascaperang tetap ada.
Sebenarnya,
pekerjaan administrasi sesudah peranglah yang membutuhkan masalah lama
dibanding dengan bertarungnya.
Para
prajurit bekerja mengumpulkan mayat, memperbaiki rumah atau jalan, semua orang
telah direkrut untuk berbagai pekerjaan.
Aku
tidak bisa meninggalkan tempat ini dan pulang begitu saja sampai tingkat
tertentu.
"Putra
Mahkota."
Margrave
Shallum memasuki ruangan yang sementara aku tempati di sini.
Melihat
tumpukan dokumen di tangannya, sekejap aku merasa pusing.
Akan
sangat berbeda jika Alex ada di sini, tapi sayangnya aku sendirian di sini.
Aku
bertanya-tanya kapan aku bisa kembali ke Ibukota.
“Tinggalkan
di sana. Aku akan menyelesaikannya secepat mungkin.”
Setelah
aku menunjuk lokasi di mana Margrave Shallum bisa meletakkan dokumen, Margrave
Shallum tersenyum pahit dan meletakkan tumpukkan dokumen di sana.
“Saya
minta maaf, Putra Mahkota. Memang ada banyak hal yang memerlukan persetujuan
Anda. Tapi, bisakah Anda melihat ini juga?”
Aku
memegang kepalaku saat mendengar kata-kata itu.
"Aku
yakin di tumpukan dokumen itu ada hal-hal yang tidak berkaitan dengan masalah
pascaperang, itulah alasannya... Tapi, aku ingin pulang secepat mungkin."
Tindakan
pria di depanku ini jelas-jelas mengatakan ada banyak hal yang tidak terkait
dengan masalah pascaperang.
Tentu
saja, tanpa menggunakan Gerbang Transfer, Ibukota berada jauh dari sebelah utara,
jadi aku mempertimbangkan untuk segera mendapatkan persetujuan. Margrave
Shallum mengerti itu.
Namun,
terlepas dari sikapnya yang pengertian, aku tetap tidak bisa pulang begitu
saja.
Tiba-tiba
Margrave Shallum menjadi tertarik dengan kata-kataku.
“Oh...
Biasanya Anda akan meminta lebih banyak pekerjaan karena tidak ingin kembali ke
Ibukota, ada apa?”
“Keadaannya
berbeda dengan tahun lalu.”
Aku
menjawabnya sambil terus melihat dokumen-dokumen yang harus kuperiksa. Dan
Margrave Shallum menunjukkan wajah tertarik.
“...Kalau
dipikir-pikir, Putra Mahkota sudah bertunangan. Haruskah saya mengucapkan
selamat?”
Margrave
Shallum yang sadar bahwa aku sudah bosan dengan wanita, bertanya seperti dia
ingin memastikan.
Setiap
tahun aku selalu sengaja mengatasi masalah pascaperang dengan lambat.
Meskipun
pasti ada gadis yang mengincar posisi Putri Mahkota di sini, tapi jumlah mereka
rendah, jadi keadaan di sini tidak seburuk di Ibukota.
Di
sini tidak ada pesta malam, aku hanya perlu menghadiri pesta kemenangan.
Bisa
dikatakan bahwa ini adalah tempat yang relatif tenang bagiku untuk menghabiskan
waktu.
Namun,
itu adalah kejadian setahun yang lalu.
Sekarang,
setelah aku bertemu dan bertunangan dengan Lidi, aku benar-benar ingin kembali
padanya secepat mungkin.
"Pasti.
Dengan segala cara, ucapkan selamat dan rayakan."
Ketika
aku mengatakannya dengan senyum, Margrave Shallum menyipitkan matanya karena
lega dan mengangguk berkali-kali.
“Itu
sangat indah. Selamat, Putra Mahkota. Kalau dipikir-pikir, ada rumor di antara
para prajurit. Dikatakan bahwa pada hari Upacara Pertunangan, Anda mengunci
tunangan Anda di kamar Anda.”
Aku
tidak menyangka itu akan sampai ke telinga Margrave Shallum dengan cepat.
Aku
pikir bagus kalau rumor itu tersebar, itu bisa membuat semua orang tahu bahwa
ini bukan pernikahan politik tanpa cinta, tapi aku tidak pernah menyangka
Margrave Shallum akan mendengarnya.
Tapi
karena ini tentang Lidi, tidak ada alasan untuk menyembunyikannya.
Aku
menegaskan dengan menjawab itu benar
dan berkata.
“Sejujurnya,
aku ingin menguncinya di kamarku sampai Upacara Pernikahan. Tapi, pagi harinya
dia langsung kembali ke kediamannya. Tepat ketika aku berpikir untuk
menjemputnya, ekspedisi ini terjadi. Aku berharap, aku tidak dipisahkan dari
kekasihku segera setelah kami bertunangan.”
Ketika
aku menghela nafas dengan sedih, aku mendengar tawa yang hangat.
"Putra
Mahkota, sihir yang Anda gunakan saat melawan Tarim. Saya rasa itu dipenuhi
dengan kekuatan yang luar biasa, tetapi apakah Anda hanya melampiaskan amarah?"
“Aku
tidak menyadarinya, tapi mungkin memang begitu.”
Meskipun
kekuatan sihirku stabil berkat 'Bunga Raja', aku tidak bisa tanpa syarat
menyangkal apa yang dia katakan.
Aku mengerti,
Margrave Shallum mengelus dagunya. Janggut putih panjangnya berayun-ayun.
“Jika
saya ingat dengan benar, tunangan Anda adalah putri dari Tuan Perdana Menteri? Kalau
tidak salah, beliau adalah Putri Lidiana?”
“Betul
sekali. Memang ada apa?”
“Tidak,
berbicara tentang Putri Lidiana, beliau sudah lama menjadi calon tunangan Anda.
Tetapi, selama ini tidak ada tanda-tanda pertunangan secara resmi dilaksanakan.
Saya pikir Anda tidak berniat menerima Putri Lidiana sebagai Putri Mahkota.”
Mendengar
sesuatu yang tidak terduga dari Margrave Shallum, aku mengangkat wajahku dari
dokumen.
Aku
tersenyum kecil dan mengangguk.
“Itu
tidak salah. Aku memang berniat seperti itu, sampai aku bertemu dengannya. Tapi
sekarang berbeda. Kini, aku tidak bisa membayangkan hidup tanpanya.”
"Betapa
bergairahnya... Putra Mahkota bertemu dengan Putri dan jatuh cinta."
Dengan
jawaban yang serius Margrave Shallum dengan senang hati menepuk pundakku.
Memahami
bahwa dia benar-benar senang, hatiku menjadi hangat.
Aku
merasa ingin menceritakan perasaanku yang sebenarnya.
“Ini
mungkin sulit dipercaya, tapi aku benar-benar jatuh cinta pada pandangan
pertama. Aku tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi pada diriku.”
“Syukurlah
jika Anda bahagia. Setelah menyelesaikan tumpukan dokumen ini, selama Anda
menghadiri pesta kemenangan tidak akan ada masalah lebih lanjut. Silakan temui
Putri tercinta Anda.”
“Ya,
aku akan melakukan itu.”
Meskipun
aku berhasil menyelesaikan tumpukan dokumen ini, aku tetap tidak bisa langsung
pulang. Aku pun mengangguk saat mendengar kata-kata Margrave Shallum.
***
“......”
Tampil
di pesta kemenangan adalah salah satu tugasku.
Tetap
saja, kupikir tidak dapat dihindari bahwa aku akan muak dengan wanita muda yang
terus-menerus mendekatiku.
“Will,
bisakah kita segera pergi dari sini?”
“Yang
Mulia, bertahanlah sedikit lebih lama. Aku juga merasakan hal yang sama.”
Menghela
nafas sekali lagi aku memanggil teman masa kecilku, hanya untuk menerima respon
yang sama membosankannya.
Para
wanita di sekitar kami berada terlalu dekat, rasanya sangat tidak nyaman karena
mereka menatap dengan tatapan penuh cinta.
Tentu
saja, gadis-gadis akan mengincarku, yang memiliki posisi sebagai Putra Mahkota,
dan mengincar Will, yang belum memiliki tunangan meski dia adalah putra tertua
dari keluarga bangsawan bergelar Duke. Mereka semua menatap kami berdua
bagaikan predator yang ingin memangsa buruannya.
Mereka
melirik-lirik ke arah kami dengan tatapan tajam.
Pesta
kemenangan berbeda dengan pesta malam.
Tentu,
karena ini adalah pesta untuk merayakan kemenangan.
Tentu
saja, ini tidak diadakan di aula dansa, jadi tata krama biasa tidak berlaku.
Karena
alasan itulah, para wanita di sini agak agresif.
Meskipun
mereka putus asa untuk saling bertatap dengan laki-laki di pesta malam, hari
ini ada orang yang berani, yang mengajakku berbicara. Aku menjadi sangat
jengkel.
“Yang
Mulia Putra Mahkota... Apakah Anda menikmati pesta ini?”
Seorang
wanita muda lajang mendekatiku dengan suara genit.
Aku
mengeceknya sekilas, dia kerabat Margrave Shallum.
Sudah
pasti aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja, tapi sejujurnya, aku sudah
muak dengan ini.
“...Ya,
tentu saja. Para prajurit juga tampak bersenang-senang. Saya memiliki pekerjaan
yang tersisa, jadi saya akan segera pergi, tapi saya ingin para prajurit bisa
tetap bersenang-senang di sini untuk memulihkan kelelahan mereka pasca perang.”
"...Yang
mulia."
Will
memperingatkan aku untuk tidak pergi dari sini dengan nada memaksa, tapi aku
tidak peduli lagi.
Aku
muak dengan wanita-wanita ini, aku benar-benar ingin kembali ke ruanganku saja.
Segera
setelah aku memberi tahu bahwa aku akan pergi, keributan muncul di antara para
wanita.
Para
wanita itu dengan tergesa-gesa mulai memanggilku.
“Tidak
mungkin, apakah Yang Mulia sudah mau pergi? Pesta baru saja dimulai. Bagaimana
kalau Anda tetap berada di sini sebentar lagi?”
Dengan
sikap genitnya, jelas dia ingin mengundangku.
Anehnya,
aku marah karena dia mengira aku akan terjebak dalam hal itu.
Sampai
tahun lalu, aku pasti akan membiarkannya begitu saja, tapi sekarang aku
menganggapnya tidak menyenangkan.
“Saya
akan menolak. Saya ingin segera kembali ke Ibukota. Tunangan tercinta saya
sedang menunggu di sana.”
Jelas
diberitahu bahwa aku tidak tertarik padanya, wanita di hadapanku ini menggertakkan
giginya karena frustrasi.
Meski
begitu, dia dengan tidak pantas menolak untuk mundur.
"Saya
tidak bisa membayangkan tunangan dalam
nama saja layak mendapatkan kekhawatiran Anda sampai seperti ini."
Sepertinya
kata-kata itu tidak hanya membuatku kesal, tapi juga Will yang berada di
sampingku.
Menyadari
suasana di sekitar kami berubah, wanita muda di depan kami mengangkat wajahnya.
Ketika mata kami bertemu dan dia memperhatikan amarahku, dia mulai gemetar
ketakutan.
...Sudah
terlambat bahkan jika dia menyesalinya.
Meremehkan
Lidi adalah hal yang sangat tidak bisa dimaafkan.
Sudut
mulutku terangkat, dan aku perlahan-lahan menyatakan untuk memperingatkan
sekitarnya.
“Aku
tidak peduli dengan kesalahpahamanmu, tapi dia adalah tunangan sekaligus Putri
Mahkota yang kuinginkan. Aku tidak akan membiarkanmu menghinanya karena sebuah
kecemburuan yang tidak masuk akal.”
"Yang... Mulia..."
Aku
kira dia akan mencoba membuat alasan bahwa itu bukan maksud dari kata-katanya.
Tapi,
meskipun begitu, aku tidak akan memaafkannya.
Aku
hampir mencapai batas kesabaranku.
“Ada
orang bodoh yang serupa denganmu di Ibukota, wanita itu benar-benar merepotkan.
Sebaiknya kau mengingat ini. Aku tidak berniat menikahi putri lain selain dia
(Lidi), dan aku tidak akan pernah membiarkan dia direndahkan seperti itu.
Jangan tunjukkan wajah yang memalukan seperti itu kepadaku. Itu sangat
menganggu.”
Aku
mengatakan itu kepada para wanita yang tidak tahu malu ini dengan suara dingin.
“Aku
sudah menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Apakah kau mengerti apa yang
kukatakan? ...Kalau aku marah, aku akan memenjarakan semua orang di sini karena
sudah menghina Keluarga Kerajaan.”
Sejak
dulu, wanita di sekitarku tidak pernah berhenti memperebutkan cintaku.
Kupikir
tidak ada gunanya terus-menerus mengusir mereka, tapi sekarang, setelah aku
mendapatkan Lidi, aku menjadi sangat jengkel dengan mereka.
Terus
terang, aku berharap mereka tidak mendekatiku.
Setelah
menerima amarahku, para wanita muda menjadi pucat.
Mereka
pasti mengerti dengan jelas bahwa mereka sudah membuatku kesal.
“Yang
Mulia, itu sudah cukup.”
"Will."
Will
menegurku dengan suara pelan.
Para
wanita tampak lega atas intervensi dari Will.
Tapi,
salah besar jika mereka mengira kalau mereka sudah diselamatkan.
Kemarahan
melonjak dari seluruh tubuhnya.
Saat
aku memikirkan itu, Will mengucapkan kata-kata yang mengejek.
“Saya
juga merasa sangat kesal, tetapi Anda tidak perlu khawatir. Itu hanya dengungan
dari serangga kecil yang tidak mengetahui posisinya.”
"Ya,
kau benar."
Aku
menyetujui hal itu karena Will juga terlihat sangat marah.
Para
wanita muda ini, tidak menyangka dengan hal yang terjadi ini, mereka semua terkejut.
Mengambil kesempatan itu, aku pergi keluar bersama Will, tetapi seorang wanita
mencoba menangkap ujung pakaianku.
"To...
Tolong... Tunggu..."
Tanpa
mendengarkannya sampai akhir, aku melontarkan kata-kata kotor.
"Aku
tidak mengizinkanmu menyentuhku. Itu menjijikkan."
"Ah!"
Tanpa
melihatnya, aku langsung pergi. Will juga mengikutiku di belakangku.
Aku
benar-benar merasa muak.
***
“...Tapi,
wanita muda saat ini memang sombong. Itu cukup mengganggu.”
Aku
menjawab gumaman pelan Will dengan tawa kering.
Setelah
itu, kami kembali ke ruanganku dengan membawa alkohol, dan entah bagaimana,
kami berdua minum bersama.
“Terutama
kau. Kau belum menikah dan bahkan tidak punya tunangan. Kupikir ada sesuatu
yang tidak bisa dihindari tentang itu.”
Ketika
aku mengatakan fakta, Will menggelengkan kepalanya sebagai penyangkalan.
“Di
sisi lain, aku lebih suka menghindari wanita-wanita itu. Seleraku berbeda.”
Melihat
Will tersenyum lelah, tiba-tiba aku teringat bahwa dia mencintai Lidi.
Seperti
yang diharapkan, aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal-hal seperti itu
selama perang, tetapi mengingatnya kembali membuatku merasa rumit.
Meski
sekarang penglihatanku sedikit kabur karena minum, aku tetap menatap Will yang
berada di depanku.
Seorang
anak sah dari keluarga bangsawan bergelar Duke, penyihir luar biasa dengan
pikiran tajam. Komandan Divisi Penyihir di usianya yang masih begitu muda.
Apalagi penampilannya yang menarik.
Pria
sepertinya sudah pasti diinginkan oleh banyak wanita.
Aku
ingin tahu apakah Will, yang sedang minum dalam diam ini, sedang memikirkannya
(Lidi) sekarang. Tiba-tiba aku jadi penasaran.
"Will..."
"Ya?"
Aku
memanggilnya, tapi aku menyadari bahwa tidak ada yang bisa kukatakan kepadanya.
Waktu
itu, aku terbakar oleh rasa cemburu, tapi dalam hal ini. Bagaimana perasaan
Will, setelah orang yang bertahun-tahun ia cintai direnggut?
Aku
mendapatkan Lidi, jadi keinginan Will tidak akan terwujud.
Bahkan
aku tidak perlu berpikir untuk menyadari siapa yang lebih merasa sakit hati.
Meskipun
begitu, meski aku benar-benar tidak akan menyerahkannya, aku tidak ingin mereka
menghabiskan waktu bersama.
Aku
mengakui bahwa hati dan pikiranku sangat sempit.
Sekalipun
Lidi tidak keberatan, siapa yang mau dia bertemu dengan pria yang jatuh cinta
padanya.
Aku
mengerti itu adalah kecemburuan yang tidak berarti, tapi aku tidak bisa
menghentikannya.
Pada
akhirnya, aku tidak punya waktu luang untuk itu, hanya karena aku tidak tahu ke
mana perasaan Lidi pergi.
Dia
tidak masalah saat disentuh atau dipeluk olehku.
Tapi...
Kalau memang seperti itu, aku tetap tidak mengerti kenapa dia pulang tanpa
memberitahuku.
Jika
dia tidak membenciku, kuharap dia selalu ada di sisiku.
Aku
bertanya-tanya apakah pemikiranku yang seperti itu salah?
Tapi,
seandainya dia tidak menyukai dan menolakku, jika ditanya apa aku akan setuju
dengan patuh, jawabannya tidak.
Aku
tidak bisa berpura-pura menjadi orang dewasa yang bijaksana.
Aku
ingin menempatkan Lidi di sisiku apa pun yang terjadi.
Itu
tidak akan berubah bahkan jika Lidi menolak.
Aku
tidak bisa diam menunggu sampai hari pernikahan kami.
Oleh
karena itu, ketika aku kembali, aku berencana untuk langsung menemuinya, dan
bahkan jika dia tidak menyukainya, aku tetap tidak akan berpisah darinya.
Terlebih,
aku tidak bisa menahan diriku untuk terus bersamanya setiap hari.
Melihat
tatapan tajam Will, aku tersenyum samar.
“Tidak
ada, kuharap kita bisa segera kembali.”
"...Kau
benar."
Aku
sedikit mengangkat gelas ke arah Will meskipun ekspresinya tidak percaya.
Dan
untuk beberapa alasan aku menatap ke luar jendela.
Melihat
ke arah Ibukota.
Dengan
perasaan seperti itu, aku mendekati jendela seolah-olah aku diundang olehnya.
Pemandangan
di luar benar-benar berubah, semuanya ditutupi oleh salju. Dan salju itu tidak
menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Duduk
di bingkai jendela, pikiranku beralih ke seseorang di Ibukota.
―――Ah...
Aku ingin sekali melihat wajahnya.
Saat
melakukan itu, aku merasakan tatapan Will menusukku seolah dia ingin mengatakan
sesuatu.
Aku
menoleh ke belakang untuk melihat apakah dia ingin mengatakan sesuatu, tapi diam-diam
Will mengalihkan pandangannya.
Tanpa
mempertanyakan sikapnya, aku tersenyum kecil.
Kami
pun minum dalam diam.
Waktu
berlalu dengan suasana seperti ini.
Salju
terus turun dan menumpuk tanpa suara.
Pada
akhirnya, pesta tenang dan nyaman yang hanya terdiri dari kami berdua ini
berlanjut dengan lancar tanpa kami merasa bosan hingga larut malam.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment