Chapter 251-260 : Cinta Rela Melanggar Aturan
Source ENG (MTL): NOVEL FULL
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
DAM 251 – Cinta Rela Melanggar Aturan 1
Selir? Aku ini laki-laki. Bagaimana dia bisa
membandingkanku dengan selir? Pikir Gu Yusheng.
Gu Yusheng masih menatap kalung itu. Dia tidak
benar-benar senang dengan apa yang dikatakan Lu Bancheng, tetapi
ketidakbahagiaan tidak muncul di wajahnya. Dia pikir Lu Bancheng pasti buta
karena tidak bisa melihat kebenaran, jadi dia tidak repot-repot berdebat
dengannya.
Lu Bancheng dan Gu Yusheng telah berteman begitu lama
sehingga dia tahu kapan Gu Yusheng akan marah dan kapan tidak. Lu Bancheng
melanjutkan, "Tampaknya Xiaokou adalah seorang kaisar dengan tiga ribu
selir."
Dia? Dia adalah orang yang sangat lemah. Bagaimana
bisa pengacau kecil yang lembut dan manis itu menjadi kaisar dengan tiga ribu
selir? Dia lebih pantas menjadi seorang pelayan yang tidur dengan tuannya,
pikir Gu Yusheng dalam hatinya.
Gu Yusheng tersenyum. Dia tidak peduli dengan omong
kosong Lu Bancheng. Dia mengeluarkan tisu dan menyeka bagian kalung yang kotor.
Semakin Lu Bancheng memikirkannya, semakin dia
menghargai analoginya. Dia tidak bisa menahan diri untuk diam-diam mengacungkan
jempol. Ekspresi lucu di wajahnya hilang. Dia memandang Gu Yusheng dengan
serius. "Kakak Sheng, apa pendapatmu tentang Xiaokou sekarang?"
Gu Yusheng berhenti menyeka kalung itu sejenak.
Lu Bancheng mengajukan pertanyaan lain ketika dia
melihat Gu Yusheng membeku. "Apa kamu pernah berpikir tentang ada apa di
antara kamu dan Xiaokou, atau mengenai masa depanmu?"
Gu Yusheng mengerutkan kening dan meletakkan tisu yang
dia pakai untuk menyeka kalung. Dia tidak menatap Lu Bancheng, tetapi dia
menjawab pertanyaan Lu Bancheng dengan nada yang sangat santai, "Kenapa
aku harus memikirkannya?" Setelah mengatakan hal itu, Gu Yusheng diam
sejenak sebelum kembali berkata, "Kakak ipar."
Lu Bancheng bingung dengan dua kata itu. Lalu, dia
mendengar Gu Yusheng berkata dengan nada dingin, "Panggil dia kakak
ipar."
"Apa kamu memintaku untuk memanggil
Xiaokou..." Gu Yusheng, yang kepalanya menunduk, tiba-tiba mendongak
sebelum Lu Bancheng bisa selesai mengucapkan nama Xiaokou. Dia memandang Lu
Bancheng dengan agresif, memperingatkan Lu Bancheng. Lu Bancheng takut dan
segera mengubah panggilan Xiaokou. "Kakak ipar, tentu."
Pria yang pencemburu! Bagaimana bisa dia cemburu
dengan sebuah nama panggilan?
Tampaknya dia jadi lebih tertarik pada Xiaokou
daripada yang dia pikirkan di malam sebelumnya. Tampaknya Gu Yusheng tidak
menyadari bahwa hatinya telah dicuri oleh Xiaokou dengan cara yang halus.
Tampaknya Gu Yusheng yang bersikap dominan dalam
hubungan mereka, dan Xiaokou sering dianiaya olehnya. Namun, jika hubungan
romantis mereka dianalogikan dengan j*di, Xiaokou tidak akan kehilangan banyak
hal. Gu Yusheng lah yang akan kehilangan, hampir segalanya.
Lu Bancheng menatap Gu Yusheng untuk waktu yang lama
sampai pelayan meletakkan sarapan mereka di atas meja. Dia mengaduk susu
kedelai dengan sendok, lalu berhenti mengaduk dan memanggil Gu Yusheng dengan
suara yang sangat serius. "Kakak Sheng."
Lu Bancheng jarang berbicara dengan orang-orang dengan
suara serius. Gu Yusheng sedikit terkejut. Dia mendongak dan melihat mata Lu
Bancheng.
Lu Bancheng sedikit menekankan bibirnya dan memanggil
Gu Yusheng lagi sebelum dia langsung ke pokok permasalahan. Dia terdengar
sangat serius. "Kakak Sheng, apa kamu jatuh cinta dengan kakak ipar?"
Kebiasaan lama hampir menyebabkan Lu Bancheng
memanggilnya ‘Xiaokou’. Untungnya, dia bisa mengoreksi dirinya tepat waktu.
Pertanyaan sederhana seperti itu terasa seperti petir
yang menyambar Gu Yusheng. Seketika pikirannya menjadi kosong. Dia kehilangan
kemampuan untuk berpikir.
Jatuh cinta? Apa aku jatuh cinta pada wanita di
rumahku itu? pikir Gu Yusheng.
DAM 252 – Cinta Rela Melanggar Aturan 2
Ketika Gu Yusheng belum sepenuhnya memahami kata-kata
ini, Lu Bancheng, yang duduk di hadapannya, kembali mengulangi pertanyaannya.
Kali ini, dia berkata dengan nada penegasan alih-alih pertanyaan. “Kakak Sheng,
kamu jatuh cinta dengan kakak ipar.”
Gu Yusheng membeku, seolah jantungnya berhenti
berdetak. Dia menatap Lu Bancheng untuk sementara waktu tanpa ekspresi,
tiba-tiba dia tersenyum. “Lu Bancheng, apa kamu bercanda? Bagaimana aku bisa
jatuh cinta padanya?”
Ketika Gu Yusheng mengatakan itu, dia meletakkan
kalung itu, lalu dia bersandar di kursi kulit dan mengeluarkan sebatang rokok.
Sebelum dia menyalakan rokoknya, dia menambahkan, “Dia adalah seorang pengacau
kecil!”
“Kau sudah memiliki hubungan seks*al dengannya sejak
lama, kan? Paling tidak, kau melakukannya di hari berhujan saat kamu
menjemputnya dan menetap di Four Seasons Hotel?”
Malam itu, Gu Yusheng sedang marah. Kemudian, dia
menyeretnya ke dalam ruangan. Pada saat itu, semua orang takut Gu Yusheng akan
membunuhnya, jadi Lu Bancheng pergi ke kamar mereka. Ketika dia baru saja tiba
di pintu, Liang Doukou sudah membuka pintu terlebih dahulu. Dia telah melihat
‘tanda merah’ di lehernya. Karena dia sudah dewasa, dia jelas mengerti apa yang
telah mereka lakukan.
Berpikir tentang itu, Lu Bancheng bertanya dengan
lebih tajam, “Kalau kamu tidak mencintainya, kenapa kamu tidur dengannya?”
Gu Yusheng jelas membeku saat ini, tetapi segera, dia
menjadi tenang. Perlahan-lahan ia menyalakan rokok, menghisapnya, lalu
menatapnya dengan santai. Melalui asap, dia menatap Lu Bancheng dan berkata
dengan dingin, “Kamu terlalu banyak berpikir. Aku hanya tertarik pada tubuhnya,
karena aku merasa nyaman untuk tidur dengannya. Selain itu, aku tidak punya
niat lain.”
Lu Bancheng mengerutkan kening dan bertanya,
“Benarkah?”
“Kalau memang benar begitu, lalu kenapa kamu
menjemputnya di hari berhujan itu? Padahal sebelum itu, aku sudah bertanya
kepadamu berkali-kali apa kamu ingin menjemputnya, tapi dengan tegas kamu
berkata ‘tidak’.”
“Kalau ucapanmu itu benar, lalu kenapa kamu sangat
marah saat dia dikelilingi dan diganggu oleh para wanita itu? Seingatku, kamu
belum pernah marah kepada wanita sampai seperti itu sebelumnya.”
Terus direcoki oleh Lu Bancheng, Gu Yusheng merasa
terganggu. “Diam!”
Lu Bancheng mengabaikan ucapannya dan terus berkata,
“Dan, tadi malam di Majestic Club House, Jiang Qianqian mendatangimu. Dia
memberitahumu bahwa dia sedang makan dengan pria lain, bukan? Kamu melampiaskan
kemarahanmu pada Jiang Qianqian, tetapi kamu jadi marah setelah melihatnya
bersama seorang pria. Menurut kepribadianmu, ketika orang lain membuatmu malu,
tidakkah kamu akan membunuh mereka secara langsung? Lalu, kenapa kamu datang
kepadaku untuk mengatur kalung-kalung itu dan taman bermain? Kenapa kamu harus
melakukan apa yang pria itu lakukan padanya, satu per satu? Dan kamu ingin
menjadi lebih baik dari pria itu! Sebenarnya, kamu jauh lebih baik daripada
pria itu, tetapi kenapa kamu masih membandingkan dirimu dengannya?”
“Aku memintamu untuk diam. Tidakkah kamu mendengarku?”
Gu Yusheng mengambil sebuah kotak rokok dan melemparkannya ke Lu Bancheng.
Lu Bancheng memiringkan kepalanya, kotak rokok itu
hanya menyapu telinganya, mendarat di jendela kaca dan jatuh ke tanah, asap
berhamburan ke tanah.
Melihat ini, seorang pelayan datang.
Lu Bancheng meminta maaf kepada pelayan dan
membiarkannya membersihkan kekacauan. Setelah pelayan pergi, dia berbalik untuk
menatap Gu Yusheng.
DAM 253 – Cinta Rela Melanggar Aturan 3
“Kenapa kamu merasa kesal? Kamu memikirkan pertanyaan
yang kuajukan, bukan? Dan kamu tidak punya jawaban untuk itu, bukan? Aku bisa
memberikan jawabannya sekarang. Kakak Sheng, Kamu itu cemburu. Kamu sudah
berjuang untuk mendapat perhatiannya. Kamu ingin dia berpikir bahwa pria itu,
tidak sebaik itu jika dibandingkan denganmu. Kalau kamu tidak peduli padanya
dan hanya ingin tidur dengannya, kenapa kamu peduli dengan siapa yang
menurutnya lebih baik? Selain itu, kenapa kamu sampai berisiko terluka untuknya
ketika dia diculik oleh Lame Wang? Bukankah kamu mencoba menyelamatkannya? Kalau
kamu tidak menyukainya, kamu pasti ingin Lame Wang membunuhnya. Dengan
keterampilan bertarungmu, siapa yang benar-benar bisa melukaimu? Padahal kamu
akan terluka kalau kamu mencoba melindunginya. Kenapa kamu mau melakukan semua
itu? Apa kamu tidak memikirkan konsekuensinya? Dan, kalung itu, kenapa kamu
harus mencarinya sepanjang malam? Apa kamu khawatir dia akan membencimu kalau
kalung itu sampai hilang?"
Lu Bancheng agresif, tetapi dia mengatakan yang
sebenarnya. Gu Yusheng tidak perlu menyangkal, jadi dia bahkan tidak bisa marah
tentang hal itu.
Dia menatap Lu Bancheng sebentar dan perlahan-lahan
menenangkan dirinya. Dia perlahan bersandar di kursi dan meletakkan sebatang
rokok di mulutnya untuk mengambil isapan panjang. Asap memenuhi mulutnya. Dia
sedikit mendongak dan perlahan meniupkan asap ke langit-langit. Dia memikirkan
apa yang dikatakan Lu Bancheng. Diam-diam, dia bertanya pada dirinya sendiri
apakah itu benar, seperti yang dikatakan Lu Bancheng, bahwa dia lebih tertarik
pada tubuhnya.
Dia tidak pernah melakukan apa yang aku minta saat
berhubungan s*ks. Dia selalu berusaha untuk melarikan diri di awal. Dia tidak
sekuat dirinya, jadi aku bisa dengan mudah mengendalikannya. Dia tidak meminta
bantuan. Sebaliknya, perlahan dia akan berhenti berusaha melarikan diri dan
menerima s*ks yang agresif dariku sebagai takdirnya.
Tidak masalah jika dia menyakitinya atau memaksanya,
dia terus diam saat berhubungan s*ks. Dia tidak pernah membuat suara, bahkan
tidak ada erangan.
Dia tidak pernah menjadi pasangan s*ks yang baik, dia
lebih seperti balok kayu. Tetapi, bahkan jika dia seperti balok kayu, dia
selalu puas dengan hubungan fisik mereka.
Sebenarnya, itu seperti yang dikatakan Lu Bancheng. Gu
Yusheng tahu betul bahwa dia ini tidak melakukan hubungan s*ks dengannya karena
tubuhnya. Dia hanya ingin menemukan alasan untuk menutupi niatnya yang
sebenarnya.
Jari-jari Gu Yusheng, yang masih memegang rokok,
bergetar. Tampaknya, dia menyadari apa yang dia coba tutupi dengan penampilan
acuh tak acuh dan pembicaraan genit.
Lu Bancheng melihat Gu Yusheng menjadi tenang sehingga
dirinya sendiri ikut menjadi tenang. "Kakak Sheng, mari kita membuat
asumsi. Bagaimana kalau kamu kehilangan dia?"
Kehilangan dia? Tidak memilikinya dalam hidupku lagi?
Gu Yusheng berpikir sendiri. Dia tahu itu hanya asumsi, tetapi dia tidak bisa
menahan perasaan terluka ketika bayangan itu muncul di kepalanya. Rokok di
antara jari-jarinya jatuh di atas meja.
"Kapan kamu akan berhenti berbohong pada dirimu
sendiri?" Lu Bancheng mengambil rokok itu dan memberikannya kembali kepada
Gu Yusheng, yang telah kehilangan ketenangannya. “Kamu sudah lama jatuh cinta
padanya, bukan? Kamu sangat menyukainya, sampai-sampai kamu tidak bisa
membayangkan dia meninggalkanmu, bukan?" Kata Lu Bancheng.
Gu Yusheng tidak mengatakan apa-apa, dia hanya
mengambil rokok itu dan menoleh ke jendela. Sinar matahari yang keemasan
menghantam mereka, cerah dan indah.
Dia menatap ke luar jendela untuk waktu yang lama
tanpa bergerak. Perlahan-lahan ada gagasan di kepalanya. "Hmm... Ini
cinta."
DAM 254 – Cinta Rela Melanggar Aturan 4
Gu Yusheng menunduk untuk waktu yang lama, lalu
perlahan sebuah pikiran muncul di benaknya. Inilah yang mereka sebut cinta...
Ketika dia marah, dia menjadi sangat marah. Ketika dia
bahagia, dia menjadi sangat bahagia.
Dalam 26 tahun terakhir, tidak ada yang memberinya
perasaan seperti ini. Akibatnya, ketika dia jatuh cinta padanya, dia tidak
menyadarinya.
Kisah cinta yang tragis dan pernikahan orangtuanya
membuatnya memutuskan pada usia yang sangat muda bahwa dia tidak akan pernah
mencintai wanita mana pun dalam hidupnya, juga tidak akan menikahi siapa pun.
Ketika dia muda, dia hanya memiliki impian patriotik.
Setelah impian patriotiknya hancur, dia berpikir bahwa
sepanjang hidupnya, dia akan bekerja untuk Perusahaan Gu, tetap melajang, dan
mati sendirian.
Dia tidak pernah berpikir bahwa akan datang seorang
wanita ke dalam hidupnya.
Sampai ia datang ke rumah tua dan dia melihat
matanya... Dia mulai tertarik dengan matanya. Dia tidur dengannya... Dia takut
dengan kurangnya kontrol dirinya. Oleh karena itu, dia memaksa dirinya untuk
memperlakukannya tanpa ampun sampai dia tidak mendesaknya lagi dan akhirnya
mulai menghindarinya.
Melihatnya menghindarinya, dia merasa lebih jengkel.
Mungkin sejak saat itu, dia telah membuat pengecualian
untuknya berulang kali.
Dia pergi menjemputnya di tengah hujan. Saat
melihatnya sedang diintimidasi, dia membantunya. Mengetahui bahwa ia meminta
bantuan Lu Bancheng, dia menjadi marah. Ketika melihat Lame Wang menyakitinya
dengan pisau, dia merasa menderita. Mengetahui bahwa ia tidak bahagia, dia
meminta banyak orang untuk menemaninya. Untuk bisa memberinya hadiah ulang
tahun, dia terbang dari Inggris ke Prancis
Dia bertanya-tanya kenapa dirinya ini melakukan
hal-hal ini yang seharusnya tidak dilakukannya.
Baru setelah analisis Lu Bancheng dia harus menghadapi
kenyataan bahwa dia telah melarikan diri, dia telah jatuh cinta padanya.
Kapan itu terjadi?
Dia tidak tahu. Dia hanya tahu bahwa sekarang dia
menyadari dirinya ini benar-benar mencintainya, dan mulai peduli padanya.
Mungkin itu dimulai pada hari ulang tahun kakeknya,
ketika kecelakaan mobil terjadi dan dia mendorongnya keluar. Atau mungkin sudah
dimulai lebih awal, saat dia pertama kali melihat matanya di hari di mana ia
pertama kali memasuki rumah kakeknya.
Secara keseluruhan, ia ada di mana-mana dalam
hidupnya.
Dia tiba-tiba mengerti masalah yang telah
membingungkannya sejak lama.
Cinta selalu terlalu jauh darinya. Sampai saat itu, di
mana dia tahu bahwa sebenarnya cinta itu sangat sederhana. Amat sangat
sederhana. Cinta adalah seseorang, dari waktu ke waktu, tak terkendali dan
berulang kali, membuat pengecualian untuk orang lain.
Rokoknya terbakar sampai akhir dan rasa panas di
jarinya menarik Gu Yusheng kembali ke kenyataan.
Menempatkan rokok ke asbak di sampingnya, dia berkata
kepada Lu Bancheng yang terdiam, "Kamu tahu, aku tidak pernah berpikir
untuk jatuh cinta dengan wanita mana pun atau menikahinya."
Gagasan ini begitu mengakar sehingga telah menembus ke
dalam darah. Karena itu, ketika dia terganggu olehnya, dia memikirkan banyak
kemungkinan, tetapi tidak pernah berpikir bahwa itu adalah cinta.
Sekarang dia mengerti semuanya, tetapi apa yang harus
dia lakukan?
Terus mencintainya atau menyerah?
Menyerah?
Gu Yusheng merasakan jantungnya berhenti sejenak. Ada
rasa sakit yang menusuk di hatinya.
Rasa sakit semacam itu sangat akrab baginya,
seolah-olah dia pernah mengalaminya sebelumnya. Dia tidak tahu apa itu hanya
ilusi yang muncul, tetapi bayangan ia yang terus-menerus menangis dan meminta
maaf muncul di benaknya.
DAM 255 – Cinta Rela Melanggar Aturan 5
Rasanya seperti, adegan itu telah terjadi sebelumnya.
Gu Yusheng mengerutkan kening. "Apa aku lupa
tentang sesuatu?" katanya dengan nada rendah, hampir seperti gumaman.
Lu Bancheng menunduk, menyantap sarapannya, jadi dia
tidak mendengar apa yang dikatakan Gu Yusheng. Dia mendongak untuk menatap Gu
Yusheng. Dia memaksa makanan di mulutnya untuk turun dan berbicara. "Apa?
Apa katamu?"
Gu Yusheng tidak menanggapi Lu Bancheng. Alisnya
berkerut.
Dia menggali ingatannya, tetapi tidak bisa menemukan
apa pun yang berhubungan dengan ia yang mengatakan ‘maaf’.
Apa aku mengalami halusinasi? pikir Gu Yusheng.
Pelipis Gu Yusheng sakit karena sakit kepala. Dia
mengangkat tangannya dan menekan pelipisnya. Dia menyadari Lu Bancheng
mengawasinya, jadi dia dengan santai menanggapinya dengan "Tidak ada
apa-apa."
Gu Yusheng berhenti sejenak sebelum melanjutkan,
"Ayo kita sarapan dulu, lalu istirahat di lantai atas."
"Oke," Lu Bancheng setuju dan mengambil
sumpitnya.
Aku mungkin berhalusinasi, pikir Gu Yusheng pada
dirinya sendiri. Dia menggelengkan kepalanya dan mencoba menyingkirkan keraguan
di saat yang sama ketika dia mengambil sumpit.
Gu Yusheng dan Lu Bancheng meninggalkan meja bersama
setelah sarapan.
Tak satu pun dari mereka memperhatikan ada orang yang
duduk di belakang mereka. Orang itu telah merekam suara mereka.
Orang itu tidak berhenti merekam sampai Gu Yusheng dan
Lu Bancheng menghilang dari pandangannya di pintu keluar restoran. Dia memutar
ulang rekaman, mendengarkannya sampai dia puas dengan kualitasnya. Dia
meletakkan ponselnya dan memanggil pelayan untuk memeriksa sebelum dia
meninggalkan restoran.
Hari kedua Qin Zhi'ai kembali dari Prancis, dia
berperan dalam sebuah film besar.
Proses syuting untuk film ini diambil di pinggiran
kota Beijing. Dia hanya memainkan peran kecil, jadi dia punya banyak waktu
untuk meminta agennya untuk mengantarnya bolak-balik antara rumahnya dan tempat
syuting.
Qin Zhi'ai tahu betul bahwa dia tidak bisa menyalahkan
Gu Yusheng atas semua yang terjadi di taman bermain. Kalau dia tidak menghitung
perasaannya terhadap Gu Yusheng, dia hanya tubuh ganda untuk Liang Doukou,
istri Gu Yusheng. Tidak peduli orang itu, siapa pun akan marah jika istri
mereka terlalu dekat dengan pria lain.
Dia tidak berhati-hati, jadi seharusnya dia mengambil
setengah dari tanggung jawab. Namun, setiap kali dia berpikir tentang kalung
yang diberikan Qin Jiayan, dia tidak ingin menemui Gu Yusheng. Dia berbicara
dengan Zhoujing dan memutuskan untuk tinggal di sebuah hotel di pinggiran dekat
tempat syuting film itu untuk beberapa hari ke depan.
Pengurus rumah tangga meneleponnya pada waktu yang
sama setiap hari seperti saat dia syuting film di Paris.
Sudah seminggu sejak dia mulai syuting film.
Setelah pulang, Qin Zhi'ai langsung naik ke atas untuk
tidur. Dia telah melakukan syuting semalam dan membutuhkan lebih banyak tidur.
Sudah malam ketika dia terbangun. Qin Zhi'ai
memperhatikan ada 2 panggilan tidak terjawab saat dia memeriksa waktu di
ponselnya. Dia melirik layar, dia tahu siapa yang memanggilnya. Dia mengenakan
mantelnya di atas bahunya dan berjalan ke bawah. Dia mengatakan kepada pengurus
rumah tangga bahwa dia akan berjalan-jalan, lalu dia mengganti sepatu dan
keluar dari rumah. Dia menemukan tempat di sudut kompleks dan menelepon nomor
itu kembali.
Tidak ada yang mengangkatnya untuk sementara waktu.
Ketika seseorang akhirnya melakukannya, itu adalah Liang Doukou yang asli.
Suaranya begitu indah, lembut dan feminin. "Kenapa kamu memanggilku
kembali begitu terlambat?"
"Aku tertidur dan ponselku dalam mode diam."
Qin Zhi'ai dilatih untuk terdengar seperti Liang Doukou, tetapi mereka masih
sedikit berbeda. Namun, itu cukup baik untuk menipu kebanyakan orang. Mereka
tidak akan bisa membedakannya.
"Oke," jawab Liang Doukou. Dia mengajukan
pertanyaan di benaknya. "Apa semuanya baik-baik saja di sana?"
"Ya," kata Qin Zhi'ai.
"Hebat, terima kasih," Liang Doukou
melanjutkan setelah berhenti sejenak, "Aku sudah mentransfer pembayaran
bulan ini ke Zhoujing. Dia akan memberikannya kepadamu lusa nanti. Aku akan
menutup panggilan ini kalau tidak ada hal yang ingin kamu katakan."
"Tunggu sebentar," Qin Zhi’ai mencoba
menghentikan Liang Doukou sebelum dia menutup panggilan.
"Apa?" Liang Doukou bertanya.
Qin Zhi'ai memegang ponsel untuk sementara waktu
sebelum dia bertanya, "Kapan kamu akan kembali?"
DAM 256 – Cinta Rela Melanggar Aturan 6
"Hmm...?" Tampaknya di seberang sana, Liang
Doukou tidak memikirkan pertanyaan itu. Karenanya, ketika ditanya, dia tidak
bisa segera menjawab. Setelah beberapa saat, dia menjawab, "Oh... Tolong
tunggu sebentar."
Melalui ponsel, Qin Zhi'ai mendengar Liang Doukou
berkomunikasi dengan orang lain dalam bahasa Inggris. Karena dia berbicara
dengan suara rendah, Qin Zhi'ai tidak bisa mendengar dengan jelas, tetapi dari
beberapa kata bahasa Inggris, dia menduga bahwa Liang Doukou mungkin bertanya
kepada dokter tentang kondisi kesehatannya.
Setelah sekitar lima menit, Liang Doukou berbicara
kepadanya dengan jelas lagi dalam bahasa Cina. “Baru saja, aku bertanya kepada
dokterku. Jika semuanya berjalan dengan baik, aku akan kembali ke rumah bulan
depan pada tanggal 10.”
Tanggal 10 bulan depan. Saat ini tanggal 25. Dengan
kata lain, dalam 15 hari, Liang Doukou yang asli akan kembali, sementara aku,
yang berpura-pura, akan pergi dari sini. Qin Zhi'ai merasakan jari-jarinya yang
memegang ponsel bergetar.
Dia mengira Liang Doukou akan kembali dalam waktu yang
lama. Tetapi, Liang Doukou justru kembali lebih awal dari yang diperkirakan Qin
Zhi'ai.
Setelah mengatakan itu, Liang Doukou belum mendengar
jawaban Qin Zhi, jadi dia bertanya lagi, "Ada pertanyaan lain?"
"Tidak." Qin Zhi’ai menarik dirinya kembali
ke kenyataan dan menjawab, "Aku tidak punya pertanyaan lain."
"Waktunya jauh lebih awal dari yang diharapkan,
tetapi jangan khawatir. Meski kamu hanya bekerja selama setengah bulan di bulan
depan nanti, aku akan memberimu gaji sebulan penuh." Liang Doukou berpikir
bahwa Qin Zhi'ai menanyakan hal itu kepadanya karena masalah uang. Karena itu,
Liang Doukou kembali berbicara, menyebut jumlah uang yang dia janjikan
sebelumnya. "Setelah menerima uang, kamu bisa melunasi hutang
ayahmu."
"Terima kasih." Qin Zhi'ai berhenti sejenak
dan melanjutkan, "Sampai jumpa!"
"Sampai jumpa."
Setelah menutup telepon, Qin Zhi'ai hanya terdiam
sambil terus memegang ponsel di tangannya. Kini, yang ia pikirkan hanyalah
waktu yang dikatakan Liang Dou padanya.
Pada awalnya, dia berpikir dengan kesempatan ini, dia
bisa mendekati Gu Yusheng. Mungkin seperti Cinderella, dia juga bisa memiliki
fantasi tengah malam. Dia berpikir bahwa dia bisa berpura-pura menjadi Liang Doukou
dan melakukan sesuatu untuknya yang dia impikan berkali-kali, memasak untuknya,
menunggunya pulang, akrab dengannya dan harmonis...
Dia tidak menyadari bahwa apa yang dia pikirkan itu
terlalu sederhana dan naif sampai dia tinggal di vila Gu Yusheng dan
mendekatinya seperti yang dia inginkan, tetapi karena hubungan antara Liang
Doukou dan Gu Yusheng begitu mengerikan, sehingga dia hanya bisa menjauh
darinya dan mencoba untuk tidak mendesaknya.
Namun, hal-hal selalu di luar kendalinya. Tidak peduli
seberapa baik yang telah dia lakukan, dia selalu membuat Gu Yusheng merasa
terganggu. Meski mereka telah mengalami beberapa momen indah, dia justru merasa
lebih tidak senang saat Gu Yusheng memperlakukannya dengan baik dibanding
dengan saat Gu Yusheng memperlakukannya dengan tanpa ampun, karena dia ini
bukanlah Liang Doukou yang asli.
Liang Doukou akan segera kembali, dan dia akan kembali
ke tempat di mana dia dulu tinggal.
Dia merasa sedikit santai, tetapi lebih tertekan,
karena Gu Yusheng tidak ada di dunia aslinya.
15 hari. Setelah 15 hari, dia tidak akan memiliki
kontak lagi dengannya.
Qin Zhi'ai menjadi sedikit linglung. Setelah beberapa
saat, dia menghentikan semua pikirannya yang merusak diri dan perlahan berjalan
kembali ke vila Gu Yusheng.
Berpikir tentang masalahnya sendiri sepanjang waktu,
dia tidak memperhatikan mobil yang diparkir di pintu masuk halaman dan langsung
masuk ke halaman. Ketika dia berada di tengah jalan, pintu didorong terbuka dan
suara pengurus rumah tangga terdengar ke arahnya. "Tuan Gu, selamat
tinggal."
DAM 257 – Cinta Rela Melanggar Aturan 7
Tanpa sadar Qin Zhi'ai mendongak. Qin Zhi’ai melihat
dia berjalan dari teras depan.
Dia tidak menanggapi pengurus rumah tangga saat ia
mengucapkan selamat tinggal padanya. Dia hanya mengambil sebatang rokok dari
bungkus rokoknya dengan kepala tertunduk.
Dia memegang rokok di antara bibirnya, tidak
memperhatikannya, ia terus berjalan sampai berada di halaman, di saat itulah ia
baru mengeluarkan pemantiknya untuk menyalakan rokok.
Dia berhenti sejenak dan kembali memasukkan pemantik
dan rokoknya ke dalam bungkusan rokok. Dia terus berjalan dengan santai.
Qin Zhi'ai melihat dia tidak berniat berhenti untuk
menyambutnya, jadi dia memperlambat langkahnya, terus berjalan maju dengan
santai.
Mereka semakin dekat satu sama lain. Ketika mereka
lewat, dia berhenti. Dia mengerutkan kening saat dia menatap rok pendek tipis
yang Qin Zhi’ai pakai dan tiba-tiba berkata, "Itu sudah musim gugur. Pagi
dan malam hari, semuanya terasa dingin. Kenapa kamu memakai pakaian seperti itu
untuk berjalan-jalan?"
Qin Zhi'ai berhenti setelah ia mendengar apa yang
dikatakan Gu Yusheng. Ia mendongak untuk melihat pengurus rumah tangga terlebih
dahulu dan berpikir, pasti pengurus rumah tangga memberi tahu Gu Yusheng bahwa
ia sedang pergi untuk berjalan-jalan. Ia menanggapi Gu Yusheng dengan tenang,
tidak menunjukkan kemarahan. "Aku baik-baik saja."
Aku bertengkar dengannya di taman bermain. Bagaimana
dia bisa bicara padaku seakan tidak terjadi apa-apa? pikir Qin Zhi'ai. Setiap
kali dia memikirkan kalung yang rusak, dia tidak bisa berpura-pura tidak ada
yang terjadi.
Karena itu, setelah menanggapi Gu Yusheng, dia
berhenti sejenak sebelum berkata, "Aku akan masuk."
Dia berjalan melewatinya ke rumah tanpa menunggu
jawabannya.
Tidak butuh waktu lama baginya untuk berjalan ke
rumah. Pengurus rumah tangga tampak seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi
dia berdiri diam di sana dan menyaksikan punggung Gu Yusheng ketika dia berdiri
membeku di sana. Dia bertanya dengan nada rendah, "Nona?"
Qin Zhi'ai tahu pengurus rumah tangga pasti ingin
meyakinkannya untuk tidak memperlakukan Gu Yusheng seperti ini. Sebelum
pengurus rumah tangga bisa mengatakannya, dia langsung menjawab, "Aku
ingin ke kamar kecil, jadi aku akan ke atas sekrang." Dia melewati
pengurus rumah tangga dan dengan cepat mengganti sepatunya untuk masuk.
Gu Yusheng tahu, dia hanya beralasan untuk
menghindarinya. Saat ini, dia benar-benar membencinya karena kejadian di malam
itu.
Gu Yusheng terus berdiri di sana dan melihat ke arah
di mana ia menghilang. Dia tampak seperti ragu untuk melakukan sesuatu, pada
akhirnya ia memilih untuk memanggil pengurus rumah setelah beberapa saat.
Pengurus rumah tangga segera berlari ke arahnya.
"Tuan Gu, ada yang bisa saya bantu?"
Gu Yusheng mengambil sebuah kotak dari sakunya. Dia
menatapnya sebentar, lalu memberikannya kepada pengurus rumah. "Bisakah
kamu memberikan ini padanya nanti?"
Pengurus rumah tangga menatap Gu Yusheng karena
terkejut. Ia tidak mengatakan apa-apa, tetapi Gu Yusheng tahu dia pasti
bertanya-tanya kenapa tidak memberikannya sendiri saja.
Gu Yusheng tidak menjelaskan apapun, dia hanya
meletakkan kotak itu di tangan pengurus rumah tangga. Dia berbalik dan berjalan
ke halaman depan. Dia masuk ke mobilnya dan memerintahkan Xiaowang untuk
mengemudi, lalu dia pergi.
Dia sudah memeriksa jadwal Liang Doukou selama
beberapa hari terakhir.
Dia tahu kalau Liang Doukou tidak memiliki peran besar
dalam syuting film yang ia ikuti beberapa hari sebelumnya. Dia tahu bahwa ia
menghindarinya untuk tetap di tempat syuting film itu.
Dia pikir, tak masalah selama ia baik-baik saja dan
bahagia, jadi dia membiarkannya melakukan apa pun yang diinginkannya. Ia belum
pulang ke rumah sampai hari ini. Jadi, saat ini, Gu Yusheng telah mengambil
sedikit waktu dari jadwalnya yang padat untuk pulang.
Dia ingin memberikan kotak itu kepadanya sendiri,
tetapi ia tidak terlihat senang saat melihatnya.
DAM 258 – Cinta Rela Melanggar Aturan 8
Dia tidak pernah membujuk seorang gadis dalam
hidupnya, jadi dia tidak tahu bagaimana caranya. Biasanya, dia fasih berbicara,
tetapi begitu dia bertemu dengannya, tenggorokannya tampak tersangkut dengan
sesuatu sehingga dia tidak bisa mengatakan apapun.
Oleh karena itu, setelah beberapa pemikiran yang
cermat, akhirnya dia memutuskan untuk membiarkan pengurus rumah tangga yang
memberikannya padanya, kalau dia yang melakukannya, tidak hanya membuatnya
menjadi tidak bahagia, mungkin saja dia akan mengatakan sesuatu yang akan
membuatnya sedih.
Dia berharap ia akan merasa lebih baik setelah melihat
kalung di dalam kotak itu.
Sudah waktunya untuk makan siang ketika Qin Zhi'ai
turun.
Gu Yusheng jarang makan di rumah, jadi Qin Zhi'ai
sudah terbiasa makan di ruang makan sendirian tanpa merasa tidak nyaman.
Setelah makan, dia menyapa pengurus rumah dan bersiap untuk kembali ke atas.
Namun, ketika Qin Zhi'ai baru saja berdiri, pengurus
rumah tangga berhenti makan, meletakkan mangkuknya, berlari keluar dari dapur,
dan berkata, "Nona, tolong tunggu sebentar."
Ketika pengurus rumah tangga mengucapkan kata-kata
ini, lalu segera berlari ke ruang tamu. Beberapa saat kemudian, dia membawa
kembali sebuah kotak dan menyerahkannya kepada Qin Zhi'ai. "Tuan Gu
meminta saya untuk memberikannya kepada Anda."
Apa ini hadiah lain yang ia kirim ke Liang Doukou?
Menatap kotak itu sebentar, Qin Zhi'ai mengambilnya,
tetapi dia tidak membukanya di depan pengurus rumah tangga. Dia hanya
menanggapi dengan dingin, "Oke," lalu segera pergi.
Ketika dia kembali ke kamar, tanpa membuka kotak itu,
dia membuka laci, tempat di mana dia menaruh hadiah-hadiah ulang tahun Liang
Doukou. Dia meletakkan kotak itu di sana.
Masih pagi, dan Qin Zhi'ai tidak ada kegiatan. Dia
memikirkan bagaimana dia pergi ke sekolah sebelum dia pergi ke Paris. Di sana,
dia menerima surat dari Tuan S, tetapi dia belum menjawabnya. Karena itu, dia
mengambil alat tulis dan pena, lalu duduk di karpet, mulai menulis di meja
kopi.
Selama bertahun-tahun, dia tetap berhubungan dengan
Tuan S melalui surat. Dia tidak pernah membicarakan hal-hal yang berkaitan
dengan dirinya sendiri. Biasanya, mereka berbicara tentang berbagai topik,
mulai dari musik, film, dan buku. Topik yang mereka bicarakan selalu
berubah-ubah.
Dalam surat itu, Tuan S merekomendasikannya untuk
menonton film yang ia sukai. Dia menulis sesuatu tentang film itu, lalu
menyebutkan beberapa hal menarik yang pernah dilihatnya di sebuah blog.
Akhirnya, dia berbicara tentang beberapa hal mengenai dirinya sendiri.
Dia menulis, “Tuan S, aku punya kabar baik yang bisa
kuberitahu. Bulan depan, akhirnya aku akan melunasi hutang j*di ayahku.”
Setelah menulis kata-kata itu, Qin Zhi'ai ingin
mengakhirinya, tetapi sebelum menandatangani namanya dengan ‘Xiao A’ dia
menambahkan, “Tuan S, pria yang kucintai melakukan banyak hal yang membuatku
sedih baru-baru ini, tetapi dia juga melakukan sesuatu yang membuatku sangat
bahagia. Dia mengucapkan selamat ulang tahun untukku. Meskipun dia melakukannya
karena penipuanku, aku masih sangat senang dengan itu.”
Itu mungkin karena dia telah tidur begitu lama, tetapi
setelah menulis surat itu, Qin Zhi'ai mematikan lampu dan berbaring di tempat
tidur. Berganti posisi dan berputar berkali-kali, dia masih tidak bisa tidur.
Ketika tengah malam, terdengar bergemuruh dari luar.
Pada awal musim gugur di Beijing, hujan petir selalu
datang di malam hari. Qin Zhi’ai teringat dengan naskah yang dia lemparkan di
balkon pada sore hari, dia segera menarik kembali selimutnya, melompat dari
tempat tidur, dan berlari keluar dari kamarnya tanpa menyalakan lampu.
Sudah ada sedikit hujan yang jatuh. Dia hanya
mengenakan piyama. Setelah mengambil naskahnya, dia ingin bergegas kembali ke
kamar. Tanpa diduga, ketika dia berbalik, dari sudut matanya, dia melihat sosok
yang dikenalnya berdiri di bawah lampu jalan di luar halaman.
DAM 259 – Cinta Rela Melanggar Aturan 9
Qin Zhi'ai berjalan ke kamar dengan cemberut. Dia
melihat keluar jendela dan terkejut melihat Gu Yusheng di sana.
Dia yakin kalau dia tidak salah melihatnya, bahkan
jika itu hanya pandangan sekilas. Itu memang dia. Dia pulang sore ini dan
pergi.
Dia sudah pulang sekarang. Kenapa dia tidak masuk?
Untuk apa dia berdiri di sana? pikir Qin Zhi'ai.
Tidak ada lampu yang dinyalakan di kamar, jadi tempat
di mana Qin Zhi'ai berada saat ini sangatlah gelap. Dia tidak perlu khawatir Gu
Yusheng akan melihatnya. Karena itu, dia bisa mengawasinya tanpa khawatir
ketahuan.
Gu Yusheng tampak seperti tidak merasakan hujan yang
turun ini. Ia terus berdiam diri, berdiri di sana, merokok di bawah lampu
jalan.
Ia tidak mematikan mobilnya, membiarkan mobilnya
diparkir di depannya dengan lampu mobil yang menyala.
Dia tampak terganggu oleh sesuatu dan terus berbalik
untuk memeriksa pintu rumah. Qin Zhi'ai mengira ia akan segera masuk, tetapi ia
tidak bergerak sedikit pun.
Hujan semakin deras. Rambutnya benar-benar basah.
Pakaiannya juga basah. Kemeja putihnya menjadi transparan dan menempel di
tubuhnya, membuatnya terlihat seksi dan cantik.
Gu Yusheng berada cukup jauh darinya, sehingga saat
hujan semakin deras, Qin Zhi'ai nyaris tidak bisa melihat sosoknya. Namun,
tanpa tahu mengapa, Qin Zhi'ai bisa tahu bahwa Gu Yusheng sedang sedih dari
caranya berdiri di tengah hujan dengan sebatang rokok.
Tidak jelas berapa banyak waktu telah berlalu sebelum
hujan berhenti.
Manik-manik air menetes di jendela. Qin Zhi'ai melihat
air menetes dari rambut Gu Yusheng. Rokok di antara jari-jarinya mati karena
hujan.
Ia tidak menyalakan rokok lagi. Ia berdiri di sana
dengan pakaian basah untuk sementara waktu sebelum ia melemparkan rokok ke
tempat sampah di sebelahnya. Setelah itu, ia membuka pintu mobil dan duduk di
dalam mobil.
Saat lampu mobil menyala, ia pergi dan menghilang dari
pandangan Qin Zhi'ai.
Qin Zhi'ai terus melihat lampu jalan, tempat di mana
Gu Yusheng berdiri untuk waktu yang lama dengan naskah di tangannya sebelum dia
kembali naik ke tempat tidur.
Dia tidak kunjung mengantuk, bahkan kini dia menjadi
semakin sadar.
Sebelumnya, dia sudah tidur larut malam, jadi dia
tidak bangun sampai siang hari berikutnya.
Setelah menyikat giginya dan mandi, dia berjalan
keluar dari kamar. Ketika dia berjalan ke tangga, sebelum turun, dia mendengar
percakapan dari lantai bawah.
"Tuan Gu, ada apa? Apa yang bisa saya
bantu?" kata pengurus rumah tangga.
Pengurus rumah tangga pasti sedang melakukan sesuatu
di saat yang bersamaan, karena saat ini ia menyalakan speaker panggilannya.
Setelah ia bertanya, ada suara statis sebelum dia mendengar suara Gu Yusheng.
Dia terdengar sangat santai. "Apa semuanya baik-baik saja di rumah?"
"Ya, Nona masih tidur," kata pengurus rumah
tangga.
“Dia belum bangun? Ini sudah hampir siang. Kamu harus
segera membangunkannya dan memintanya untuk makan bahkan jika dia kembali tidur
sesudahnya,” kata Gu Yusheng.
"Ya, Tuan," kata pengurus rumah tangga.
Tidak ada jawaban dari Gu Yusheng di panggilan itu
selama sekitar satu menit. Pengurus rumah tangga bertanya, “Tuan Gu?”
"Ya," jawab Gu Yusheng dan kemudian
mengambil jeda beberapa saat sebelum melanjutkan, "Apa kamu sudah
memberikan kotak itu padanya?"
"Ya, saya memberikannya tadi malam," kata
pengurus rumah tangga.
"Apa reaksinya setelah melihatnya?" Gu
Yusheng bertanya.
“Nona tidak membukanya. Dia membawanya ke atas,” kata
pengurus rumah tangga.
"Baik." Gu Yusheng terdengar agak kecewa. Ia
terdengar seperti baru akan mengatakan sesuatu, tetapi pada akhirnya tidak,
kemudian ia bersin, dengan keras. Qin Zhi'ai mendengarnya mendengus, tetapi dia
tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Setelah beberapa saat, dia mendengarnya
berkata, "Aku akan menutup panggilan ini jika tidak ada yang
penting."
DAM 260 – Cinta Rela Melanggar Aturan 10
"Ya..." Sebelum pengurus rumah tangga
menyelesaikan kata-katanya, Gu Yusheng berbicara lagi, "Oh...
Ngomong-omong, kamu harus lebih banyak menemaninya. Jangan tinggalkan dia
sendirian di kamarnya... Jika dia tidak ingin pergi ke luar, kamu bisa
memanggil beberapa temannya untuk menghabiskan waktu bersama di rumah... Kalau
ada yang salah, ingat untuk meneleponku..."
Mungkin karena dia telah melihat Gu Yusheng berdiri di
tengah hujan begitu lama semalam dan kebetulan mendengar panggilan telepon
antara Gu Yusheng dan pengurus rumah tangga hari itu, sepanjang sore itu, Qin
Zhi'ai tampak linglung.
Kebetulan hari itu adalah hari libur bagi pengurus
rumah tangga. Sekitar pukul 7 malam, pengurus rumah tangga pergi setelah
menyiapkan makan malam untuknya.
Dia tidak tahu apakah nafsu makannya yang buruk saat
makan malam disebabkan oleh Gu Yusheng atau karena dia berada di vila yang
begitu besar sendirian. Setelah makan sedikit, dia meletakkan sumpitnya dan
membersihkan meja, lalu naik ke atas.
Dia berpikir untuk menonton TV sebentar, tetapi dia
tidak bisa berkonsentrasi pada acara apa pun. Karena itu, dia hanya bersandar
di kepala ranjang dengan bingung. Percakapan antara Gu Yusheng dan pengurus rumah
tangga yang dia tadi dengar muncul di benaknya.
Gu Yusheng sengaja bertanya kepada pengurus rumah
tangga tentang reaksiku setelah diberi hadiah itu. Apa dia memberiku hadiah
khusus?
Tanpa sadar, Qin Zhi'ai meletakkan matanya pada laci
tempat di mana dia meletakkan kotak itu. Setelah ragu-ragu sejenak, dia pergi
dan membuka laci, kemudian dia mengeluarkan kotak itu, membuka ikatan tali
merah di atasnya, dan membuka kotak itu perlahan.
Dengan melihat saja, dia tampak terpaku di sana, tidak
bisa bergerak.
Apa yang ditempatkan di dalam kotak ini bukanlah
hadiah yang dia berikan kepada Liang Doukou, tetapi kalung yang diberikan Qin
Jiayan kepadanya yang telah ia rusak dengan marah...
Retakannya sudah diperbaiki. Mungkin karena ada jejak
perbaikan, itu tidak seindah awal. Mutiara kecil telah ditambahkan ke celah,
yang membuatnya terlihat lebih halus dan indah.
Bukankah Gu Yusheng masih membenci Liang Doukou?
Kenapa dia melakukan ini?
Dengan keraguan ini, Qin Zhi'ai segera memikirkan saat
di mana Gu Yusheng memberinya kartu debit dan terbang ke Paris dari Inggris
untuk memberinya hadiah... Pada saat itu, dia merasa bahwa mungkin ia melakukan
semua itu karena kakek. Tapi... Kemarin, ia berdiri di tengah hujan begitu
lama. Jelas, ia khawatir akan sesuatu, dan kata-kata yang dia katakan kepada
pengurus rumah tangga di pagi hari tadi jelas menunjukkan bahwa dia peduli
padanya...
Apa dia mengubah sikapnya terhadap Liang Doukou? Jika
dia berubah, apa dia berubah saat aku berpura-pura menjadi Liang Doukou
baru-baru ini?
Jika faktanya seperti yang kuduga, itu berarti...
Berpikir tentang itu, tiba-tiba Qin Zhi'ai menghentikan pemikirannya.
Delapan tahun yang lalu, aku juga menebak ini, percaya
bahwa dia tertarik padaku, tetapi pada akhirnya apa yang terjadi? Itu hanya
fantasiku. Aku menipu diriku sendiri. Jadi kali ini... Mungkin ini juga
hanyalah fantasi?
Jadi, berhentilah bermimpi... Gu Yusheng hanya merasa
bersalah tentang apa yang ia lakukan hari itu. Itu sebabnya ia melakukan hal
ini
Memikirkan ini, Qin Zhi'ai mengambil napas dalam-dalam
dan mengusir semua pikiran di benaknya. Dia mengambil kalung itu dan berjalan
menuju tempat tidur. Ketika dia baru saja duduk di tepi tempat tidur, bel pintu
bawah berdering
Ini hampir jam 11 malam. Siapa yang datang untuk
berkunjung semalam ini?
Qing Zhi'ai meletakkan kalung itu dan bergegas turun.
Setelah membuka pintu, dia segera berlari ke gerbang halaman.
Tanpa menyalakan lampu, itu benar-benar gelap di
halaman. Ketika dia hampir tiba di gerbang, dengan cahaya redup dari lampu
jalan di luar pintu, Qin Zhi'ai mengenali orang yang membunyikan bel.
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment