Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 34.2 - Kesabaran Sang Istri 1


[POV Ibu Lidi]


"Sayang, bagaimana kalau kau sedikit tenang?"

Aku memanggil suamiku yang sejak tadi terus saja berjalan, bolak-balik di hadapanku.

"Tapi... Lidi!!"

"Lidi ada di sisi Putra Mahkota, kan? Bukankah kau sendiri yang mengatakannya?"

"Yah... Itu memang benar. Tapi...!!"

Suamiku menghela nafas sambil menggaruk kepalanya.

Hari ini adalah ‘Hari Pertunangan’ putriku. Dan tunangannya adalah Putra Mahkota negeri ini.

‘Hanya Putra Mahkota saja yang pantas untuk putri kita!’ Itulah yang dikatakan oleh suamiku. Dan akhirnya hal itu terwujud.

Putriku mengalahkan ratusan putri bangsawan yang ingin berada di sisi Putra Mahkota, kini putriku telah memperoleh gelar sebagai ‘tunangan resmi’.

Aku tahu bahwa suamiku adalah orang yang cakap, tapi aku tidak pernah berpikir bahwa suamiku benar-benar bisa mewujudkan keinginannya untuk menjadikan putri kami sebagai Putri Mahkota.

Walaupun aku merasa senang bahwa putriku bisa mendapatkan pasangan yang luar biasa, tapi perasaanku campur aduk karena keinginan suamiku itu terwujud.

Sepertinya putriku tidak tertarik dan tidak berencana menyembunyikan ketidaksenangannya dari awal (sampai akhir). Aku selalu berdoa untuk keberuntungannya, aku juga bertanya-tanya kepada suamiku tentang pasangan putriku di masa yang mendatang nanti. Pada akhirnya, putriku resmi bertunangan dengan Putra Mahkota.

Aku ingat saat Putra Mahkota datang ke Kediaman ini. Aku bisa melihat tatapan panasnya yang ditujukan untuk putriku, semua itu tak luput dari pandanganku. Aku jadi merasa lega karena merasa semuanya akan baik-baik saja.

Banyak hal yang terjadi sejak putriku telah dikonfirmasi memiliki ‘Bunga Raja’, akhirnya putriku memiliki bisa mempertahankan statusnya sebagai tunangan resmi Putra Mahkota.

Putriku adalah orang yang berkelakuan baik dan jujur, karena itu, di keadaan yang sudah seperti ini putriku pasti tetap tidak akan melarikan diri. Kini, suamiku terlihat lega karena akhirnya putriku sudah memiliki tunangan secara resmi dan sekarang suamiku sedang bekerja keras untuk menyiapkan proses pernikahan.

Hari ini adalah hari pelaksanaan Upacara Pertunangan.

Saat malam tiba, suamiku kembali ke Kediaman, sendirian saja.

Saat aku bertanya di mana putriku kami, ia menjawab bahwa Lidi dibawa oleh Putra Mahkota. Dari wajahnya, aku yakin suamiku pasti melihat kejadian di mana Putra Mahkota membawa putri kami. Kini, malam semakin larut, dan putriku belum juga pulang. Aku merasa bahwa putriku tidak akan pulang dalam waktu dekat.

Sudah pasti hal itu terjadi, tapi tampaknya, suamiku tidak mengerti dengan itu.

“Malam... Ini sudah malam...” Itulah yang sejak tadi suamiku gumamkan.

"Sayang, aku yakin Lidi tidak akan pulang malam ini. Aku tahu kau khawatir, tapi Lidi itu sedang bersama dengan tunangan resminya, Putra Mahkota. Bukankah kau sendiri yang setuju dengan hal itu?"

"......Uuuuhhhhh."

Saat suamiku menceritakan apa yang terjadi, aku bisa tahu bahwa putriku meminta bantuan kepada suamiku untuk menolak ajakan Putra Mahkota.

Tapi suamiku malah berpura-pura tidak menyadarinya. Karena itu, sekarang dia tidak berhak untuk mempertanyakan tindakan Putra Mahkota yang tidak membiarkan putriku pulang.

"Sayang, kau tidak boleh mengeluh tentang semua ini. Lagi pula kau tidak punya hak untuk itu, kau mengerti, kan?"

".....Aku tahu itu. Aku juga tidak memiliki niat apapun."

Sepertinya suamiku tahu apa kekurangan dirinya sendiri.

Tentu saja aku mengerti perasaan suamiku ini, aku juga merasa khawatir dengan putriku.

Aku yakin semua ibu juga akan merasakan hal yang sama. Tapi...

"Clara ada di sana, semuanya akan baik-baik saja."

T/N: Buat yang lupa, Clara itu nama kepala pelayan wanita yang ada di chapter 34.1 yaaa.

"....Apa? Kau mengatakan sesuatu?"

Aku menggelengkan kepalaku, syukurlah sepertinya suamiku tidak mendengar apa yang kukatakan barusan.

Tidak peduli sudah berapa lama waktu berlalu, kedua orang ini tetap saja tak bisa akur.

"Bukan apa-apa. Haruskah kita makan malam?"

Anak gadisku itu, aku jadi bertanya-tanya, apa besok dia akan pulang? Aku iseng memikirkannya saat berjalan ke ruang makan.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?