Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 29 - Dia dan Seragam Militer 1
[POV Lidi]
Keesokan harinya, ayahku membawaku bersamanya ke Istana.
Kami akan mengonfirmasi “Bunga Raja” dan melakukan langkah akhir untuk menentukan acara pertunangan, jadi aku datang ke Istana dengan pakaian formal.
Tampaknya upacara pernikahan tetap akan diadakan dalam waktu 6 bulan dari sekarang.
Ayahku bilang kalau sebelum pernikahan, akan ada banyak acara yang harus kuhadiri, jujur saja, aku ingin melarikan diri dari semua itu.
Karena kami akan mengonfirmasi “Bunga Raja”, jadi para pelayan memilih desain gaun yang dipotong di bagian dada dan bahu.
Gaun panjang dengan banyak lapisan sutra tipis dan perhiasan yang berjajar. Belum cukup di situ, gaun ini juga penuh dengan emas dan batu kecubung (amethyst).
Dan terakhir, bolero untuk menyembunyikan “Bunga Raja”.
T/N : bolero adalah semacam jaket yang berukuran setengah dada.
Para pelayan dengan terampil mendandaniku, aku hanya berdiam diri saja.
Aku juga dipakaikan korset, aku merasa seperti akan berperang dengan memakai korset ini. Sejujurnya, aku merasa tidak perlu memakai korset.
Para pelayan merias dan mengatur rambutku secara bersamaan, dan akhirnya Putri Duke Vivouare yang tidak akan malu untuk pergi ke mana pun selesai.
"Lidi, apakah persiapannya sudah selesai?"
"Ya, ayah."
Mendengar suara ayahku dari pintu, aku bangkit dari violetku.
Memeriksa penampilanku, para pelayan itu membungkuk dan mundur.
Saat aku keluar dari kamar, ayahku memeriksa penampilanku dengan teliti, dan mengangguk puas.
"Bagus..."
Para pelayan yang membantuku berpakaian semuanya menundukkan kepala mereka.
Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa memakai pakaian formal ini sendiri. Tapi... Apakah tidak apa-apa bagi para pelayan ini untuk melihat “Bunga Raja”ku.
Aku pikir itu hanya masalah kecil, kalau aku berbicara pasti akan merepotkan, jadi aku hanya diam.
Ayah mengantarku ke kereta kuda dan kami pun pergi.
Aku terus menatap ke luar jendela, ayahku berdeham untuk mendapatkan perhatianku.
"Lidi."
"Iya."
"Apa yang sebenarnya kau pikirkan tentang pernikahan ini?"
"......"
Setelah sekian lama... Dia baru mengatakannya.
Aku tidak menyangka, ayah menanyakan hal itu setelah aku mendapatkan “Bunga Raja”.
Tanpa sadar aku menoleh untuk menatapnya dengan dingin.
“....Apa yang aku pikirkan? Apakah ayah berpikir sesuatu seperti aku tidak punya niat untuk menikah dengan status?"
"Tidak, bukan itu. Itu karena... Sepertinya kau sangat benci menikah dengan Keluarga Kerajaan."
"....Ayah, kau juga menyadarinya, kan?"
Saat aku dengan tajam memelototinya, ayahku dengan canggung memalingkan muka.
"...Itu demi kebahagiaanmu."
“Perbedaan pendapat, kan? Bagaimanapun, tidak ada gunanya ayah menanyakan hal itu sekarang. Aku sudah menerima nasibku, jadi tidak perlu khawatir."
Aku memotong alasan ayahku dengan satu pukulan yang keras.
Benar-benar merepotkan untuk mengatakan sesuatu seperti itu pada saat ini. Lagi pula, aku sudah tidak bisa melarikan diri dari semua ini. Kalau aku bilang ‘tidak’ memangnya akan berpengaruh?
"Aku tidak tahu apa yang membuat ayah khawatir, tapi aku tidak akan lari atau bersembunyi."
"....Benarkah begitu?"
"Iya."
Mendengar jawabanku, kini ayah menunjukkan ekspresi santai, pasti itu karena akhirnya dia merasa lega.
"Kalau begitu, sekarang ayah akan mengatakan tentang prosedur yang akan dilakukan nanti di Istana."
"Iya."
Akhirnya kami akan membicarakan masalah utama yang ada. Aku meluruskan postur tubuhku.
"Apakah kau mengerti apa itu “Adat Pertunangan”?"
"Pertukaran nama, kan? Bukankah itu sudah dilakukan kemarin, apa harus dilakukan sekali lagi? "
Menunggu jawaban dari ayah, aku merasa itu merepotkan.
Kemarin kan Freed sudah melamarku di hadapan ayah, dan aku menerimanya.
“Adat Pertunangan” bertujuan untuk menunjukkan bahwa pertunangan diikat dengan benar di hadapan seseorang sebagai saksi.
Meski aku dan Freed sudah melakukan “Adat Pertunangan”, tapi tampaknya kita harus melakukannya lagi, mengingat Freed adalah Keluarga Kerajaan. Bangsawan saja tidak akan mengadakan sesuatu secara sederhana, apa lagi Keluarga Kerajaan.
“Itu adalah bagian dari upacara pernikahan. Ayah sudah memberi tahu para bangsawan bahwa kau akan secara resmi menjadi tunangan Putra Mahkota."
"….Aku mengerti."
Itu mengingatkanku, kemarin Will berkata bahwa ada pengumuman pertunangan. Apakah pengumuman itu juga bagian dari “Adat Pertunangan”?
Sayangnya, ibu tetap berada di rumah. Hanya ayah saja yang bisa menghadiri “Adat Pertunangan” ini.
Pembicaraan kami tampaknya telah berakhir, sebentar lagi Kama akan sampai di Istana Kerajaan.
Akhirnya kereta kuda berhenti.
Wajah ayahku menegang saat dia berdiri dan mengulurkan tangannya padaku.
Aku mengambil tangannya, dengan elegan aku turun dari kereta kuda.
Saat aku turun dari kereta kuda, sebuah suara mengumumkan kedatanganku dan suara terompet terdengar.
Para prajurit berbaris dalam dua baris di kedua sisi gerbang istana, mengenakan seragam yang dirancang khusus untuk upacara, semuanya membungkuk serempak.
Di antara mereka, ada seorang pria yang mengenakan mantel yang gagah, dia melangkah maju.
Berdasarkan penampilannya, dia tampak seperti seorang ksatria. Untuk tampil sebagai orang yang bertanggung jawab di tempat seperti ini, kemungkinan besar dia adalah bangsawan berstatus tinggi. Pria ini, memiliki fisik yang terlatih, menyerupai seseorang yang kukenal.
“Selamat datang, Nona Lidiana. Saya adalah Komandan Ordo Ksatria, Gregor."
Namanya membuatku tahu siapa dia. Itu benar, dia adalah adik Will.
Meski aku belum pernah bertemu dengannya, tapi sekilas mereka terlihat mirip.
Aku hanya mengangguk, ayahku bertanya kepadanya,
"Apakah kau yang menjadi pemandu untuk acara ini? Di mana Yang Mulia Raja?"
"Yang Mulia Raja dan Putra Mahkota sudah menunggu di tempat upacara."
Kami pun mengikuti Gregor yang menjadi penunjuk jalan untuk menuju ke tempat upacara dilaksanakan.
Saat kami berjalan, para prajurit kembali membungkuk.
Meskipun aku mengerti bahwa ini adalah kebiasaan dan kewajiban, tapi aku masih merasa sangat tidak nyaman.
***
Semakin aku melangkah ke tempat upacara, semakin aku merasa gugup. Tampaknya Adik Will menyadari hal itu, jadi dia berusaha mencairkan suasana dengan mengajakku berbicara.
“Saya sudah mendengar tentang Anda dari Putra Mahkota, itu membuat saya ingin bertemu dengan Anda. Anda juga mengenal kakak saya, bukan?”
Tidak seperti Will, Glen memiliki aura yang ceria. Meski fitur wajahnya sama seperti Will, tapi tidak seperti Will, Glen terlihat mudah untuk berekspresi.
“…Benar, Will adalah teman masa kecil saya. Saya juga sering mendengar nama besar Gregor-sama darinya."
“Ah.. Memalukan sekali. Tolong panggil saya Glen saja."
"Kalau begitu, panggil aku Lidi. Ngomong-ngomong, auramu berbeda dengan Will, ya."
"Begitukah? Aku pernah mendengar bahwa kami sangat mirip dalam pertempuran.... Menurut Nona, kakakku adalah orang yang seperti apa? Aku jadi penasaran."
"Menurutku Will itu... Bagaimana aku harus mengatakannya, ya? Kurasa Will adalah orang yang sangat pendiam dan tidak mudah berekspresi."
"....."
Aku langsung menjawabnya dengan jujur dan apa adanya, tapi kenapa Glen tiba-tiba menjadi kaku.
"Glen?"
"Pendiam…? Kakak?"
"Iya. Tapi kurasa dia adalah orang yang baik."
"....Begitu, ya."
Aku bermaksud untuk melanjutkan pembicaraan, tapi Glen malah terdiam.
Akhirnya, percakapan kami terhenti.
Aku pun menyerah untuk melanjutkan percakapan. Jadi aku hanya berjalan dengan diam.
Setelah melewati koridor yang didekorasi dengan indah, kami tiba di depan pintu yang berukiran naga berkepala kembar.
Ini adalah tempat upacara pertunangan dilaksanakan.
Ada dua penjaga yang berada di pintu itu, setelah menerima pandangan dari Glenn, perlahan mereka membuka pintu itu.
Aku bisa mendengar keributan di ruangan ini, pasti sudah banyak orang yang berkumpul.
Saat pintu terbuka, para pejabat yang berkumpul membungkukkan diri mereka.
Upacara pertunangan ini lebih mewah dari yang kukira.
Kini, aku dan ayah sedang berjalan di karpet merah yang sangat mahal dengan bentuk-bentuk geometris terukir di atasnya, sambil mengikuti pengawalan ayahku, aku berjalan dengan anggun.
Di tengah jalan, aku melihat ada Will, tapi tentu saja aku tidak bisa berhenti dan menyapanya di sini. Aku terus berjalan dan akhirnya berhenti di posisi yang sudah ditentukan.
Terlepas dari ayahku, hanya terhadap Keluarga Kerajaan saja aku membungkuk.
Setelah mendengar suara yang mengizinkanku untuk mengangkat kepala, perlahan aku menatap orang yang ada di hadapanku.
Mereka ada 3 orang.
Di tempat tertinggi adalah Raja negara ini. Dia adalah Ayahanda Freed, dari penampilannya, dia seperti masih terlihat cukup muda. Dia mengenakan jubah merah tua dengan bulu mewah yang melekat padanya.
Dan di sebelahnya ada Yang Mulia Ratu.
Ratu, Ibunda Freed adalah Putri dari negara lain yang menikah secara politik, beliau mengenakan gaun tipis berwarna krem yang bahunya terbuka. “Sayuri”, bunga lili putih yang menjadi “Bunga Raja”nya, bersinar indah.
Lalu satu tingkat di bawah keduanya ada Freed, yang dengan manis tersenyum kepadaku ketika mata kami bertemu.
"!?"
Sejenak, aku terlalu kaget untuk bergerak dan hanya menatap dengan mata terbelalak.
Tampaknya tindakanku ini disadari oleh beberapa orang di sekitarku, tapi aku tetap tidak memedulikannya.
Apa itu! Apa itu... Apa itu–––!!!
….Freed mengenakan pakaian formal.
Yah... Tentu saja itu yang diharapkan.
Karena ini adalah upacara formal, sudah pasti dia memakai pakaian formal.
Tapi aku tidak tahu kalau pakaian formalnya ternyata adalah seragam militer!
Keseluruhan pakaiannya berwarna hitam. Kerahnya dihiasi dengan kancing emas. Dan aiguillette berwarna emas yang membentang di bahu kanan, semua itu menjadikannya seragam militer hitam yang sempurna. Dan di dada kirinya terdapat mawar biru yang terbuat dari safir.
T/N : aiguillette adalah ornamen di seragam militer yang tergantung di bahu.
Pedang emas yang ia bawa juga terlihat sangat cocok dengan penampilannya.
.....sangat tampan!!!
Aku segera memalingkan pandanganku, hampir saja aku kehilangan ketenangan di depan banyak orang seperti ini.
Aku sangat menyukai penampilannya, kurasa aku akan mimisan...
..... Aku tidak bermaksud mengatakan bahwa wajah Freed bukanlah tipeku.
Aku akui wajah Freed itu memang tampan, dan bulu matanya yang panjang dengan mata berbentuk almond itu membuatnya semakin tampan.
Tapi.... Lalu kenapa? Banyak orang-orang tampan yang sudah pernah kulihat dan kutemui, entah itu di kehidupanku yang sebelumnya atau pun di kehidupan yang sekarang.
Tapi... Ini... Mungkin agak kasar, tapi ke sampingkan saja wajah Freed, aku hanya jatuh cinta pada seragam militer.
Yang ada di pikiranku saat ini adalah.... “Festival Seragam Militer Freed”.
Kerahnya... Seragamnya yang melekat itu... Luar biasa!
Setelah kulihat dari dekat, di mantelnya yang berwarna hitam itu ada bordir benang perak lambang Keluarga Kerajaan. Itu membuatnya mencolok.
Kalau tidak salah, ada cerita bahwa pendiri negara ini adalah ‘Dewa Perang’.
Itu alasan kenapa pakaian formalnya adalah seragam militer.
...Pokoknya saat ini kepalaku berantakan.
Aku tidak bisa berpikir jernih, aku sangat tergila-gila dengan pakaian itu.
Kalau dia ingin membawaku pulang sekarang, tidak, itu pasti... pasti aku akan menerimanya kalau dia ingin membawaku pulang!
T/N : maksud Lidi dengan kata pulang di sini itu merujuk ke one night stand
( /)u( )
….Hah!!
Apa yang kupikirkan! Sadarlah, Lidi!!
Aku segera menyingkirkan pikiran yang ada di kepalaku itu.
Kebetulan pada saat ini, Yang Mulia Raja dan ayahku sedang dalam pembicaraan yang serius, mengatakan hal-hal seperti 'Tolong jadikan anak perempuanmu sebagai tunangan putramu' dan 'sesuai keinginanmu', seperti itulah... Aku tidak begitu mendengar dan memperhatikannya.
Tapi tetap saja... Aku tidak boleh melupakan sopan santunku sebagai seorang Putri dari Duke yang juga Perdana Menteri negeri ini.
Saat aku memfokuskan diri dengan apa yang sedang dibicarakan oleh Yang Mulia Raja dan ayahku, topik pembicaraan mereka berlanjut, dan akhirnya pembicaraan berubah menjadi adegan.
Acara utama “Adat Pertunangan”, yakni pertukaran nama dimulai.
Freed maju kehadapanku, dan berlutut.
Pertukaran nama yang terjadi kemarin tidak berefek apapun kepadaku, tapi sekarang... Jantungku berdetak dengan sangat cepat hanya karena seragam militer!
Tak termaafkan..... Freed terlalu tampan dengan seragam militer ini, sungguh tak termaafkan......
Dengan susah payah aku kembali berusaha menahan diriku.
“Saya Friedrick van de la Wilhelm. Kepada satu-satunya putri cantik yang tercinta. Tolong berikan saya nama Anda. Sebagai gantinya saya bersumpah untuk hanya mencintai Anda seorang sampai kehidupan ini padam.”
Aku harus membalas kata-katanya, tapi kepalaku masih kacau...
Dengan sekuat tenaga, aku tersenyum dengan lembut.
Aku mengulurkan tangan kepadanya, berusaha mengingat kata-kata apa yang harus kukatakan.
“Saya Lidiana von Vivouare. Tentu saja saya menerima perasaan Friedrick-sama. Mulai sekarang, semua milik saya akan menjadi milik Anda."
Freed menjatuhkan ciuman di tanganku.
Pada saat yang sama, orang-orang di sekitar kami bertepuk tangan.
Itu pertanda bahwa pertunangan itu diakui oleh para saksi.
Akhirnya acara ini berakhir, aku menghela nafas.
….Tidak. Acara utama memang sudah berakhir, tapi tidak dengan pesta... Masih terlalu dini untuk bersyukur, Lidi.
Freed berdiri, dan dengan gembira, dia tersenyum ke arahku.
....Sangat sulit untuk berusaha tenang...
Apalagi dengan penampilannya yang seperti ini.
Bagaimana ini!?
Semakin aku memikirkannya, aku justru semakin menatapnya. Kendalikan dirimu, Lidiana... Kau harus tidak boleh terus terlena!
….Hah... Sepertinya kesulitanku belum berakhir.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment