Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 43 - Dia dan Kakak Lelakinya 2
[POV Lidi]
...Masalah itu lagi, ya?
Aku jadi teringat dengan omelan keras yang kudapatkan dari ayah beberapa hari yang lalu, mengingatnya membuatku cemberut.
"Kakak, kau sudah tahu, kan. Lalu, untuk apa kau menanyakannya?"
"Aku hanya tahu faktanya. Kau pergi ke Pesta Topeng lalu menghabiskan malam bersama Freed di sana. Bukan itu yang ingin kutahu. Maksudku adalah... Kenapa kau melakukan hal yang berisiko seperti itu?"
"Aku tidak punya pilihan lain."
Kalau ada hal lain yang terlintas di pikiranku, aku akan melakukannya.
Aku menjawabnya dengan bujur, tapi kakak tidak mempercayainya.
"Kau ini... Kau terlalu impulsif. Tidak peduli seberapa besar kau tidak ingin menikah dengan Keluarga Kerajaan, bagaimana bisa kau memiliki ide bodoh dengan menghabiskan malam dengan pria yang tidak dikenal!?"
"...Aku?"
Saat aku memiringkan kepala, kakak meninggikan suaranya. Berisik.
"Karena itulah aku bilang kau impulsif!! Apa tidak ada yang mencoba menghentikanmu?!"
"Itu tidak mungkin. Karena, aku merencanakannya tanpa memberi tahu siapa pun."
Karena kalau aku melakukannya, maka aku akan ‘diceramahi’.
Secara tidak langsung aku pernah memberi tahu Will tentang hal itu beberapa bulan yang lalu.
Kakakku berteriak dengan keras.
"Seharusnya ada cara lain. Daripada ‘melakukannya’ dengan pria asing, kau bisa memintanya kepada kenalan priamu!!"
"Kenalan... Aku tidak punya kenalan pria selain Will."
"Jadi, kau pernah bertanya pada Will..."
"...Will?"
Aku sedikit muak dengan kakak yang terus mengucapkan kata itu.
Kenapa semua orang membicarakan Will?
"Ayah juga mengatakannya, kenapa bukan Will? Pertama-tama, ekspresi seperti apa yang akan dibuat Will kalau aku memintanya mengambil ‘kesucianku’? Itu terlalu canggung, bisa-bisa aku tidak akan menemuinya lagi karena malu."
Seorang pria yang wajahnya tidak kukenal adalah pilihan yang lebih baik.
"Tidak, daripada ‘kesucian’, harusnya kau memintanya untuk menikahimu..."
“Kakak bodoh. Kau terlalu banyak bercanda. Aku tidak akan memikirkan itu."
"Kau seperti itu..."
Aku menatap kakak dengan curiga.
"Lalu? Kenapa Freed bisa menarik perhatianmu?"
Setelah memikirkan kata-kata Kakak, aku menjawab. Aku tidak punya alasan untuk merahasiakannya.
"Kenapa? Aku mendengar dia adalah seorang playboy jadi kupikir tidak akan menjadi masalah di masa depan nanti. Aku berasumsi bahwa dia akan menerima ‘undanganku’ untuk menghabiskan malam bersama. Dan, aku yakin dia pasti mahir dalam ‘berhubungan’. Dengan begitu aku tidak akan merasa sakit. Ah, tapi meskipun aku tidak bisa melihat wajahnya, aku tidak mau jika dia adalah orang yang sudah tua. Tetapi para wanita memujinya, jadi kurasa, aku tidak akan merasa jijik dengannya... Hah? Apa aku melakukan kesalahan?"
Kakak tampak takjub dengan kata-kataku. Akhirnya, dia menekan pelipisnya dan menggelengkan kepala.
"...Memikirkan tujuanmu, aku tidak berpikir ada yang salah, tetapi kriteria adik perempuanku ini ternyata luar biasa."
Kalau kata-kataku itu benar, maka apa yang salah?
"Lidi, apa yang kau pikirkan setelah melihat Freed?"
Karena ditanya seperti itu, aku kembali mengingat pertemuan pertama kami.
"Dia memiliki aura yang berbeda. Kupikir aku beruntung, karena dia yang menghampiriku terlebih dahulu, sebelum aku yang memanggilnya?"
"Kau mencoba untuk memanggilnya..."
Kakak mengerang dengan suara putus asa. Etika... Kakak terlihat mencoba mengatakan sesuatu, tapi aku tidak mengerti.
"Kakak?"
"Ah... Aku mengerti. Kau tidak akan bisa menarik perhatian siapa pun selain Freed. Syukurlah pak tua itu melakukan tindakan pencegahan."
"......?"
Aku tidak mengerti maksudnya.
Saat aku masih kebingungan, kakakku berekspresi seakan-akan dia sudah mengerti.
"Aku mengerti maksudmu. Kalau begitu, berjanjilah. Kau tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi."
"Aku tidak akan."
Tidak ada gunanya melakukan itu. Aku mengangguk, tapi ekspresi kakakku penuh dengan rasa curiga.
"Aku penasaran. Aku terkejut saat pak tua itu menyuruhku untuk menyelidiki hal ini. Kau hanya membuang-buang energi saja."
"Diamlah."
"Dan? Hari ini kau juga membuang-buang energi untuk melarikan diri dari Freed?"
Suasana tiba-tiba berubah. Aku mengerutkan kening, membuat ekspresi penasaran.
Melihatku yang seperti itu, Kakak kembali tertawa.
"Lagi pula, kau sudah dimarahi oleh ibu? Apa kau memperhatikannya, bahkan ibu kita yang baik hati itu harus mendisiplinkanmu? Pertama-tama, seluruh keluarga sudah tahu sikapmu yang pura-pura polos itu."
"...Lagi pula kau tahu."
Aku bertanya-tanya, apa dia mendengar kalau ibu ‘menceramahimu’. Hah... Bagaimana pun juga, ibu memang ‘menceramahiku’.
Tanpa memedulikan ekspresiku yang malu, kakak menepuk kepalaku.
"Kita ini keluarga. Tentu saja kita tahu, kan? Aku terkejut, bisa-bisanya kau mengira kelakuanmu itu belum terungkap sampai sekarang."
"...Ya."
Tentu saja, aku senang karena itu berarti mereka mengerti diriku, tapi aku jadi merasa malu karena selama ini aku berusaha menyembunyikannya.
"Kau dimarahi karena pulang tanpa izin, kan?"
"Ya. Tapi kurasa... Lain kali, aku akan melakukannya dengan lebih terampil. Itu masalahnya, kan? ”
"Ha? Eh... Apa... Begitu ... Tidak, itu benar. Benar sekali!!"
Ketika aku menegaskan bahwa aku mengerti apa yang dikatakan Ibu, kakak tampak terkejut, tapi kemudian dia tersenyum lebar dan mengangguk, itu benar sekali.
"Sepertinya kali ini kau berhasil berkat membodohi Will, tapi bagaimana kau akan berhasil lain kali?"
"Membodohi... Hei... Bukankah itu terlalu keras!?"
Ucapku, bingung karena mendengar kata-kata yang tidak terduga.
"Itu tidak keras, tapi itu kenyataan. Aku yakin Freed akan terkejut."
Sepertinya kakak bersenang-senang dengan ini.
"Dia (Freed) pantas mendapatkannya karena sudah mencoba untuk mengurungku."
"Dia bilang dia tidak akan membiarkanmu pergi? Oh... Kau benar-benar dicintai. Kakak ini terkagum-kagum."
Lagi-lagi dia membuatku mengerang malu karena menunjuk ke leherku yang penuh ‘tanda’. Kumohon berhentilah.
"Apa yang memalukan dengan hal itu? Meski kau memiliki ‘tanda’ di leher... Ah... Itu benar, apa yang kau pikirkan tentang 'Bunga Raja'?"
Mendengar kata-kata ini, aku kembali teringat dengan ‘Bunga Raja’. Benar juga, aku memiliki hal itu.
"Tidak ada yang spesial. Kalau aku harus mengatakan sesuatu, maka... Aku senang karena itu bukan bunga yang hambar. Mawar biru, itu terlihat seperti tato yang bergaya, bukan?"
Tidak ada rasa sakit, dan itu bukan gangguan.
Seandainya itu adalah tato asli, maka pasti rasanya sakit.
Tapi, itu tidak ada masalah, dan tidak ada gangguan.
Kakak menggelengkan kepalanya, menunjukkan bahwa bukan itu yang dia maksud.
"...Begini, bukan begitu, apa kau tidak berpikir seperti aku tidak menyukainya atau itu sedikit menjijikan atau semacamnya?"
"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Bukankah setiap Putri Mahkota menerimanya? Tidak ada gunanya bahkan jika aku tidak menyukainya, kan?"
Semua itu sudah menjadi masa lalu.
Itu sebabnya aku benar-benar tidak bisa mengerti apa yang maksud kakak, dan ketika aku bertanya, mulut kakakku hanya terbuka karena terkejut. Kemudian, dia mulai menggaruk rambutnya.
"...Apa. Aku tidak perlu khawatir... Ya, itu benar. Kalau dipikir-pikir, tidak mungkin kau akan menyentuh pria yang tidak kau sukai..."
"Kakak?"
Aku memanggil kakakku yang menggumamkan sesuatu.
"...Ini. Ternyata ini adalah saling cinta, ya. Aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Sialan! Aku hanya membuang-buang waktuku dengan berpikir bahwa kau merasa tertekan karena dipaksa menikah."
"Hah? Apa yang kau katakan, Kakak. Soal Freed, aku tidak benar-benar..."
Aku menjadi bingung dengan kata-kata kakak yang membuatnya seolah-olah aku dan Freed saling mencintai.
Kakak menunjukkan wajah yang misterius.
"Tapi, kau sudah ‘dipeluk’ oleh Freed, kan? Terlebih, berkali-kali. Benarkan?"
"Eh? Itu benar, tapi..."
"Aku mengerti dengan melihatmu, kau tidak keberatan ‘dipeluk’ olehnya, kan?"
Aku mengangguk, tidak dapat menyangkal apa pun.
"Apa kau mengatakan itu kepada Freed?"
"Sudah."
Aku berkata, aku tidak tahu apa aku menyukainya tapi aku merasa terganggu dengan sentuhannya.
Mendengar itu, kakak menghela nafas panjang.
"Ah... Baiklah, orang itu akan menjadi liar... Hei, Lidi. kau juga, pikirkan sedikit. Apa kau tidak merasa terganggu dengan sentuhannya karena dia tampan? Kalau benar, maka apa itu berarti kau hanya suka dengan wajahnya saja."
Aku merasa jengkel dengan cara bicara kakak.
"Hah? Apa yang kau katakan. Kakak bodoh. Aku tidak tertarik dengan wajah Freed."
Tentu saja, aku akui kalau Freed itu sangat tampan.
Ya ya, kakak menenangkanku ketika aku memelototinya.
"Aku tidak mengerti kenapa kau bisa sejauh ini... Ah... Tapi pendapat seperti itu mungkin membuatnya menarik. Penampilan Freed yang tampan dan superior. Ah... Ya, lagi pula aku bisa meninggalkanmu apa adanya."
"...Aku tidak mengerti apa yang kau maksud, tapi aku mengerti kau sangat meremehkanku."
Merasa kesal, aku mengepalkan tinju ke perutnya, tapi dia bisa menangkap tinjuku dengan mudah. Cih... Kakak terlihat dalam suasana hati yang luar biasa baik.
"Tidak, aku tidak meremehkanmu. Aku memujimu, memuji. Kau sangat luar biasa. Seperti yang diharapkan dari adik perempuanku."
"...Itu tidak membuatku bahagia."
“Lagi pula, aku harus melihatnya sendiri... Baiklah, aku sudah memutuskan!! Aku akan kembali ke sini bulan depan. Tolong, tetaplah seperti sekarang, oke? Dan, hibur kakakmu ini."
Aku merasa jengkel dengan senyumannya dan tepukannya di bahuku.
"...Jangan pernah kembali lagi, brengs*k."
"Kita ini saudara kandung, kan? Jangan bersikap dingin, adik perempuanku yang imut. Selain itu, Freed akan kembali bulan depan, jadi itu tidak masalah."
"...Apa yang kau bicarakan?"
Aku merasa ada yang aneh dengan kata-kata kakakku, jadi aku bertanya. Apa maksudanya ‘... kembali...’
"Kau sudah menjadi orang yang peduli, jadi aku akan memberi tahumu. Tarim melakukan pergerakan di garis pertahanan utara. Freed akan berangkat dalam 2 atau 3 hari."
"Eh?"
"Dia adalah Panglima negeri ini. Bukankah itu wajar?"
Secara alami, kata-kata yang dikatakan kakak tidak membuatku tersentuh.
Freed akan pergi?
Setelah mengulanginya berkali-kali di kepalaku, akhirnya aku mengerti.
Sadar akan terjadi perang, sebelum aku menyadarinya, kecemasan menyapu seluruh tubuhku.
Freed adalah Panglima dari Ordo Ksatria. Sudah menjadi hal yang terkenal bahwa setiap musim dingin Putra Mahkota pergi untuk berperang melawan pasukan Tarim yang bergerak ke selatan.
Tahun ini juga, waktunya telah tiba. Begitulah yang terjadi.
――――Tapi.
"Freed... Akan pergi berperang?"
Tanpa sadar, aku bertanya sambil memegang ujung baju kakakku.
Tanganku gemetar.
Kemudian kakak menatapku, mata kami bertemu. Sedangkan kakakku menjadi terkejut.
"Kakak?"
Ketika saya memanggilnya, dia membuat wajah yang sulit kumengerti, lalu dia membelai kepalaku dengan kasar.
Itu menyakitkan, tapi aku tidak keberatan dengan itu.
Sebaliknya, aku merasa bahwa ini adalah sebuah kebaikan yang tak terlihat darinya, itu membuatku ingin menangis.
Lalu kakak bergumam.
"...Dia akan baik-baik saja. Kau juga tahu kalau Tarim selalu menginvasi setiap tahunnya. Dia itu sangat kuat, bodoh. Dia tidak akan kalah. Dia akan kembali bulan dengan dengan acuh tak acuh. Kau tidak perlu khawatir seperti ini."
Meskipun begitu, kecemasan di diriku tidak dapat hilang dengan mudah.
"Benar-benar akan baik-baik saja?"
"Semuanya akan baik-baik saja. Kau juga pernah mendengar desas-desus tentang 'Putra Mahkota yang Sempurna', kan? Dibanding dengan kau dan aku, Freed sangat ahli dalam pertempuran. Barusan aku bertemu dengannya, dan dia dalam kondisi sempurna yang belum pernah kulihat sebelumnya. Dia ingin melihatmu dengan sepenuh hatinya, dia pasti akan menyelesaikan masalah invasi Tarim dalam sekejap mata dan kembali. Tapi, yah... Setelah dia kembali dengan semangat dari pertempuran, kau akan mengalami kesulitan."
Dia benar-benar tidak akan membiarkanmu pergi sampai dia puas, oke?
Ketika kakak membisikkan itu ke telingaku, aku menjadi pucat. Seperti yang diharapkan, aku bisa mengerti apa yang dia maksud.
Woah, itu... Sedikit.
Saat aku memahami masa depan mengerikan yang akan kualami, aku jadi tersadar.
Melihatku yang seperti itu, Kakak tersenyum dengan puas.
"Itu sebabnya kau hanya perlu tetap seperti apa adanya. Kalau begitu, aku pergi. Beri tahu pak tua itu kalau aku akan kembali bulan depan."
"Jadi kau serius ingin kembali."
Aku pikir dia hanya bercanda, tapi sepertinya aku salah.
"Tentu saja. Lalu Lidi, jangan melakukan hal bodoh selama aku dan Freed tidak ada di sini."
"Tidak bisakah kau berhenti menyebutku sebagai orang pembuat onar?"
"Tidak. Ah... Itu benar, kupikir Will juga akan pergi berperang dengan Tarim, apa kau juga khawatir dengannya?"
"Tentu saja. Bukankah itu wajar?"
Bagaimanapun, Will pergi ke sana setiap tahun.
Mustahil untuk tidak khawatir.
"...Aku mengerti. Haha. Aku menantikan kesenanganku bulan depan!! Sampai jumpa."
Dia masuk dan keluar dari ruangan ini secara tidak terduga.
Aku jadi berpikir...
Kakak akan kembali bulan depan?
Meskipun selama satu tahun ini, aku memiliki kesempatan langka untuk hidup damai?
Mengingat saat-saat di mana kakak ada di kediaman membuatku merasa pusing.
Kakakku itu benar-benar luar biasa, tapi lebih dari itu, dia adalah orang yang sulit.
Bagaimanapun juga, intinya seperti itu.
Sejak lama, saat aku mendapatkan kembali ingatan mengenai kehidupanku yang sebelumnya, aku sudah kalau kakak juga memiliki ingatan akan kehidupan sebelumnya.
Hanya keluarga dan lingkungan di sekitar kita yang tahu bagaimana sikap kakak yang sebenarnya, karena aktingnya sangatlah sempurna, kau tidak akan menyadarinya dengan mudah. Aku terkesan dia bisa menjadi asisten Putra Mahkota dengan kepribadian yang seperti itu.
Kakakku yang suka menjahili dan menggoda orang-orang dan suka membuat masalah akan kembali.
"Merepotkan..."
Aku tidak bisa berhenti mendesah.
...Memikirkan tentang apa yang akan terjadi bulan depan, membuat hatiku menjadi suram.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment