Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 35 - Dia dan Kepala Pelayan Wanita
[POV Lidi]
"Nn... Nnggg....?"
Hangat?
Aku yang merasakan kehangatan ini pun perlahan mulai terbangun.
Alisku terangkat karena merasakan sensasi aneh yang lembut saat terbangun.
Seprai yang menyentuh pipiku terasa berbeda dari biasanya.
Aku merasa sangat lelah, bahkan aku tidak bisa menggerakkan jariku.
"?"
Kemudian aku tersadar... Aku tidak bisa bergerak karena ada yang memeluk dengan sangat erat.
"Aah...... Emm......"
......Dipeluk? Aku?
Saat aku membuka mataku, yang kulihat adalah penampilan dari pria cantik yang berambut pirang.
Meskipun dia tampak tertidur dengan lelap, aku yakin bahwa saat ini aku sedang telanjang dan dipeluk dengan pria yang juga telanjang.
"Uwaahhhh...?!"
Dalam sekejap, aku menjadi tersadar. Aku menjadi pucat saat ingatan semalam tiba-tiba melintas di kepalaku.
Itu benar, Freed membawaku ke kamar pribadinya, lalu kami......
"Uwaaaahhhhhh......"
Saat aku sudah memahami situasi yang terjadi, helaan nafas keluar dari mulutku.
......Aku mengikutinya dan ‘melakukannya’.
Aku... Aku... Aku...
"....Apa yang telah kulakukan!?"
Aku benar-benar tersihir oleh penampilan Freed yang memakai seragam militer, aku bahkan lupa untuk menjaga sikapku. Aku tersapu oleh godaan Freed yang terus memuaskanku.
Tidak heran sekarang seluruh tubuhku sakit. Situasi di mana aku bahkan tidak bisa bergerak seinci pun ini membuatku ingin meneteskan air mata.
Aku memang sudah mendengarnya dari Delris. Freed memang pria yang staminanya tidak tertandingi.
Kemarin-kemarin saat kami baru pertama kali melakukannya, Freed berkata bahwa dia menahan diri, dan sekarang aku mengerti... Waktu itu Freed memang menahan dirinya.
Berbeda dengan kejadian di malam itu, sekarang aku benar-benar kehabisan energi.
"Uuuhhh...... Tidak bisa bergerak......"
Saat aku mencoba untuk menggerakkan tubuhku, Freed justru semakin mempererat pelukannya, membuatku semakin tidak bisa bergerak.
Aku mencoba untuk memutar tubuhku dengan kasar, tapi tetap saja, itu terbukti mustahil. Aku menyerah untuk melepaskan diri dari kekangannya.
Sebagai gantinya, aku memilih untuk menatap ke sekeliling ruangan.
Karena ini adalah kamar pribadi Putra Mahkota, aku memandang sekeliling dengan harapan akan melihat hal-hal yang megah dan mewah, tapi tampaknya, ini tidak jauh berbeda dengan kamarku sendiri.
Lukisan yang terpajang di sini memang sangat indah, barang-barang di sini juga memiliki kualitas yang baik. Tapi, bagiku semua ini terlihat cukup minimum bagi seorang Putra Mahkota.
Di dekat ranjang ada sebuah kursi di mana Freed melemparkan seragam militernya ke sana. Seketika, aku kembali mengingat kejadian kemarin, otakku rasanya telah diobrak-abrik olehnya. Rasanya aku ingin menguburkan wajahku karena malu.
"Aku bodoh......"
Apa yang telah kulakukan dengan tunanganku sendiri......
Meminta ‘permainan’ pakaian dan sejenisnya, aku tidak percaya dengan semua ini.
Tapi... Akulah orang yang meminta Freed untuk tidak melepas pakaiannya.
Ahhhh... Apa yang telah kulakukan?!
......Sudahlah, jangan pikirkan hal ini lagi.
Aku harus merefleksikan diri begitu aku tiba di rumah, dan memastikan bahwa hal seperti ini tidak akan terjadi lagi.
Aku membulatkan tekadku untuk itu. Setelah itu, aku kembali memerhatikan sekitar ruangan ini.
Cahaya yang mengintip dari tirai membuatku sadar bahwa sekarang ini sudah pagi.
"Jadi sudah pagi..."
Tanpa sadar aku bergumam ketika mataku mengamati cahaya yang menyilaukan dari balik tirai, aku masih tidak menyadarinya....
Pagi... Pagi!!?
Mataku melebar karena terkejut. Rasa kantukku langsung menghilang.
Tunggu dulu! Freed membawaku ke sini saat siang hari... Bagaimana bisa sekarang sudah pagi!!?
Seingatku, aku pingsan karena kelelahan.
Aku melihat cahaya matahari terbit yang mengintip dari jendela...... Aku melewatkan dua kali makan.
"Uuahhhhh......"
Aku kehilangan akal. Bagaimana bisa aku melakukannya sepanjang hari!!!?
......Sangat bodoh. Aku ingin sekali menangis...
Tapi... Ke sampingkan hal itu, ada pertanyaan yang lebih penting.
Aku menginap di sini tanpa memberi kabar ke orang tuaku.
Ayah yang menjualku kemungkinan mengerti dengan apa yang terjadi, jadi aku tidak perlu khawatir dengannya. Tapi... Apakah ibu akan mengkhawatirkanku?
Untuk saat ini, aku ingin pulang. Lalu aku juga sangat ingin makan.
Karena aku tidak makan dua kali sehari perutku jadi berbunyi, mereka sudah mengeluh karena kelaparan.
"Uuuuhhhh... Aku lapar."
Aku merasa tersiksa dan berkecil hati. Saat aku berpikir begitu, aku mendengar tawa di sampingku.
"Hahaaa... Itu yang kau katakan saat terbangun..."
"Freed!! Kau sudah bangun?"
Bahu Freed bergetar, dia kembali memelukku dengan erat.
"Selamat pagi. Aku bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Lidi saat terbangun nanti. Jadi sejak tadi aku mengamatimu."
"......Kau punya yang hobi aneh."
Aku mengatakannya sambil cemberut, kemudian Freed membelai kepalaku dengan lembut. Saat dia melakukannya, aku menutup mataku, aku merasa senang saat dia mengelusku. Lagi-lagi, aku mendengar suara tawanya.
"Terakhir kali kau bisa melarikan diri. Aku tidak ingin hal itu terjadi lagi, jadi aku mengamatimu."
"Kau sudah terbangun sejak tadi?"
Aku terkejut, aku tidak menyadarinya sama sekali.
"Bahkan jika kau begadang semalaman pun, aku tidak akan bisa melarikan diri dengan tanganmu yang mengekangku ini."
"Terlepas dari kenyataan bahwa kau ingin melarikan diri, Lidi sangat menggemaskan... Rasanya aku ingin ‘melakukannya’ sekali lagi."
"Tidak mungkin!! Itu tidak mungkin!!"
Dengan putus asa aku menggelengkan kepalaku pada kalimat yang menakutkan itu. Freed tersenyum hangat, tampaknya dia setuju dan mengerti apa maksudku.
Senyum pangerannya yang bisa memikat siapa pun itu tidak berguna untukku.
"Aku tidak akan memaksamu lebih dari ini, untuk hari ini. Tugas resmiku sudah menumpuk sejak kemarin, karena itu aku tidak punya banyak waktu untuk beristirahat."
"......Apa kau akan baik-baik saja? Memangnya kau sudah cukup tidur?"
"Berkat Lidi kondisiku sangat prima saat ini."
Aku memeriksa kondisi fisiknya untuk berjaga-jaga, dia memang terlihat dalam kondisi yang sempurna, matanya saja sampai berbinar seperti itu, dia juga tersenyum sangat lebar.
Bagaimana dia bisa begitu energik meski tidak tidur dengan cukup? Sedangkan aku merasa sangat kelelahan seperti ini.
"Untuk saat ini, biarkan aku pergi."
"Tidak apa-apa, tapi bisakah kau bangun sendiri?"
Aku memelototi Freed, lalu akhirnya dia membiarkanku lepas dari pelukannya. Aku mencoba untuk bangun, tapi akhirnya aku kehilangan kekuatan dan kembali roboh di ranjang.
Eh!?
"Lihat, bukankah aku sudah bilang begitu..."
Kemudian Freed mengangkatku, dia mendudukkanku dan membuatku bersandar padanya.
Aku jadi bingung... Bagaimana ini? Aku tidak memiliki tenaga sama sekali.
"Eh? Bagaimana?"
"Mungkin karena aku mendorongmu ke batasmu kemarin."
"!!!"
Saat aku bersandar pada Freed, dia melingkarkan tangannya di pinggangku. Kemudian kami terpaku satu sama lain secara alami. Karena kami berdua telanjang, tubuh telanjang kami bersentuhan. Tubuhku gemetar karena kaget dan kemudian, Freed mencium tenggorokanku.
"Aku membersihkan tubuhmu dengan sihirku, seharusnya kau akan merasa lebih baik."
Setelah Freed mengatakannya, aku baru tersadar kalau rasa tidak nyaman yang tadi kurasakan kini hilang. Aku jadi merasa kalau memiliki sihir pasti akan sangat berguna.
Aku tidak memiliki bakat dan kemampuan dalam sihir, bahkan aku tidak mengerti seperti apa sihir itu.
"......Tidak apa-apa. Tapi aku masih ingin mandi. Jadi aku ingin pulang."
Meski tubuhku sudah bersih, aku tetap ingin mandi dengan air hangat.
Mungkin itu adalah kebiasaanku sebagai orang Jepang? Aku selalu ingin mandi air hangat saat lelah.
Saat aku mengatakan kata ‘ingin pulang’, alis Freed langsung mengerut.
Dia membelai punggungku seolah membujuk.
"Dengan keadaanmu yang seperti ini, itu tidak mungkin. Jika kau ingin mandi air hangat, kau bisa menggunakan pemandian Istana. Apa kau ingin mandi setelah sarapan? Aku belum mengatakannya, tapi saat ini pelayan sudah bersiap dengan hidangan di luar kamar ini."
"......Benarkah?"
Tiba-tiba aku merasakan mataku berbinar sesaat, tapi mungkin itu hanya imajinasiku.
Reaksiku terhadap makan sebelum mandi benar-benar tidak terduga.
Sambil tersenyum senang ke arahku, Freed kemudian memerintahkan para pelayan untuk masuk. Saat aku mengangkat kepalaku untuk berkata, suara ketukan terdengar.
"Selamat pagi, Yang Mulia Frederick. Saya sudah membawakan makanan. Bolehkah saya masuk sekarang?"
Terdengar sura seorang wanita yang lembut, itu pasti para pelayan Istana.
Seperti yang diharapkan dari pelayan Putra Mahkota, dia bekerja cepat.
Hmm? Tunggu sebentar, bukankah aku telanjang sekarang...?
Seketika aku menjadi panik, tapi Freed langsung menjawab pertanyaan pelayan itu dengan biasa.
Dia mempererat pegangan lengannya yang ada di pinggulku, aku jadi tidak bisa bergerak.
"Selamat pagi, Kepala Pelayan. Aku tidak keberatan untuk sarapan di sini. Tapi, jangan biarkan para penjaga masuk ke sini. Biarkan mereka tetap di depan pintu."
"......Dimengerti. Kalau begitu... Permisi."
Pasti itu Kepala Pelayan Wanita yang melayani Freed. Tak lama pintu terbuka, kemudian beberapa wanita muda memasuki ruangan.
Ah... Entah bagaimana mereka terkejut.
Ada satu pelayan yang tampak sangat terkejut, mata cokelatnya yang bulat terbuka sangat lebar.
Dia menatap lekat-lekat ke wajahku, menatapku dengan tajam. Setelah itu, garis pandangnya menuju ke arah dada kiriku.
Karena aku telanjang, jadi tentu saja 'Bunga Raja' terlihat jelas.
Aku terlambat menyadarinya... Seharusnya aku menyembunyikan ‘Bunga Raja’ ini.
"Bunga... Raja..."
Dia terlihat sangat terkejut... Kemudian dia kembali tersadar.
"......Ah... Saya minta maaf. Saya tidak menyangka kalau Putri Mahkota juga ada di sini. Saya sudah berlaku tidak sopan."
......Emm... Aku memang tunangannya, tapi panggilan ‘Putri Mahkota’ itu mengejutkanku.
Freed sepenuhnya mengabaikan pernyataan itu dan dengan riang berkata,
"Clara... Kau tidak berpikir bahwa aku membawa wanita lain, kan?"
"......Tidak, tidak akan pernah....."
"Tidak akan pernah? Baguslah... Kalau begitu, segera siapkan sarapan untuk kami. Lidi sudah kelaparan, melihatnya yang seperti ini membuatku sedih."
"Tung-!! Freed!?"
Saat aku memanggil nama ‘Freed’, para pelayan dengan tenang menundukkan kepalanya.
"Dimengerti. Saya akan segera menyiapkannya."
Kepala Pelayan Wanita itu memberi isyarat ke para pelayan muda, seketika sebuah pengaturan makanan memenuhi meja.
Makanan itu bervariasi dari telur, sayuran, jus buah, bahkan keju, ayam dan salad. Bukan hanya itu saja, masih ada makanan-makanan lainnya yang dibawa oleh para pelayan.
Seperti yang diharapkan dari kepala koki Istana, semua makanan ini terlihat sangat indah.
Saat aku mengagumi keindahan makanannya, aku teringat dengan kata-kata Freed. Dengan tidak sabaran aku menatap seluruh hidangan ini dengan saksama. Saat aku melakukannya, aku merasakan kehangatan menyelimuti punggungku.
"Akan buruk kalau kau sampai masuk angin."
Aku merasakan sesuatu yang lembut di pungguk, tampaknya Freed menaruh selimut di sana.
Pasti Kepala Pelayan Wanita yang menyerahkan selimut kepada Freed, lalu Freed memberikannya kepadaku.
"Terima kasih......"
Aku merasa lega dengan sensasi hangat dan lembut. Saat tubuhku sepenuhnya terbungkus, aku menghela nafas.
Kalau kau ingin menutupi tubuh telanjangku, seharusnya kau memberiku satu set pakaian...
Tanpa sadar, Freed sudah mengenakan jas putih. Aku sangat cemburu…
Setelah beberapa saat, persiapan untuk makan selesai dan para pelayan mundur. Satu-satunya yang tersisa adalah Kepala Pelayan Wanita.
"Yang Mulia, pengaturan makanannya sudah siap."
"Ya, terima kasih. Ah... Lidi, izinkan aku memperkenalkannya. Dia adalah Kepala Pelayan Wanita yang bertugas untuk melayaniku, Clara Grimm."
Clara menundukkan kepalanya saat dia diperkenalkan.
"Putri, nama saya Clara Grimm. Saya merasa senang bisa berkenalan dengan Anda. Izinkan saya menambahkan kata-kata Yang Mulia. Saya sudah lama menjadi pelayan Yang Mulia. Dan saya tidak akan berpikir bahwa ada orang yang bisa membantu Yang Mulia lebih baik dari saya."
Clara dipenuhi dengan kepercayaan diri, Freed menjawabnya dengan senyum pahit.
"Itu benar, itu karena aku merasa nyaman jika Clara yang melayaniku. Para pelayan lainnya adalah orang yang berisik dan menyebalkan...... Clara, dia adalah tuan putriku, Lidiana."
Umm... Aku ini masih berstatus tunangan. Tapi aku merasa tidak ada gunanya untuk mengoreksi perkataannya.
Freed membelai rambutku, dia menarikku semakin dekat.
Dengan mudah Freed membantuku untuk bangun, dia lalu mencium pipiku.
Apa yang sedang kau lakukan? Aku berpikir sambil memutar kepalaku untuk menghadapnya, tapi dia malah mencium bibirku.
......Setidaknya tahanlah dirimu di depan orang lain.
Seolah-olah Clara tidak bisa mempercayai apa yang terjadi, Clara terus menatap kami, tapi kemudian dia segera menundukkan kepalanya.
......Aku bisa melihat kalau telinganya memerah.
"......Saya mengetahuinya... Anda adalah Putri dari Duke Vivouare."
Aku tidak biasa mendengar orang memanggil ayahku dengan gelarnya. Tanpa sadar, aku menatap Clara.
Hampir semua orang memanggil ayahku, Perdana Menteri. Itu karena, sudah menjadi rahasia umum bahwa ayahku lebih suka dipanggil Perdana Menteri daripada Duke.
Ayahku lebih suka dipanggil dengan gelar yang diperolehnya sendiri dibanding dengan gelar yang diturunkan dari keluarga. Aku bisa mengerti sikap ayahku itu.
"......Aku Lidiana. Tolong perlakukan aku dengan baik."
Karena dia memanggil ayahku dengan menggunakan gelar itu, mungkin dia tidak menyukai ayahku.
Kali ini aku merasa muak bukan karena Freed, melainkan karena ayahku sendiri.
Bagaimana pun juga, ayahku adalah ayahku. Aku adalah aku.
Setelah ini, pertemuanku dengan Kepala Pelayan Wanita mungkin akan meningkat.
Jika dia mengerti bahwa ayahku dan aku benar-benar berbeda, akan lebih baik. Aku tidak ingin sampai ada masalah dengannya.
Karena mulai sekarang kemungkinan aku akan berada di bawah perawatan Clara, jadi aku ingin kita memiliki hubungan yang baik.
......Hmm... Mari kita bekerja keras.
Saat aku berpikir seperti itu, Freed membuka mulutnya untuk menambahkan lebih banyak kata untuk diucapkan.
"Oh... Itu benar, biar aku menjelaskannya. Aku menikah dengan Lidi karena aku mencintainya, itulah mengapa aku mempercepat persiapannya. Itu tidak ada hubungannya dengan Perdana Menteri, jangan sampai salah paham, kau mengerti? .... Jika Lidi diperlakukan dengan kasar, aku tidak akan memaafkannya, siapa pun itu!"
Clara mengarahkan matanya ke bawah saat dia merasakan tatapan Freed yang tajam.
Aku tidak bisa melihat ekspresinya karena Clara menundukkan wajahnya.
"......Saya mengerti."
"Baiklah kalau begitu, Lidi maaf membuatmu menunggu. Ayo, kita sarapan."
Dalam sekejap, nada dinginnya menghilang dan digantikan oleh sikapnya yang biasa dengan tersenyum riang.
......Freed mungkin melakukannya agar tidak ada pelayan yang menyakitiku.
Aku merasa senang dengan itu, tapi...
Aku tidak terlalu keberatan. Tapi, akan lebih baik jika dia berhenti terlalu melindungiku seperti ini.
Aku tidak selemah itu.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment