Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 36 - Dia dan Menyuapinya
[POV Lidi]
Saat tiba untuk sarapan, aku mencoba untuk menggerakkan tubuhku yang ditutupi selimut untuk turun dari ranjang. Hidangan disiapkan di atas meja, jadi aku harus ke sana.
Tapi, saat aku mencoba lepas dari pelukan Freed, rasa sakit seperti sengatan listrik menjalar ke pinggulku.
"Uuuhhhh!!"
"Lidi, jangan memaksakan dirimu."
Dengan refleks aku merapatkan pinggulku, Freed mengulurkan tangannya dan melingkari pinggulku lagi.
Rasa sakit itu membuatku bersandar pada Freed dan menghela nafas kasar.
Itu menyakitkan…
Entah bagaimana, rasa sakit di seluruh tubuhku terasa lebih buruk daripada yang dirasakan ketika aku bangun.
Itu membuat mataku berkaca-kaca. Kemudian aku menatap orang yang menyebabkan rasa sakit ini, tapi Freed malah mengalihkan pandangannya.
Wajah Freed memerah.
Aku mengernyitkan alisku karena reaksinya yang membuatku kesal.
......Ah... Aku benar-benar marah, kau tahu?
"......Freed?"
"Maaf, wajah Lidi yang berlinang air mata itu sangatlah imut..."
"......"
Kau pikir siapa yang membuatku tidak bisa bergerak dan merasa sakit seperti ini!?
Aku memelototinya sambil cemberut, tapi Freed hanya menepuk kepalaku sambil terus bergumam 'imut, imut.'
Hentikan!
"Putra Mahkota..."
Aku melihat Clara yang berjalan ke sini dengan membawa piring.
Tampaknya Clara membawakan sarapan untuk kami.
"Putra Mahkota, dengan mempertimbangkan keadaan Putri, saya pikir akan lebih baik untuk sarapan di atas ranjang saja." Ujar Clara, Freed langsung menyetujui hal itu.
"Itu benar. Itu akan lebih baik. Lidi, kau tidak perlu memaksakan dirimu untuk bergerak. Memang agak tidak sopan, tapi mari kita makan sarapan di tempat tidur saja."
Freed menerima piring emas dari Clara. Tanpa sengaja, mataku menatap semua hidangan yang ada di piring itu.
Freed memperhatikanku dan tertawa.
Dia mengambil anggur yang sudah dikupas dari piring dan membawanya ke bibirku.
"Ini, katakan 'aaa'."
"!!!"
Aku menggigit anggur yang Freed sodorkan tanpa protes.
Rasa anggur yang sangat segar menyebar di mulutku.
Aahhh... Buah dari Istana memang berbeda.
Rumahku, Kediaman Duke, memberiku makanan yang lezat, tapi, seperti yang diharapkan, makanan di Istana lebih lezat lagi.
Aku terus mengunyah buah itu. Buah anggur ini membuatku menjadi semakin lapar.
Aku ingin makan lebih banyak, aku menatap Freed. Untuk sesaat Freed merasa linglung, tapi tak lama kemudian dia menyuapiku lagi.
"......Ini."
Gigit.
Emm... Bibirku membentuk senyum kebahagiaan yang mendalam.
Aku meletakkan kedua tanganku di pipiku, terbenam dalam rasa anggur yang lezat. Tapi kemudian aku tersadar bahwa Freed yang berada di sampingku ini bergetar.
Apa?
"Freed, ada apa?"
Saat aku memanggil dan mengajukan pertanyaan kepadanya, wajah Freed memerah dan dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya.
"Tidak...... Aku tidak akan berpikir bahwa Lidi akan dengan patuh memakannya... Omong-omong, Lidi, ada apa dengan wajah itu!! Kau terlalu imut!! Seberapa jauh kau akan memaksaku!?"
"Memaksamu!?...... Maksudku, aku tidak bisa bergerak, jadi jika kau menyuapiku, aku akan memakannya tanpa pikir panjang."
Aku tidak tahu apa yang dia rasakan, tapi tampaknya dia merasa senang saat dia menyuapiku.
Aku memiringkan kepalaku, Freed memang aneh.
Bagiku, tidak masalah apakah aku disuapi olehnya atau tidak.
Mungkin terdengar aneh, tapi aku sudah terbiasa dengan hal semacam ini. Jadi aku tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang memalukan.
"......Lalu, apa yang ingin kau lakukan? Aku tidak keberatan dengan ini... Kalau kau mau menyuapiku, selanjutnya aku ingin makan salad."
Aku tidak bermaksud menahan diri. Aku memberi tahunya tentang keinginanku.
Sambil menunjukkan wajah yang rumit, Freed berkata.
"......Tentu saja aku akan menyuapimu. Tapi, Lidi, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Jangan bilang, kau sudah terbiasa dengan hal semacam ini?"
Aku terus mengunyah salad, aku langsung memberi jawaban dengan menganggukkan kepalaku atas pertanyaan Freed.
Dengan lahap aku menelan makanan ini, lalu aku memberi tahunya.
"Ya, kurasa begitu. Terkadang Will suka menyuapiku. Dia akan menyuapiku saat aku terlalu lelah untuk bergerak setelah aku pulang dari pesta perjamuan."
Aku selalu kelelahan setelah bersosialisasi seperti itu. Pada saat-saat seperti itulah, Will akan menjagaku dengan gagah berani dan menyuapiku sambil berkata, "Makanlah dengan benar," katanya dengan wajah tanpa ekspresi.
Aku merasa Will sudah seperti induk burung yang memberi anaknya makan.
T/N : Will... Sabar ya, nak T_T
"......Siapa Will?"
Freed bertanya dengan suara kecil.
"......? Kupikir Freed sudah mengenalnya, dia adalah Komandan Divisi Sihir Kerajaan. Dia adalah teman masa kecilku."
"......Hooo. Dia... Hmm..."
Aku pernah mendengar bahwa Freed dan Will memiliki hubungan yang baik. Jadi, aku yakin bahwa Freed mengenalnya.
Tanpa memperhatikan Freed, aku berpikir untuk memakan apa selanjutnya.
Freed membawakan aku sandwich ke mulutku. Dengan senang, aku langsung menggigitnya.
Ah... Sandwich telur ini luar biasa.
"Lezat."
Aku merasa lega karena di dunia ini ada mayones. Saat tahu bahwa ada mayones, aku langsung melompat-lompat kegirangan.
Aku yang memiliki ingatan tentang kehidupan masa laluku, tidak dapat mengampuni dunia tanpa mayones. Jika mayones tidak ada di dunia ini, saya pasti akan langsung menyebarkan kebesaran mayones di seluruh dunia!
Mayones sangat diperlukan dalam sandwich telur.
Aku bisa tahu, ini adalah mayones buatan sendiri. Rasanya sangat beraroma.
Seperti yang diharapkan!! Seperti yang diharapkan dari Koki Istana! Aku ingin sekali bertemu dengan koki yang membuatnya dan menyampaikan pujianku kepadanya.
Aku yang merasa gembira dengan makanan lezat ini tidak menyadari perubahan yang terjadi pada Freed.
Bagaikan sebuah interogasi, dia terus bertanya, satu demi satu.
"Syukurlah kau menyukainya. Kepala Koki pasti akan senang... Lalu, Lidi. Teman masa kecilmu yang bernama Will itu... Yang kau maksud adalah putra pertama dari Keluarga Duke Pellegrini, kan?"
"Yup. Ayahku tidak akan membiarkan siapa pun mendekatiku, jadi dia satu-satunya teman masa kecilku."
Meskipun aku juga memiliki teman wanita, tapi pertemananku dengan Will sudah lebih lama terjalin.
"Kau baru saja bilang 'pesta perjamuan', kan? Lidi, apa kau menghadiri pesta perjamuan?"
Lagi-lagi aku menggigit makanan yang disodorkannya kepadaku.
"Hm...? Ah, ya. Dari waktu ke waktu. Terkadang ada undangan pesta yang tidak bisa kutolak, biasanya Will yang mengantarku untuk menghadiri pesta perjamuan. Kami akan pergi lebih awal karena aku tidak ingin bertemu dengan Keluarga Kerajaan."
Pada akhirnya... Aku berakhir dalam situasi ini.
"......Hmmm... Dia mengantarmu? ......Mungkinkah kau menghadiri pesta yang diadakan Duke Muller?"
Saat aku mendengar kata-kata 'Duke Muller', aku langsung ingat kejadian saat aku bergegas pulang dari pesta.
Aku mengerutkan kening pada ingatan yang tidak menyenangkan itu.
"Aaahhh!! Waktu itu adalah yang terburuk. Duke Muller berkata bahwa Keluarga Kerajaan tidak akan hadir, dan Duke Muller sangat berharap aku akan hadir di pesta itu, jadi aku datang. Tapi... kemudian, Duke Muller berkata bahwa Freed akan datang sebagai tamu kejutan."
"......Begitukah? Itu sebabnya kau pulang? Benar, aku belum pernah bertemu Lidi di pesta mana pun."
"Jika kita bertemu, aku pasti tidak akan membiarkanmu pergi," gumam Freed, tapi aku benar-benar mengabaikannya dan meminta hidangan lain.
Freed menghela napas melihat sikapku yang tidak tertarik dan terus memberiku makanan yang kuminta.
Pertanyaan-pertanyaan mendesak terus berlanjut.
"......Lalu, di hari itu, apa Will juga menyuapimu?"
"......? Aku tidak mengingatnya..."
Sesampainya kami di rumah, kami berdua kelelahan, jadi ingatanku kabur.
Aku tidak ingat apa Will menyuapiku atau tidak.
Itulah yang kupikirkan, tapi Freed menganggukkan kepalanya seolah-olah dia telah memahami sesuatu.
"Kau pasti sering disuapi olehnya, sampai kau bisa lupa dengan hal seperti itu... Baiklah, aku akan membicarakannya dengan Will, setidaknya sekali."
"......Apa kau sudah puas bertanya?"
"Hmm?"
Aku lelah menjawab pertanyaan yang Freed lontarkan secara terus menerus. Aku jadi berpikir untuk menggoda Freed.
"Hei, Freed, sejak tadi kau terus membicarakan tentang Will, itu melelahkan. Jangan bilang, kau cemburu?"
"......!!!"
"Hmm?"
Wajah Freed kembali memerah, dan dia kehilangan kata-kata. Aku melihat reaksinya dengan bingung.
Aku tidak menyangka dia akan bereaksi seperti itu, aku tercengang.
"Freed?"
"......Betul."
"?"
"......Aaaa, mendengarnya langsung dari yang bersangkutan itu terasa sakit."
Freed mendongak dan menghela nafas panjang sambil menyisir rambutnya ke belakang. Setelah itu, dia tertawa dan menatapku.
"......Aku memang cemburu. Kau mungkin bisa menganggapku sebagai seseorang yang tidak sabaran. Tapi memonopoli Lidi saat aku tidak ada adalah sesuatu yang tidak bisa kumaafkan."
"......Haaa..."
"Ada apa dengan reaksi yang acuh tak acuh itu. Apakah kau mengerti? Yang kumaksud adalah aku ingin sekali memberinya (Will) pelajaran."
Hah? Apa yang sebenarnya dia pikirkan? Aku kan tidak melakukan apapun, dan aku juga tidak ada hubungan apapun dengan Will.
Lagi pula----
"Maksudku, sudah diputuskan bahwa Freed dan aku akan menikah dalam waktu setengah tahun, kan?"
Selain itu, aku sudah memiliki 'Bunga Raja'. Kau juga selalu menempel kepadaku, apa lagi yang membuatmu khawatir?
"Itu bukan sesuatu yang bisa aku jelaskan. Aku hanya merasa tidak senang tentang itu. Aku tidak ingin ada orang yang dekat dengan Lidi."
"Haaa......"
Freed menggenggam tanganku dengan tatapan intens.
Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain, tidak bisa membalas tatapannya. Aku melihat Clara yan berdiri dalam diam, seketika aku kembali teringat bahwa saat ini aku tidak hanya berdua saja dengan Freed.
"F... Freed!! Ada Kepala Pelayan Wanita!!"
Setelah aku berkata seperti itu, Clara justru membungkukkan kepalanya.
"Putri, tolong, jangan pedulikan keberadaan saya."
Mana mungkin aku bisa melakukannya!
Kepala Pelayan Wanita ini tetap berekspresi seperti biasa. Aku kagum dengan sikap profesionalnya. Tapi, tetap saja aku ingin Freed berhenti melakukan hal yang memalukan di hadapan orang lain.
Freed menatapku dengan saksama. Jika aku tidak waspada, bisa saja Freed akan ‘melahapku’ lagi!
"Makanan! Aku ingin makan! ......Boleh? Suapi aku makanan?"
Aku akan memanfaatkan cara apapun untuk mengalihkan perhatiannya. Aku menatapnya dengan mata memohon. Perlahan Freed menjadi luluh.
"Lidi...... Itu tidak adil. Kau sengaja melakukannya, kan?"
"......Apa maksudmu?"
Aku memiringkan kepalaku selembut mungkin selagi aku menatapnya dengan tajam. Freed langsung mengalihkan pandangannya.
Tentu saja, aku sadar diri.
Aku tertawa dengan bersuara 'hehe', Seketika Freed membelalakkan matanya lalu berkata, "Itu tidak bisa membantu."
"......Haaa ......Baiklah, ayo kita lanjutkan sarapannya. Tapi, Lidi, jangan pernah biarkan Will menyuapimu lagi, oke?"
"Mmhmm...... Aku akan berusaha yang terbaik."
Aku tidak bisa menjanjikannya, tampaknya Freed bisa membaca apa yang aku pikirkan itu, jadi dia mencubit pipiku.
Itu menyakitkan.
"Dalam hal apapun, bergantunglah kepadaku, meski pun itu adalah menyuapimu makanan. Mulai sekarang aku akan selalu menemanimu."
"Begitukah? Kau tidak sibuk?"
Freed menggelengkan kepalanya saat aku menyiratkan bahwa dia seharusnya tidak memaksakan diri untuk melakukannya.
"Itu adalah nilai tambah sebagai tunangan Lidi. Aku tidak akan membiarkanmu dekat dengan pria lain, aku yang akan menjadi pendamping Lidi saat kau mendapatkan undangan pesta yang tidak bisa ditolak."
"Lagi pula, aku sering menghadiri pesta. Kau tidak perlu mengkhawatirkan masalah seperti itu."
Kalau aku hadir di pesta bersama dengan Freed, paling-paling aku hanya akan menjadi tontonan para bangsawan saja. Untuk saat ini aku tidak akan mau bersosialisasi.
Tapi, Freed menggelengkan kepalanya.
"Itu bukan untuk meningkatkan kehadiranmu di pergaulan kelas atas, aku memiliki alasan tersendiri untuk itu. Karena itu, patuhlah dan biarkan aku menjadi pendampingmu di pesta, oke? Terlebih, karena kita sudah resmi bertunangan, kau pasti akan sering menerima undangan untuk datang ke pesta."
"......Ah... Aku baru tersadar saat kau mengatakannya."
Selama ini aku selalu menggunakan alasan ‘sakit’ untuk menjauh dari pergaulan kelas atas. Tapi, jika Keluarga Kerajaan mengadakan pesta, mengingat statusku sebagai Putri Mahkota, aku pasti harus hadir dalam pesta. Dan rumor bahwa aku memiliki tubuh yang lemah pasti akan terbongkar.
Aku menjadi murung, Freed yang sejak tadi memerhatikan ekspresiku kini memelukku dengan lebih erat.
"Aku ingin memamerkan Lidi kepada semua orang ......Meskipun di sisi lain, aku juga tidak mau ada yang melihat Lidi."
"Itu sebabnya, ayo kita lakukan yang terbaik," kata Freed dengan berbisik.
"......Kalau begitu, apa kau akan memakai seragammu lagi?"
"Tentu saja, jika Lidi menginginkannya. Sebagai gantinya, aku tidak akan membiarkanmu tidur, oke?"
Aku cukup tergoda dengan hal itu, aku kembali mengingat apa saja yang kami lakukan kemarin, wajahku kembali memerah.
Meskipun aku sudah merefleksikan tindakanku yang ceroboh semalam, tapi untuk beberapa alasan, aku tetap menginginkannya.
"Haha... Gadis yang baik."
Reaksi Freed membuatku gembira, aku pun ikut tertawa bersamanya.
Aku tetap berada di pelukannya, Freed terus menyuapiku sampai aku menghabiskan sarapan yang disediakan.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment