Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 24 - Dia dan Ayahnya



[POV Lidi]

Terlalu banyak hal terjadi, jadi, pada akhirnya aku pergi tidur dengan gusar, dan tidur sampai keesokan paginya.

Saat aku membuka mataku, pikiran pertamaku adalah... Semua ini menjadi rumit!

Perlahan aku bangkit.

Saat aku melirik ke dada kiriku, mawar biru, “Bunga Raja” kembali mengingatkanku dengan kenyataan.

Aku kembali merasa tidak bersemangat...

...Itu semua bukan mimpi.

Tidak, tentu aku tahu kalau semua itu bukan mimpi.

Hanya sebentar saja, aku ingin melarikan diri dari kenyataan ini.

Rencanaku gagal total...

Dan aku menjadi terjebak seperti ini.

Pada akhirnya... aku tetap menjadi Putri Mahkota. Dengan kata lain, aku harus menerima nasibku.

…Baik. Aku mengerti. Aku adalah seorang wanita.

Karena sudah begini, aku akan menikah.

Lagi pula, selama ada “Bunga Raja”, aku kan tidak bisa melarikan diri. Kemarin, setelah aku menerima penjelasan menyeluruh mengenai “Bunga Raja”, sudah dipastikan...

Aku tidak akan bisa menjadi istri orang lain dengan adanya bunga ini.

Apapun yang kulakukan, Keluarga Kerajaan tidak akan mengizinkannya.

Bagaimanapun... Aku tidak bisa melakukan apapun selain menikah.

"Kenapa semua ini terjadi padaku?"

Hahh... Bahkan jika aku bertanya pada diri sendiri itu, aku tak akan mendapatkan jawaban.

Kalau pun aku mendapatkan jawaban, maka jawaban itu adalah;

Kau menuai apa yang kau tabur.

Aku tahu... Aku tahu itu.

Semua ini terjadi karena aku ‘melakukannya’ dengan pria itu.

"Ahh... Tapi... Kurasa, aku harus berkonsultasi dengan Delris, mungkin saja... "

Delris adalah seorang penyihir yang terkenal, mungkin dia tahu cara untuk melarikan diri dari situasi ini.

Aku mengangguk, itu benar, aku akan menemui Delris yang tinggal di sudut kota.

Sejak aku membeli ramuan pencegah darinya, aku belum pernah lagi bertemu dengannya. Tapi, aku kan mendapatkan izin untuk mengunjunginya.

Mungkin aku akan menemukan suatu cara untuk keluar dari masalah rumit ini.

Meski aku sudah tahu bahwa aku tidak akan bisa pergi dari semua ini, apu aku harus mencoba apapun cara  yang kemungkinan bisa membantuku keluar dari semua ini.

***

"Lidi."

Suasana sarapan kali ini pasti akan terasa berat.

Karena sudah waktunya, aku turun dan menuju ke meja makan. Di sana hanya ada orang tuaku.

Tidak ada satu pun pelayan.

Setelah aku duduk, ayahku memanggilku dengan suara tegang yang tidak biasa.

"Ada apa, Ayah?"

Aku memiringkan kepalaku heran.

Suasana aneh macam apa ini!? Saat aku melihat ke orang tuaku, ibuku terlihat seperti mengkhawatirkan sesuatu.

Aku tidak mengerti ada apa dengan mereka, aku pun menyesap teh yang sudah disiapkan.

Perlahan aku mencicipinya... Apakah hari ini Assam?

T/N : nama teh hitam asal India

"...Emm... Lidi... Kemarin aku sudah mendengarnya dari Putra Mahkota."

"Iya?"

Aku jadi kesal karena teringat kejadian kemarin, tapi aku tetap diam dan mendengarkan ayahku.

Apapun itu cepatlah katakan... Setelah ini aku ingin pergi ke tempat Delris.

"Apa benar kau sudah diberi “Bunga Raja”?"

"...Pfft!!"

Hampir saja aku memuntahkan teh yang sedang kuminum saat ayah menanyakan hal itu...

Aku menatap ayahku, terkejut. Tampaknya, ayahku ingin mengonfirmasi hal itu jadi dia balas menatapku.

...Aku tak bisa melarikan diri dari tempat ini.

Mata ungunya yang sama dengan mataku mengatakan padaku untuk mengatakan yang sebenarnya.

Saat ini dia bertanya sebagai seorang Perdana Menteri, bukan sebagai seorang ayah.

Aku yang sadar akan hal itu menjadi pasrah.

"...Seperti itulah."

"Kau! Kapan!?"

Ayahku bangkit dari kursinya dan membungkuk ke depan, ke arahku.

Ibuku memegangi kedua tangannya dengan tak percaya.

...Bahkan aku sendiri tidak ingin mempercayainya.

"Bukankah ayah sudah mendengarnya dari Putra Mahkota?"

"Putra Mahkota terus menghindari pertanyaanku akan hal itu... Aku juga merasa kau pasti tidak ingin mengatakannya, jadi aku memerintahkan penyelidikan..."

Ayahku menatapku dengan wajah cemberut.

Orang lain pasti akan ketakutan melihat wajah ayahku saat ini, tapi itu tidak berpengaruh kepadaku.

Melihat sikapku yang tetap tenang, ayahku menghela nafas, dan mengeluarkan beberapa lembar kertas dari saku dadanya.

"...Pagi ini, bawahanku memberikan hasil penyelidikan. Dia membawa laporan yang sulit untuk dipercaya... Lidi, kau pergi ke Pesta Topeng!?”

Ayahku membanting hasil laporan penyelidikan itu ke meja, dan menatapku dengan tajam.

Wajah ibuku terlihat pucat, seakan-akan dia bisa pingsan kapan saja.

...Cepat sekali ketahuannya.

Agen intelijen Keluarga Duke memang hebat. Mereka bisa langsung mendapatkan informasi dalam waktu yang singkat.

Kediaman Vivouare sejak lama mempekerjakan mata-mata pribadi yang berurusan dengan kegiatan intelijen tingkat nasional. Menyelidiki sesuatu tentang hubungan seorang pria dan wanita adalah hal yang sangat mudah.

Unit intelijen tersebut berada di bawah yurisdiksi kakak laki-lakiku yang saat ini sedang pergi, tapi tampaknya ayahku masih memeliki kuasa di unit itu.

Freed mungkin tidak mengatakan apa pun demiku.

Meski aku merasa bersyukur atas pertimbangannya itu, tapi tetap saja itu tidak berarti banyak.

"Ya, akhir-akhir ini aku tertarik dengan itu."

"Apa kau tahu tujuan dari Pesta Topeng!?"

Kalau aku asal menjawab pertanyaan ini, pasti aku akan terkena amarah ayah.

Aku tidak boleh salah bicara di sini, jadi aku menjawab...

"Aku mendengar bahwa itu adalah pesta di mana setiap orang bisa bersenang-senang dengan menyembunyikan identitas mereka."

"Kau bodoh! Bagaimana kau bisa termakan oleh alasan konyol itu!? ”

"…Tidak ada cara lain. Aku terpaksa melakukannya."

Aku menjawabnya dengan acuh tak acuh, ayahku menjadi kesal, dia berkata.

"Kenapa kau melakukan sesuatu yang bodoh seperti itu?"

"Karena aku tidak ingin menikah dengan Putra Mahkota. Aku melakukan segala cara untuk menghindari dari hal itu, dan inilah metode yang paling memungkinkan untukku, itulah yang kupikirkan.”

Apapun yang akan kukatakan, pada akhirnya ayah pasti mengetahui kenyataannya. Itu terlihat jelas dari raut wajah ayahku.

Itu berarti... Tidak ada gunanya berbohong.

Tapi, hal yang mengejutkan adalah meskipun ayahku terlihat marah dengan kelakuanku, tapi dia tidak terlihat terlalu terkejut dengan itu.

Aku merasa aneh...

"Aku terkejut."

"Dengan?"

"Ayah tidak terlihat terkejut dengan semua ini."

Ayahku mendesah lelah mendengar kata-kataku.

"...Menurutmu sudah berapa tahun aku menjadi ayahmu? Sejak lama, aku selalu khawatir bahwa suatu hari kau akan melakukan hal seperti ini."

"Ya ampun..."

"Jangan berkata, ‘Ya ampun’! ...Kau datang ke Pesta Topeng! Saat aku menerima laporan itu, aku merasa seperti jantungku berhenti berdetak!”

Itu mengejutkan.

Aku tidak menyangka ternyata ayahku bisa menebak pikiranku.

"...Kalau ayah mengerti, seharusnya ayah menghentikan pertunanganku dengan Putra Mahkota..."

"Lalu siapa lagi orang yang akan menerima anak perempuan yang menyusahkan sepertimu, Lidi... Ataukah kau ingin menikah dengan Will? Apa karena itu kau melakukan semua ini?”

"Will?"

Tiba-tiba nama teman masa kecilku disebut-sebut di permasalahan ini

Kenapa?

‘William von Pellegrini’, dipanggil Will.

Putra Pertama dari Duke Pellegrini.

Komandan Divisi Penyihir. Berumur 23 tahun.

Dia adalah putra pertama dari keluarga yang memiliki kekuasaan setara dengan keluarga kami, dan dia adalah satu-satunya teman masa kecilku.

Sejak kecil dia sudah terkenal sebagai penyihir jenius. Dia memiliki mata abu-abu, rambut hitam, dan fitur wajah yang tampan.

Ya, dia tidak hanya bisa menggunakan sihir, dia juga jenius dalam teknik sihir...

Ini adalah dunia di mana sihir, teknik sihir, dan teknik rahasia saling berdampingan.

Sihir adalah sesuatu yang dapat diaktifkan seseorang dalam waktu singkat menggunakan kekuatan magis dalam diri sendiri. Ada banyak kegunaan sederhana untuk itu. Misalnya menyalakan dan mematikan lampu, berbicara dengan seseorang yang jauh, semua itu bisa dilakukan dengan sihir.

Teknik sihir hanya dapat diaktifkan setelah membuat mantra menggunakan formasi lingkaran yang disebut formasi magis. Dengan membuat mantra, hal-hal yang tidak bisa dilakukan dengan sihir menjadi mungkin untuk dilakukan.

Teknik rahasia adalah sesuatu yang merupakan kombinasi antara sihir dan teknik sihir. Hal ini adalah sesuatu yang unik, di mana hanya beberapa orang yang bisa menggunakannya.

Meskipun aku bersinggungan, singkatnya Will adalah seorang jenius dalam membangun mantra-mantra teknik sihir.

Tidak hanya Will yang sangat terkenal, adiknya yang memiliki ketenaran yang sama.

Adik laki-lakinya, Gregor, Putra Kedua Duke Pellegrini, menjadi seorang Panglima ordo Ksatria Kerajaan.

Aku tidak mengenalnya karena aku belum pernah bertemu dengannya. Hanya Will satu-satunya pria yang dekat denganku.

"Kalau itu masalahnya, seharusnya kau mengatakannya padaku. Kau malah pergi ke tempat yang berbahaya seperti Pesta Topeng. Kalau kau ‘memintanya’ kepada Will, dia pasti akan ‘bertanggung jawab’."

Aku mengerutkan keningku.

Aku... Dengan Will!? ...Tidak mungkin.

"Ayah, bagiku Will adalah seorang kakak, aku tidak memikirkan hal-hal seperti itu."

"Begitukah? Tapi... Will…."

"Will memang belum memiliki tunangan, tapi itu bukan berarti aku memiliki hubungan yang seperti itu dengannya...”

Will adalah orang yang baik.

Kepeduliannya kepadaku bahkan melebihi kepedulian dari kakakku sendiri. Aku tidak ingin melibatkan Will dengan masalah ini.

Selain itu, mana mungkin aku meminta orang yang sudah kuanggap sebagai kakak untuk mengambil ‘kesucianku’.

"...Malangnya Will."

“Hah? ....Memangnya ada proposal pernikahan yang datang dari Keluarga Pellegrini?”

"Kau pasti bercanda! Hubungan Ayah dan Duke Pellegrini itu sangatlah buruk."

Ya... Aku tahu. Hubungan ayah dengan Duke Pellegrini itu seperti kucing dan anjing.

Tidak akan mungkin bagi kedua keluarga ini untuk bersatu lewat pernikahan.

Ayahku pasti sejak awal mencoret nama Will dari daftar calon untukku dulu.

Aku juga tidak keberatan akan hal itu, karena itu selama ini aku terus diam.

"...Baru-baru ini aku mendengar pria itu menyerah."

Hah? Aku tidak bisa mengerti apa yang ayahku gumamkan.

“....Sudahlah... Semua ini sudah terjadi. Tapi, seorang gadis yang belum menikah tidak boleh menghadiri Pesta Topeng sendirian. Kau mengerti, Lidi?"

"Iya."

Ayah terlihat kesal dengan Pesta Topeng, jadi aku hanya bisa mengangguk.

Tentu saja, aku juga tidak ada matan untuk datang ke sana lagi.

"Jujur... Aku bersyukur Putra Mahkota ada di sana. Kalau tidak, entah apa yang akan terjadi!!"

“Dan berkatnya rencanaku jadi gagal” gumamku kecil.

“....Haahhh... Aku mengerti. Lalu? Kau benar-benar sudah mendapatkan “Bunga Raja” di Pesta Topeng itu?"

Aku terdiam, aku tidak bisa mengatakan apapun.

Ayahku memegangi kepalanya.

Aku yakin aku tidak perlu menjawab pertanyaan itu, kan?

Tunggu... Kenapa ayah mengabaikan fakta bahwa Freed ada di tempat itu?

Rasanya tidak adil hanya aku saja yang dikritik, jadi aku berkata,

"...Ayah."

"Apa?"

"Kenapa Putra Mahkota berada di tempat seperti itu?"

Setelah aku mengatakannya, untuk sesaat ayahku kehilangan kata-kata.

Tapi, tak lama kemudian, wajahnya kembali serius.

"Ini bukan sesuatu yang patut dipuji, tapi itu juga bukan sesuatu yang dapat dikritik... Putra Mahkota memiliki alasan untuk itu. Selain itu, aku bersyukur Putra Mahkota menyelamatkanmu dari tempat itu. Jadi aku tidak akan mempermasalahkan hal ini lebih lanjut."

Aku menundukkan wajahku...

Aahhh... Jadi dia hanya menyalahkanku saja di sini. Baiklah, aku mengerti.

"Alasan, ya?"

"Ayah yakin, beliau akan mengatakan alasannya kepadamu nanti. Kalau kau mau, kau bisa langsung menanyakan kepadanya.”

Itu yang dikatakan ayahku, tapi sejujurnya aku tidak tertarik dengan itu.

Bagiku, yang terpenting adalah sekarang dia tidak akan main wanita lagi. Aku tidak akan mempermasalahkan masa lalunya dengan wanita.

Aku tidak bermaksud mengkritiknya, apa yang dia lakukan di masa lalu, tidak ada hubungannya denganku.

“...Karena kau sudah diberi “Bunga Raja” ... Yang Mulia Raja telah memerintahkanku untuk membawamu kehadapannya. Besok, kita akan ke Istana Kerajaan untuk menemui beliau, kau mengerti?"

"Iya."

Aku mengangguk patuh dan memikirkan sesuatu.

"Ayah, apakah kau akan mengonfirmasi itu (Bunga Raja)?"

Daripada sebagai seorang ayah, kurasa kali ini aku berbicara dengan seorang Perdana Menteri.

Jadi aku berani untuk menanyakannya, tapi ayahku menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Aku tidak punya wewenang untuk itu. Kau juga kan sudah menerimanya, jadi hanya Keluarga Kerajaan yang bisa dan pantas untuk mengonfirmasinya. Pastikan untuk tidak menunjukkannya kepada siapa pun sampai saat itu."

Tampaknya ada beberapa peraturan yang memberatkan.

Aku tidak ingin merasa repot, jadi aku hanya diam dan mengangguk.

Akhirnya ibuku yang terus diam sepanjang waktu, berbicara.

"Lidi... Betapa bodohnya kamu melakukan itu..."

"Ibu."

Dia mempermasalahkan tentang Pesta Topeng, ya.

Sejak tadi ibu terus menunjukkan ekspresi sedih...

Ibuku menatapku dengan mata berkaca-kaca, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa bersalah.

"Jangan pernah melakukannya lagi, ya?"

"Baik, bu. Aku menyesal"

Melihat bagaimana aku patuh meminta maaf kali ini, ayahku menghela nafas berat.

“Ayo kita sarapan. Kita akhiri percakapan ini."


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***





***

Apa pendapatmu tentang bab ini?