Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 41 - Kakak Lelakinya dan Teman Masa Kecil


[POV Alex]


"Yo, Will!! Aku masuk!!"

Mengabaikan upaya bawahannya untuk menghentikan saya, aku membuka pintu ruangan Will.

Will melihatku dengan ekspresi yang tidak senang, aku mengangkat tanganku, memberi salam.

"Lama tidak bertemu, dasar payah."

"Diam, Alex. Apa tujuanmu datang ke sini?"

Will melambaikan tangannya, memerintahkan bawahannya yang berdiri di belakangku untuk mundur. Tampaknya dia adalah pegawai magang. Seolah lega, bawahan itu segera membungkuk dengan kikuk dan meninggalkan ruangan setelah menutup pintu.

Aku melihatnya dari sudut mataku saat aku mengolok-olok Will.

"Seperti yang kuduga, kau memiliki wajah yang mengerikan, Will. Apa pertunangan Lidi sangat mengejutkan bagimu?"

Aku menyeringai ke arahnya, Will hanya mengalihkan pandangannya dariku.

Ahhh... Menakutkan... Menakutkan.

"Itu bukan urusanmu. Apa kau datang ke sini hanya untuk menggosokkan garam di lukaku?"

"Tidak, aku tidak melakukannya. Aku ke sini untuk menyampaikan informasi. Tapi aku juga berpikir untuk menggodamu."

"Hoi!"

Mengabaikan omongan Will, aku bersandar di ujung meja.

Aku ingin mendengar sesuatu darinya.


"Hei, Will. Kenapa kau tidak pernah mengatakan apapun pada Lidi selama ini?"

"!!!"

Mendengar pertanyaanku, Will terus terdiam sambil membelalakkan matanya.

Jujur, aku pribadi terkejut dengan pertunangan ini.

Aku tahu bahwa Lidi tidak menyukai pertunangan ini dan karena aku adalah asisten Freed, jadi aku juga tahu bagaimana perasaan Freed.

Tidak peduli seberapa besar pria tua itu bersemangat mengatur pertunangan ini, pada kenyataannya pria itu juga tidak memprosesnya dengan lancar karena alasan itu.

"Barusan aku sudah mengatakannya kepada Freed. Sejujurnya, aku benar-benar memiliki harapan untukmu. Kalau kau mengabaikan masalah antara pak tuaku dengan pak tuamu dan kau segera menyampaikan perasaanmu, hasil akhirnya akan sedikit berbeda dari ini, tidakkah kau berpikir begitu?"

Tidak ada masalah dengan status keluarga atau pun reputasi Will.

Akar penyebabnya itu ada pada hubungan buruk di antara ayah kita, tapi aku merasa bahwa itu bukanlah hal yang penting. Itu karena semuanya tetap akan bergantung pada upaya seseorang.

Sebenarnya, beberapa bulan ini, ayah kami berdua sudah mulai menyerah dan akan bertemu di tengah jalan.

T/N : Maksudnya ayah mereka bakal setuju kalor Will sama Lidi menjalin hubungan.

"......Dia tidak melihatku sebagai seorang lelaki."

Will berbicara dengan suara rendah, terlihat tidak ada kepercayaan diri darinya.

Alisku terangkat oleh kata-katanya yang menyalahkan Lidi.

"Yah, kurasa itu ada benarnya. Tapi itulah sebabnya diperlukan pengakuan agar pikirannya (Lidi) yang bebal itu bisa mengerti. Dalam hal ini Freed bertindak lebih cepat, benar-benar cepat bagaikan kilat. Dia jatuh cinta pada awal bertemu, lalu ‘memeluknya’ dan memberikan ‘Bunga Raja’ dengan paksa."

"‘Bunga Raja’?!"

Aku bermaksud mengatakan itu untuk menggodanya, tapi melihat Will sangat terkejut seperti ini... Membuatku benar-benar kagum.

Rumor sudah beredar sejak kemarin, jadi itu bukanlah hal yang disembunyikan lagi. Tapi, saat berbicara mengenai Lidi otak orang ini benar-benar berubah menjadi lamban.

"Kau juga sudah tahu, kan? Tentang Freed yang menghabiskan malam dengannya. Kalau ‘Bunga Raja’ belum diberikan maka hal seperti itu tidak diperbolehkan. Bukankah itu masuk akal?"

"Ah... Aaahh... Kurasa begitu."

Melihat Will yang memalingkan muka dariku, aku tersadar... Dia pasti sangat syok saat mendengar tentang pertunangan ini, dan itu membuatnya sampai tidak memperhatikan detail penting seperti ini.

"Rupanya, dia masih di kamar Freed. Ya ampun... Aku bermaksud untuk berbicara dengan Lidi sebelum pulang, tapi apa yang harus kulakukan......"

Aku ingin sekali memarahi si bodoh itu tapi aku tidak mungkin bisa masuk ke Istana Dalam.

Ketika aku merenung, memikirkan itu, Will bergumam...

"Kalau kau bertanya-tanya tentang Lidi, aku sudah mengirimnya pulang dengan kereta kudaku......"

"Hah?"

Aku tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya...

Will merespons dengan acuh tak acuh.

"Aku bertemu Lidi di area umum beberapa waktu yang lalu. Dia ingin pulang ke kediamannya, jadi aku memanggil kereta kudaku dan mengirimnya pulang."

"......Lalu, dia sudah pulang ke kediaman?"

"Seharusnya begitu."

Aku bertanya-tanya apa yang dia (Lidi) lakukan kali ini, adikku itu melarikan diri dari Freed.

Kemudian aku teringat dengan Freed yang berkata kalau dia ingin Lidi tetap di sini.

Ini adalah pertama kalinya aku melihat Freed bersikap seperti itu. Tapi aku bisa melihatnya bahwa Freed serius dengan Lidi.

Apa yang adikku lakukan sampai membuat Freed menjadi seperti itu?

Aku sangat ingin tahu, tapi aku yakin bahwa orang bebal sepertinya tidak akan mungkin menyadari apa yang dilakukannya sendiri.

Bertanya kepadanya tentang hal itu hanya akan menjadi sia-sia.

Melihat keadaan Freed, aku tidak akan terkejut jika dia besok dia akan langsung pergi menemui Lidi. Kurasa Freed tidak akan membiarkannya bisa melarikan diri lagi.

Kalau aku ingin berbicara dengan adikku, maka sekarang adalah satu-satunya kesempatan.

Setelah berpikir begitu, aku langsung berdiri. Lalu bertanya kepada Will.

"Kau, apa kau membenci Freed?"

"......Apa yang kau bicarakan?"

"Bukan apa-apa. Hanya saja, orang yang kau cintai selama bertahun-tahun kini direnggut darimu. Aku bertanya-tanya apa yang kau pikirkan dengan itu. Kau tidak akan berpikir, ‘akulah orang pertama yang menyukainya sejak dulu, jadi akulah yang lebih berhak’ atau semacamnya, bukan?"

"Omong kosong apa yang kau bicarakan......"

‘Biasanya itu yang terjadi’ pikirku. Aku kembali berkata kepadanya...

"Kalau kau tidak berpikir seperti itu, maka tidak akan ada masalah. Dalam masalah cinta tidak ada yang namanya ‘pertama’ atau pun ‘sejak dulu’. Orang yang tidak langsung bertindak adalah salahnya sendiri, karena dia hanya berdiri diam dan menonton, maka wajar dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan."

T/N : Kata-kata Alex ‘jleb’ banget tuh...

"......"

"Jauh sebelum Freed bertemu Lidi, kau punya banyak waktu. Sama halnya dengan peluang. Sebenarnya, Glen bisa menjadi teman masa kecil Lidi juga, tapi kau membuat mereka untuk tidak bertemu, kan? Kau memiliki banyak waktu luang untuk memonopoli Lidi, setidaknya kau harus mengatakan satu dua baris kata-kata rayuan."

Ketika dia mendengar olok-olokku, Will mengangkat suaranya seolah kesal.

"Bahkan jika aku ingin melakukan itu. Aku terlalu menyukainya sehingga kata-kata itu tidak bisa keluar dari mulutku. Tidak ada yang bisa kulakukan!!"

"Itu sebabnya kau tidak pernah mengalami kemajuan. Karena itu, semuanya sudah berakhir. Kau sudah kehilangan kesempatan untuk menjadikan Lidi sebagai milikmu. Bukankah begitu? Freed sudah menjadikan Lidi sebagai miliknya, dan kau tidak punya hak untuk berkata apapun.

Seolah mengajarkan sesi pelajaran, aku menusuk Will dengan kata-kataku secara blak-blakan. Will merespons kata-kataku dengan menggertakkan giginya.

"Aku sudah tahu hal semacam itu. 'Kau akan mendapatkan apa yang sudah kau tanam', aku memahami semua itu sampai aku membencinya."

"Karena itulah sekarang aku bertanya kepadamu, apa kau membenci Freed?"

Saat aku kembali bertanya tentang itu, Will memelototiku seolah-olah mengatakan 'jangan mengolok-olokku'.

"Memang aku sangat cemburu. Dan perasaan yang kumiliki terhadap Lidi masih ada. Tapi, aku belum sejauh itu sampai bisa membenci Putra Mahkota."

"......Benar. Maafkan aku. Aku sudah berlebihan."

Meski aku memang sengaja memanas-manasinya untuk mengetahui isi pikirannya, tampaknya aku memang terlalu berlebihan.

Aku pun menepuk pundak Will dengan ringan, kemudian dia menghela nafas.

"......Demi Putra Mahkota kau ingin tahu niatku yang sebenarnya, tapi kau masih saja jahat seperti dulu. Apa memperparah rasa sakit di hatiku itu menyenangkan?"

"Kurasa begitu. Menggodamu itu menyenangkan...... Kurasa mengatakannya tidak akan menjadi masalah, sejujurnya aku berharap kau akan menjadi adikku."

"Alex......"

Itulah alasan kenapa aku terkejut dan marah dengan semua kejadian yang tiba-tiba ini.

Aku sangat marah pada Will yang tidak melakukan tindakan apa pun.

Setidaknya, jika dia mengatakan perasaannya, sekalipun dia ditolak, setidaknya itu lebih baik.

Aku memang tidak bisa membantunya, tapi kurasa, itulah yang terbaik.

Tidak akan ada masalah dengan adikku. Karena aku yakin, dia bisa mendapatkan kebahagiaan di manapun dia berada. Dia adalah tipe orang yang seperti itu, jadi kurasa, bahkan jika ada banyak pria yang jatuh cinta padanya, adikku tidak akan merasa sedih.

"Yah, ada juga yang namanya tercekik oleh cinta......"

"?"

"Tidak, itu bukan apa-apa."

Will memiringkan kepalanya untuk bertanya. Aku menghindari pertanyaan itu dengan mengatakan alasan sebenarnya aku datang ke sini.

"Will, Utara sudah mulai bergerak. Hati-hati."

"!!!"

Wajah Will menjadi serius, kemudian dia mengangguk.

"Aku sudah memberi tahu Yang Mulia Raja dan juga Freed. Akan lebih baik jika kau segera mempersiapkan diri juga."

"......Aku mengerti."

Aku pun segera berkata, ‘Aku mengandalkanmu’ dan berbalik darinya.

"Sampai jumpa. Aku akan kembali ke kediamanku...... Terima kasih telah membantu Lidi."

"Alex..."

Tampaknya Will ingin mengatakan sesuatu, tapi aku sudah berbalik dan berjalan pergi.

Percakapan telah berakhir.

Aku pun meninggalkan ruangan Will sambil melambaikan satu tangan di udara.

Sekarang...

――――Selanjutnya giliran si bodoh (Lidi) itu.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?