DAM 241 – Berjuang Demi Perhatian 1

Gu Yusheng tiba-tiba berhenti bermain dengan rokok setelah dia mendengar apa yang dikatakan Qin Zhi'ai. Perlahan dia menatap dan melirik deretan kotak di atas meja yang berada tidak jauh dari mereka, lalu dia berbalik untuk melihat Qin Zhi'ai.
Ini adalah pertama kalinya Gu Yusheng menatapnya sejak Qin Zhi’ai datang ke taman hiburan beberapa waktu lalu. Gu Yusheng tampak tenang, tidak ada emosi yang muncul di wajahnya.
Gu Yusheng menatap Qin Zhi’ai lalu menaruh perhatiannya ke lehernya.
Di kulitnya yang putih dan halus, ada kalung sederhana berliontin berlian putih kecil. Itu sangat kecil sehingga tidak akan terlihat jika tidak ada cahaya.
Gu Yusheng bukan ahli perhiasan, tetapi ia tahu bahwa kalung ini bukanlah kalung bermerek. Itu tidak ada bandingannya dengan kalung yang dia berikan padanya. Tetapi, kenapa dia terlihat sangat bahagia saat pria itu memberi dan memakaikannya? Bahkan dia terlihat tidak ingin melepaskannya.
Gu Yusheng memasukkan lebih banyak kekuatan ke jari-jarinya dan dengan paksa mematikan rokoknya. Dia menatap kalung itu dan bertanya padanya dengan nada santai, tetapi Gu Yusheng tampak sedikit dingin saat berbicara, "Kenapa kamu tidak memakai kalung yang kuberikan padamu?"
Qin Zhi'ai tidak menyangka Gu Yusheng akan menanyakan hal itu. Dia menatap Gu Yusheng dengan kaget. Gu Yusheng tampak tenang, suasana hatinya jauh lebih baik daripada ketika dia melampiaskan amarah padanya sebelumnya. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia berpikir sejenak sebelum dia menjelaskannya. Dia menjawabnya dengan nada rendah, "Kalung yang kamu berikan padaku tidak cocok dengan pakaian ini."
Tidak cocok? Seharusnya dia berkata bahwa pria yang memberikan kalungnyalah yang tidak cocok dengannya.
Gu Yusheng mencibir dan melemparkan puntung rokok ke tempat sampah. Dengan lembut dia berdiri sampai kursi yang ia duduki berdecit. "Tidak apa-apa. Aku memiliki banyak kalung yang cocok dengan pakaianmu."
Dia berbalik, menatap pria yang tadi datang dan berbicara dengannya. Pria itu kemudian mengangkat tangannya, memberi isyarat pada para wanita di depan meja. Para wanita itu segera membuka kotak-kotak itu dan dengan cepat mengambil kotak-kotak itu satu demi satu dan meletakkannya dengan rapi di atas meja panjang.
Para wanita ini menyimpan kotak kosong itu dan meninggalkannya di meja panjang. Gu Yusheng tiba-tiba menarik Qin Zhi'ai dari kursinya dan menyeretnya ke meja panjang itu. Kemudian Gu Yusheng tiba-tiba berhenti, dia mendorongnya untuk berada lebih dekat ke meja dan menunjuk barang-barang di atas situ, berkata dengan perlahan namun keras, "Hari ini, kamu akan memilih kalung yang cocok dengan pakaianmu. Kalau kamu tidak memilih satu pun kalung, maka mereka semua tidak akan bisa pulang dari sini."
Qin Zhi'ai hampir jatuh ke meja panjang saat Gu Yusheng mendorongnya. Untungnya, pria yang berdiri di samping meja meraihnya sehingga dia bisa menenangkan diri.
Qin Zhi'ai berada sangat dekat dengan meja panjang setelah dia tersandung. Dia mendongak dan ada melihat berbagai jenis kalung di dalam kotak-kotak ini. Ada berlian, batu permata, mutiara, dan kalung emas, dengan berbagai macam desain yang berbeda-beda.
Kalung-kalung itu bersinar, lampu-lampu di taman hiburan memantulkan cahaya di kalung-kalung ini, membuat mereka terlihat cantik.



DAM 242 – Berjuang Demi Perhatian 2

Setelah menatap kosong pada kalung-kalung mewah di atas meja panjang ini untuk sementara waktu, Qin Zhi'ai, kebingungan, dia menoleh ke Gu Yusheng, yang berdiri di sebelahnya.
Ada banyak sekali kalung mahal. Pasti Gu Yusheng meminta para pekerja untuk mempersiapkan ini semua sebelum aku tiba di sini, aku baru saja kembali dari Prancis dan belum bertemu dengannya. Kenapa dia memintaku untuk datang ke sini malam ini? Apakah dia hanya ingin aku memilih kalung dengan cara yang formal?
Qin Zhi'ai mengerutkan kening dan memikirkan pertanyaan Gu Yusheng tadi, ‘Kenapa kamu tidak memakai kalung yang kuberikan padamu?’
Apakah dia tidak puas karena aku tidak memakai kalung itu? Apakah dia pikir aku tidak menyukainya, jadi dia memintaku untuk memilih yang lain?
Qin Zhi'ai memeras otaknya untuk waktu yang lama. Akhirnya, dia berpikir bahwa itu adalah penjelasan yang paling masuk akal.
Ini sudah hampir tengah malam. Ada ratusan kalung di atas meja ini. Akankah aku melihatnya satu per satu bersama dengan semua orang di sini? Selain itu, bahkan jika aku memilih kalung yang aku suka, aku tidak punya hak untuk memakainya.
Qin Zhi’ai menekan bibirnya dan berbicara kepada Gu Yusheng dengan suara tenang, "Kalung yang kamu berikan sangat indah, tapi itu tidak cocok dengan pakaian yang kupakai hari ini."
"Sepuluh!" tiba-tiba Gu Yusheng menyela Qin Zhi'ai. Dia mengambil sebatang rokok dari sakunya. Sebelum menyalakan rokok, dia kembali berkata kepada Qin Zhi'ai, "Pilih sepuluh kalung yang cocok dengan pakaianmu!"
Setelah aku berbicara kenapa dia malah memintaku untuk memilih banyak kalung? 
Qin Zhi'ai terdiam selama beberapa detik, lalu kembali berkata, "Biasanya aku tidak memakai pakaian seperti ini."
"20 kalung!" Gu Yusheng mengangkat matanya dan melirik Qin Zhi'ai. Dia hanya mengucapkan dua kata itu saja, lalu menghisap sebatang rokok dan menghembuskan asap putih dari bibirnya.
"Kalau aku berganti pakaian..."
Saat Qin Zhi'ai mulai berbicara, Gu Yusheng kembali menyelanya, "50 kalung!"
"Aku akan..."
Gu Yusheng mengambil rokok dari bibirnya dengan marah. "100 kalung! Kalau kamu berkata satu kata lagi, aku akan menambah 100 kalung!"
Qin Zhi'ai menelan kata-katanya yang ingin dikatakannya.
Melihat Qin Zhi'ai berhenti berbicara, Gu Yusheng juga berhenti. Dia hanya berdiri di sampingnya dengan santai, lalu merokok dengan perlahan.
Di posisi yang sama untuk waktu yang lama, Qin Zhi'ai belum mulai memilih kalung di meja panjang.
Melihat tidak reaksi dari Qin Zhi’ai, seorang pria yang berada di dekatnya berkata, "Nona, bolehkah saya membantu Anda memilih kalung?"
Tanpa menanggapinya, Qin Zhi'ai ingin berbicara dengan Gu Yusheng, tetapi ia mengurungkan niatnya. Dia takut Gu Yusheng akan memaksanya untuk memilih 200 kalung setelah mendengar kata-katanya. Karena itu, Qin Zhi’ai menutup mulutnya dan hanya menatapnya.
Gu Yusheng merasa bahwa dia sedang menatapnya, tetapi Gu Yusheng berpura-pura tidak menyadarinya. Setelah beberapa saat, Gu Yusheng menyipitkan matanya dan bertanya, "Kenapa kamu tidak mulai memilih?"
Kemudian, dia mengeluarkan rokok di antara jari-jarinya, dan melemparkan puntungnya ke tempat sampah dengan santai. Lalu dia berjalan menghampirinya. "Oke, jika kamu tidak bisa memilihnya sekarang, kamu bisa memilihnya nanti. Ngomong-ngomong, malam ini, aku punya waktu untuk menghabiskan waktu bersamamu!"
Saat dia mengatakannya, dia melingkarkan lengannya di bahu Qin Zhi'ai dan berkata, "Ayo lakukan sesuatu yang lebih berarti dulu!"



DAM 243 – Berjuang Demi Perhatian 3

Setelah Gu Yusheng selesai berbicara, dia menyeret Qin Zhi’ai dengan paksa ke taman hiburan.
Gu Yusheng berhenti di setiap wahana permainan dan menunjuk ke sana, bertanya pada Qin Zhi'ai, "Apakah kamu ingin naik itu?"
Dia tidak memaksa Qin Zhi'ai untuk menaiki wahana permainan setiap Qin Zhi’ai menggelengkan kepalanya. Dia hanya memegang pinggangnya dan berjalan ke atraksi permainan berikutnya.
Taman bermain yang dia pilih jauh lebih besar daripada taman bermain yang ada di dekat Universitas S. Meskipun mereka tidak naik wahana dan hanya berjalan satu putaran di sekitar taman, masih butuh waktu hampir satu jam.
Ketika mereka berada di dekat kafe luar, Gu Yusheng tiba-tiba berhenti. Dia berjalan menuju komidi putar tanpa meminta pendapat Qin Zhi'ai. "Kita sudah mengelilingi berbagai wahana, tetapi kamu tidak menyukai wahana apapun. Tidak apa-apa. Aku tahu pasti kamu suka yang ini. Ayo pergi dan melihatnya."
Mereka berjalan melewati komidi putar. Ada seorang pemilik stan dengan dua deret senjata elektronik. Itu persis tampak seperti dengan yang dimainkan Qin Zhi'ai di taman bermain S. Ada banyak target (balon) warna-warni yang tergantung di depan mereka.
Gu Yusheng berjalan maju. Dia terus memegang pinggang Qin Zhi'ai dengan satu tangan dan tangannya yang lain menunjuk berbagai boneka binatang yang ada di sana. Dia bertanya, "Yang mana yang kamu suka? Monyet? Kucing? Lumba-lumba? Atau bebek itu?"
Ketika dia menyentuh kelinci itu, tiba-tiba dia teringat bahwa pria itu telah menembak kelinci untuknya. Sudut mulutnya menegang. Dia segera melewati kelinci itu dan langsung berkata. "Atau anak anjing?"
Qin Zhi'ai tampaknya mengerti sesuatu, dia tidak menjawab Gu Yusheng.
Gu Yusheng tidak kecewa atas diamnya Qin Zhi’ai. Dia mengulurkan tangan dan menarik bulu boneka binatang itu. Lalu berkata dengan santai, "Karena kamu tidak bisa memilih satu, kita akan membawa mereka semua pulang."
Setelah berbicara seperti itu, dia mengeluarkan uang berwarna ‘merah’ dan menyerahkannya kepada pemilik stan. Lalu, dia mengambil senjata api mainan dari pemilik stan dan mulai menembak target (balon) warna-warni tanpa meluangkan waktu untuk menargetkan mereka. Dia mengangkat tangannya dan segera menembak.
Gu Yusheng menembak lagi setelah target (balon) pertama meledak.
Boneka binatang yang berbeda membutuhkan keterampilan yang berbeda pula.
Ketika Gu Yusheng memegang pinggang Qin Zhi'ai dan menunjuk berbagai boneka binatang, dia telah melihat instruksi dan mendapat gambaran berapa banyak ‘kredit’ yang dibutuhkan untuk setiap boneka binatang.
Ada sekitar dua puluh area tembak dengan dua senjata api mainan. Setelah Gu Yusheng menembak dua kali, ia mulai menembak tanpa henti. Qin Zhi'ai mendengar serangkaian balon meletus satu demi satu. Sebelum bunyi letusan itu berhenti, ia telah melemparkan senjata api mainan ke atas meja di depannya dan berkata dengan santai kepada pemilik stan, "Uang."
Gu Yusheng kembali berjalan ke area penembakan berikutnya dan mengambil senjata api mainan. Terdapat serangkaian tembakan dan target (balon) lainnya.
Ketika pemelik stan mendengarnya berkata ‘uang’ dia segera menyadari apa yang dimaksud Gu Yusheng. Kemudian dia berlari ke area penembakan pertama dan menghitung balon yang meledak. Jumlah yang dia hitung akan menjadi jumlah kredit yang dibutuhkan untuk memenangkan uang.
Lalu pemilik stan mengambil boneka monyet dari dinding dan menyerahkannya ke Qin Zhi'ai. Gu Yusheng meletakkan senjatanya di area penembakan kedua dan berkata, "lumba-lumba," sebelum dia berjalan ke area penembakan ketiga.
Gu Yusheng telah menembak jumlah target (balon) yang sama di area penembakan kedua. Persis seperti jumlah poin yang dibutuhkan untuk memenangkan boneka lumba-lumba.
Sebelum pemilik stan sempat mengambil boneka lumba-lumba untuk Qin Zhi'ai, Gu Yusheng sudah meletakkan senjata api mainan ketiga dan mengambil senjata api mainan keempat. Lalu dia berkata, "Anjing."
T/N : Santai dong bosque. Wkwkwk



DAM 244 – Berjuang Demi Perhatian 4

Untuk sementara, terlepas dari suara senjata api mainan dan ledakan balon, hanya ada suara Gu Yusheng yang berkata. "Kucing," "Lumba-lumba," "Bebek..."
Dibandingkan dengan Gu Yusheng yang terus menembak, pemilik stan tampaknya lebih sibuk. Dia bergantian menghitung jumlah target (balon) yang jatuh dan mengambil boneka binatang untuk Qin Zhi'ai. Dia terus berlari di antara stan dan Qin Zhi'ai lagi dan lagi. Awalnya, dia sangat bersemangat, lalu pada akhirnya, dia kelelahan dan merasakan rasa sakit di kakinya.
Dia pria yang kompeten! Dia hanya melirik angka-angka untuk setiap boneka binatang dan sekarang dia sudah mengingat semuanya di dalam pikirannya. Terlebih lagi, dari awal hingga sekarang, Gu Yusheng selalu berhasil menjatuhkan semua targetnya, dengan sempurna!
Sudah menjadi hal yang umum dalam dunia bisnis bahwa senjata api mainan yang digunakan itu telah dicurangi, jika hal itu tidak dilakukan, tentunya mereka tidak akan mendapatkan untung.
Kalau pria ini terus menembak, mungkin aku akan kehilangan uangku.
Setelah pemilik stan meletakkan boneka binatang terakhir –kecuali kelinci di depan Qin Zhi'ai, sebuah bukit boneka muncul di depannya dengan spektakuler!
Melihat hal ini, pemilik stan tidak merasa senang. Dia menatap wanita yang di bawa oleh pria ini. Wanita ini sudah mendapatkan seluruh boneka binatang –kecuali kelinci. Kalau pria ini juga mendapatkan boneka kelinci untuknya, maka mereka akan segera pergi dari sini, kan. Namun, sebelum ramalannya menjadi kenyataan, dia mendengar serangkaian tembakan lagi.
Kali ini upaya menembaknya berlangsung cukup lama. Pemilik stan berbalik dan melihat Gu Yusheng sedang menembak di stan keempat.
Apakah itu berarti aku harus memberi mereka empat mainan lagi?
Sebelum pemilik stan selesai berpikir, Gu Yusheng memegang senjata api mainan dan berjalan ke stan lain seolah-olah sedang memikirkan sesuatu. Dia mengambil senjata api mainan baru dan mulai menembak lagi.
Suara tembakan dan ledakan target (balon) berlanjut dan bercampur menjadi satu. Dan balon yang meledak jatuh seperti kepingan salju.
Adegan itu terlihat indah dan menyenangkan!
Pemilik stan terkejut oleh Gu Yusheng. Setelah dia menembak di empat stan berturut-turut dan berhenti, pemilik kios menarik dirinya kembali ke kenyataan. Dia takut pria ini akan terus bermain, jadi dia berlari ke arahnya tanpa berpikir dua kali. Sebelum dia mulai berbicara, dia menatap delapan papan yang baru saja ditembak Gu Yusheng sejak tadi dan membeku.
Setelah setengah menit, pemilik stan menoleh ke Qin Zhi'ai dan tergagap, "Nona, lihat ini!"
Qin Zhi'ai mengerutkan kening dan meletakkan boneka yang sejak tadi diberikan oleh pemilik stan. Lalu dia berjalan ke arah Gu Yusheng.
Dia berhenti di dekat pemilik stan sebelum dia mendekati Gu Yusheng.
Di depannya ada sembilan papan. Balon yang meledak ini membentuk empat kata, "Selamat Ulang Tahun, Pengacau Kecil!"
Pemilik stan tidak pernah melihat pria seperti dia, pria yang bisa menghasilkan kata-kata seperti itu dengan senjata api mainan. Pemilik stan tidak peduli apakah dia akan kehilangan uang lagi atau tidak. Dia merasa takjub, dia kembali menatap kata-kata ini dan menatap Gu Yusheng dengan kekaguman. Akhirnya, dia memandang Qin Zhi'ai. "Nona, ini kejutan yang luar biasa!"
Kalung, taman bermain, senjata api mainan, tetapi tidak ada boneka kelinci. Selamat Ulang Tahun...
Dibandingkan dengan sikap pemilik stan yang bersemangat, Qin Zhi'ai tampak sangat tenang. Semua kata-kata ini mengalir dalam benaknya.



DAM 245 – Berjuang Demi Perhatian 5

Sebuah ide muncul di kepala Qin Zhi’ai. Tebakannya benar. Gu Yusheng tahu tentang dia dan Jiayan di taman bermain.
Bagaimana dia tahu? Apakah kebetulan dia melihat kita atau? Qin Zhi'ai berpikir sendiri. Dia tidak berani untuk terus menebak bagaimana itu terjadi. Dia menatap kata-kata yang diucapkan Gu Yusheng beberapa saat sebelum dia perlahan berbalik untuk menatap Gu Yusheng. "Apa kamu pergi ke taman hiburan di sekitar Universitas S malam ini?"
Gu Yusheng tidak berusaha menyembunyikan apa pun, jadi dia mengangguk dan mengakuinya ketika dia melihat wanita itu akhirnya tersadar. Dia melemparkan senjata api mainan ke atas meja dan berjalan ke Qin Zhi'ai dengan senyum palsu. Dia bertanya dengan rendah hati, "Bagaimana kemampuan menembakku dibanding dengan pria muda yang kau bayar untuk memerhatikanmu? Dia berusaha menembak, tapi tidak bisa mengeluarkan kata-kata ini dengan benar. Aku menembakkannya untukmu. Apa kamu tidak tersentuh?"
Ketika dia mendengar kata-kata ‘kau bayar untuk memerhatikanmu’ Qin Zhi'ai tampak tidak senang.
Melihat reaksinya, Gu Yusheng tertawa, tetapi wajahnya tidak menunjukkan senyum. Itu membuatnya tampak lebih dingin. Dia terdengar lebih bangga daripada sebelumnya ketika dia berkata, “Jadi, apa aku salah? Bukankah kamu mempekerjakannya dengan memberinya uang dan membawanya keluar untuk makan malam?"
Memberikan uang dan membayar makan malam? Bagaimana dia bisa tahu kalau Jiayan dan aku pergi ke Peking Hotel? Selama sore hari ini, aku hanya pergi menemui Jiayan, makan bersamanya di hotel dan pergi ke taman bermain. Bagaimana dia bisa tahu tentang semua itu? Qin Zhi'ai menatap Gu Yusheng dan bertanya, "Apa kamu mengikutiku?"
Apa aku mengikutinya? Apa dia pikir aku seburuk itu? Bagaimana dia bisa memiliki kepercayaan diri yang begitu rendah padanya? Dia tidak perlu mengawasi seorang wanita.
Kemarahan yang coba ditekan Gu Yusheng tiba-tiba menjadi liar. Dia takut dia akan menamparnya di detik berikutnya, jadi dia menarik napas panjang. Dia menoleh ke samping, tidak menatap wajahnya, dan segera mengubah topik pembicaraan. "Kita sudah bersenang-senang. Haruskah kita kembali sekarang dan mengambil seratus kalungmu?"
Kepala Qin Zhi'ai terus berputar. Dia masih memikirkan bagaimana Gu Yusheng tahu tentang Jiayan dan dia. Jika dia mengikutinya, kapan dia mulai melakukannya?
Apa Gu Yusheng tahu kalau dia pergi ke Ladies Club untuk mengganti pakaiannya setelah dia berbicara dengan Xu Wennuan di telepon?
Semakin dia memikirkannya, dia menjadi semakin panik. Dia tidak tahu apa yang bisa atau akan dilakukan Gu Yusheng. Dia tidak bisa menahan diri untuk menengadah dan bertanya kepadanya dengan suara rendah, "Sejak kapan kamu mengikutiku?"
"Aku mengikutimu? Aku tidak seburuk itu. Kamu pikir kamu ini siapa, sehingga aku perlu mengikutimu? Bagaimana bisa kamu berselingkuh dalam pernikahan kita ini, dan berbalik untuk menyalahkanku? Kamu..." Gu Yusheng tidak bisa menahan diri untuk tidak membantah setelah Qin Zhi’ai menanyakan hal itu. Namun, tiba-tiba dia berhenti bicara.
Gu Yusheng mengatakan pada dirinya sendiri untuk mengendalikan emosinya dan berusaha untuk tidak menyakitinya. Sudut mulutnya menegang. Dia meraih pergelangan tangannya dan berkata kepada pemilik stan, "Tolong kirimkan boneka-boneka itu ke kafe luar." Lalu dia berjalan pergi dengannya.
Gu Yusheng menarik Qin Zhi'ai ke meja panjang begitu mereka sampai di kafe luar dan berteriak padanya, "Sekarang pilih."
Dia melihat bagaimana Qin Zhi’ai tidak bereaksi setelah melihat kalung-kalung di atas meja ini. Gu Yusheng memejamkan matanya dan mengambil napas panjang untuk menenangkan dirinya. Dia berkata, "Aku akan tutup mata soal kamu dengan pria itu kalau kamu bisa memilih 100 kalung."



DAM 246 – Berjuang Demi Perhatian 6

Gu Yusheng terus menerus menyebut Qin Jiayan sebagai gigolo, itu membuat Qin Zhi'ai tidak nyaman. Dia mengerutkan kening dan membela Qin Jiayan. "Dia bukan gigolo. Dia juga bukan bocah mainanku. Itu tidak seperti yang kamu pikirkan. Dia..."
Setelah mengucapkan kata-kata ini, Qin Zhi'ai tiba-tiba menyadari bahwa pada saat ini, dia adalah Liang Doukou. Dia tidak bisa memberitahunya bahwa Qin Jiayan adalah adiknya.
Dia berhenti berbicara dan berpikir sejenak. Kemudian, dia menjelaskan, "Dia hanya temanku!"
Seorang teman? Teman bisa begitu intim? Apa dia pikir aku ini bodoh?
Bagi Gu Yusheng, kata-kata itu seperti perlindungan bagi pria itu. Kemarahan yang ia coba kendalikan tiba-tiba meningkat.
Dia tersadar bahwa saat ini, amarahnya telah mencapai puncak. Dia takut, dia akan menjadi irasional dan melampiaskan amarahnya. Karena itu, dia terus berusaha untuk mengendalikannya. Dia belum pernah berusaha keras untuk mengendalikan emosinya sampai seperti ini. Akhirnya, dia menghindarinya dan berbalik, mengalihkan pandangannya dari Qin Zhi’ai, dia berhasil tenang dan berjalan ke meja panjang, mengulurkan tangan, dan mengambil kalung satu per satu untuk memeriksanya.
Qin Zhi'ai tidak bisa mengerti arti perilaku Gu Yusheng ini, dia sama sekali tidak mengerti kenapa Gu YUsheng melakukan semua ini setelah melihatnya dengan Qin Jiayan.
Gu Yusheng tidak menyukai Liang Doukou, tetapi semua reaksinya saat ini seperti menunjukkan sebuah kecemburuan.
Dari kata-katanya, Qin Zhi’ai yakin bahwa dia tidak mengikutinya, jadi ada 2 kemungkinan. Pertama, ada seseorang yang mengatakan kepadanya bahwa aku sedang bersama pria lain. Kedua, dia kebetulan melihatnya.
Dia jarang keluar untuk makan malam. Mungkin dia tidak cemburu, tetapi dia merasa seperti kehilangan muka di depan teman-temannya setelah melihat aku sedang bersama Jiayan. Sekarang, dia menghukumku.
Tiba-tiba, Qin Zhi'ai merasa sedikit menyesal. Kalau tahu akan jadi begini, maka dia hanya akan sebentar saja menemui Jiayan, dengan begitu, semua ini tidak akan terjadi.
Sebagai Qin Zhi'ai, situasi akan menjadi mudah untuk diselesaikan, tetapi sebagai Liang Doukou, situasi ini menjadi sangat sulit untuk dijelaskan.
Namun, tidak peduli seberapa sulitnya itu, dia akan menjelaskan.
"Dia adalah teman yang penting bagiku, hanya teman. Kami tidak berselingkuh."
Setelah mendengar itu, Gu Yusheng yang sedang memegang kalung mutiara, berhenti sejenak, kemudian dia bersikap seperti tidak mendengar apapun dan meletakkan kalung itu, lalu mengambil kalung berlian lainnya.
"Pertemuan kami hanya sebatas pertemuan antar teman. Dan beberapa hari yang lalu, itu adalah hari ulang tahunku, jadi dia memberiku hadiah ulang tahun. Aku tidak memiliki hubungan asmara dengannya."
Dia dan aku... Dia dan aku... Itu adalah kata yang sangat sederhana. Sudah berapa kali dia berkata ‘aku dan dia’? 
Aku hanya ingin memilihkan kalung untuknya. Aku ingin dia memakai kalung yang aku pilihkan untuknya. Aku akan melupakan kejadian hari ini, tetapi kenapa dia terus menerus berkata, ‘dia dan aku’?
Jari-jari Gu Yusheng yang sedang memegang kalung berlian bergetar. Saat dia berkata, ‘dia dan aku’ untuk yang ketiga kalinya, Gu Yusheng tidak bisa menahan diri lagi. Gu Yusheng melemparkan kalung berlian itu ke tanah kemudian berbalik ke arah Qin Zhi’ai dan berteriak padanya, "Diam! Aku tidak ingin tahu apa pun tentang kamu dan dia!"



DAM 247 – Berjuang Demi Perhatian 7

Tubuh Qin Zhi'ai bergetar ketakutan setelah Gu Yusheng memarahinya. Tiba-tiba, dia tidak bisa bersuara.
Gu Yusheng perlahan memutar kepalanya. Dia menatap kalung di leher Qin Zhi'ai dengan berapi-api.
Dia tampak menakutkan. Ada kilatan di matanya. Sepertinya, dia akan maju untuk menghancurkan kalung itu.
Qin Zhi'ai khawatir. Dia ingat apa yang biasa Gu Yusheng lakukan padanya ketika ia marah. Dia mengangkat tangannya secara naluriah untuk menutupi kalung di lehernya.
Tindakannya seperti tamparan di wajah Gu Yusheng.
Apakah dia takut aku akan merusak kalung itu? Aku hanya menatapnya, aku tidak melakukan apa-apa. Lalu, kenapa dia menyembunyikannya seperti harta karun?
Adegannya dengan pria di taman bermain di sekitar Universitas S terlintas di kepalanya seperti film.
Dia terlihat sangat dekat dengan pria itu dan bahkan memberi pria itu sebuah senyuman yang hangat.
Aku telah menembakkan begitu banyak target (balon) dan memenangkan begitu banyak boneka binatang, tetapi tidak satu pun dari mereka yang bisa menghasilkan senyuman hangat seperti yang dia berikan kepada pria itu saat pria itu memberinya boneka kelinci.
Aku telah menghabiskan begitu banyak uang untuk semua kalung ini, tetapi itu tidak bisa menarik perhatiannya. Tak satu pun dari mereka yang berharga seperti kalung murahan di lehernya itu.
Perbandingan itu membuat Gu Yusheng marah, merusak rasionalitasnya, dan menghabiskan kesabaran dan toleransinya.
Oke, karena dia berpikir aku akan menghancurkannya, maka aku akan menghancurkan kalung itu.
Gu Yusheng menatap kalung yang dia tutupi dengan tangannya, perlahan berjalan ke arahnya.
Dengan jelas dia bisa melihat ketakutan dan kehati-hatian di matanya. Saat dia berada tepat di depannya, Qin Zhi’ai menjadi panik dan melangkah mundur. Reaksi Qin Zhi’ai membuatnya semakin marah. Dia mengangkat lengannya, meraih pundak Qin Zhi’ai dengan keras, dengan paksa dia menarik tangan Qin Zhi’ai dari lehernya dengan kasar dan menarik kalung itu untuk mematahkannya. Lalu membuangnya tanpa berkedip.
Kalung itu terbang di udara dan mendarat di air mancur di dekat mereka, memercikkan air di dalamnya.
Semua orang di sekitar mereka takut dengan apa yang telah dilakukan Gu Yusheng, dan mereka tidak berani bersuara.
Bahkan pengurus rumah tangga dan Lu Bancheng, yang duduk tidak jauh dari mereka, seketika menjadi berdiri.
Segalanya tampak membeku, dan suasana menjadi hening untuk sementara waktu. Qin Zhi'ai mendongak. Matanya bertemu Gu Yusheng.
Mata Qin Zhi’ai agak merah. Dia tampak marah dan kesal, sebelum Gu Yusheng bisa melihat matanya dengan jelas, mata Qin Zhi’ai sudah basah.
Tubuh Qin Zhi’ai bergetar, begitu juga dengan suaranya, "Aku akan mengatakannya sekali lagi. Dia hanya seorang teman. Tidak seperti yang kamu pikirkan."
Qin Zhi’ai berusaha melepaskan cengkeraman Gu Yusheng di tangannya, dan dengan cepat ia berbalik dan berlari menuju ke air mancur.
Air dari air mancur itu sedikit kotor di air mancur, terdapat lumut hijau di bagian bawahnya.
Qin Zhi’ai tampak tidak peduli dengan hal itu. Dia bahkan tidak melepas sepatunya sebelum melompat ke sana. Dia membungkuk dan mulai mencari-cari di dalam air itu.
Kalung itu adalah satu-satunya berkah dan hadiah yang diterimanya saat hari ulang tahunnya selain ucapan ulang tahun yang ia harapkan saat di Paris.
Kalung ini tidaklah mahal. Itu sangat murah, sehingga bagi Gu Yusheng kalung ini tidak berarti. Namun, perlu waktu dua bulan bagi Qin Jiayan untuk menyisihkan uangnya dan membeli kalung ini.



DAM 248 – Berjuang Demi Perhatian 8

Dia tidak bisa melupakan ekspresi Jiayan saat ia memberinya hadiah, dan bagaimana ekspresi gembira Jiayan yang tidak bisa disembunyikan di matanya setelah dia memakai kalung itu dan berkata bahwa dia menyukai kalung ini.
Kalau Jiayan sampai tahu bahwa kalung yang ia berikan hilang beberapa jam setelah dia memakainya, Jiayan pasti akan kecewa
Semakin banyak Qin Zhi'ai berpikir, penglihatannya semakin kabur. Bagian bawah air mancur ini penuh dengan kotoran. Dia mencoba mencari kalungnya berkali-kali, dia menemukan tutup botol, sumpit, kantong plastik... Semua jenis sampah, tetapi kalungnya belum juga ditemukan.
Gu Yusheng membeku seperti patung di tempatnya berdiri, dia menundukkan kepalanya dan menatap tangannya yang baru saja dia gunakan untuk merobek kalung Qin Zhi'ai.
Sekelompok orang di sampingnya nampak kaget oleh amarahnya, karena tidak ada yang memberi tanggapan.
Setelah waktu yang lama, Lu Bancheng menendang kursinya di belakang dan berjalan menghampirinya. "Kakak Sheng."
Dengan gemetar, Gu Yusheng tersadar dari keadaan seperti itu. Pertama, dia menoleh dan melirik Lu Bancheng, lalu perlahan-lahan mengalihkan pandangannya ke air mancur. Sambil membungkuk, dia mencari Qin Zhi'ai inci demi inci.
Setelah aku membuang kalungnya, dia menundukkan kepalanya selama beberapa detik, lalu mengangkat kepalanya untuk menatapnya. Tiba-tiba, ekspresi di matanya kembali muncul di benak Gu Yusheng.
Apakah ada kebencian yang bersembunyi di dalamnya?
Tiba-tiba Gu Yusheng merasa sedikit takut, bahkan sedikit kepanikan muncul di matanya. Dia jelas menyadari bahwa terdapat ketakutan di hatinya.
Dibandingkan dengan melihatnya bersama pria lain, dia lebih takut dia menjadi membencinya.
Gu Yusheng menggerakkan matanya dengan panik. Tanpa menunggu Lu Bancheng berbicara, tiba-tiba dia berjalan ke arah air mancur.
Tanpa melepas sepatunya, dia melompat ke air, meraih lengannya, dan menariknya ke atas.
"Jangan sentuh aku!" Tanpa berpikir, Qin Zhi’ai mendorong dadanya.
Dengan tangannya yang penuh lumpur, kemeja putih Gu Yusheng berubah menjadi cokelat.
Mungkin karena Qin Zhi’ai sangat marah dan dipenuhi kekuatan, dan kotoran di air mancur itu sangat licin, Gu Yusheng menyelinap mundur dua langkah. Sedangkan Qin Zhi’ai terus membungkuk dan mencari kalung itu.
Air di air mancur itu tidak dalam, hanya sampai ke lututnya. Namun, pakaian di bagian bawah tubuhnya, semuanya menjadi basah kuyup. Karena ini sudah malam dan ini adalah awal musim gugur, cepat atau lambat, dia akan masuk angin jika terus mencari kalung itu seperti ini.
Gu Yusheng mengerutkan keningnya, meraih tangannya dan melingkari pinggangnya dengan lengannya, lalu membawanya keluar dari air mancur.
Saat Gu Yusheng baru saja menempatkannya di tanah yang kering, Qin Zhi’ai segera berbalik dan kembali berlari menuju air. Melihat itu, dengan cepat Gu Yusheng meraih pergelangan tangannya.
"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Qin Zhi’ai berjuang mati-matian, tetapi kekuatannya tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan Gu Yusheng. Qin Zhi’ai masih terus memikirkan kalung itu, ia terus berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Gu Yusheng. Lalu, Qin Zhi’ai menundukkan kepalanya dan menggigit tangan Gu Yusheng yang mencengkeram lengannya.
Qin Zhi’ai menggigitnya dengan susah payah, dengan semua keluhan, kemarahan, dan kekesalannya, ia menggigitnya untuk melampiaskan semua perasaan itu.
Merasakan rasa sakit yang tajam, Gu Yusheng sedikit mengernyit, tetapi dia tidak bereaksi.
Gu Yusheng tidak membiarkannya pergi, tetapi tetap berdiri di sana dengan tenang, menahannya rasa sakit dari gigitannya.
Merasakan ada rasa darah di mulutnya, Qin Zhi’ai yang tadinya menggigit dengan keras, kini dia melepaskan tangan Gu Yusheng.



DAM 249 – Berjuang Demi Perhatian 9

Gu Yusheng tidak menatap tangannya yang berdarah. Sebaliknya, dia berbalik ke arah pengurus rumah tangga yang dalam keadaan panik dan berkata dengan sangat tenang, "Bawa Nona pulang."
Setelah mendengar perintah Gu Yusheng, pengurus rumah tangga segera berlari. "Nona, ini sudah malam. Mari kita pulang."
Qin Zhiai tidak bergerak atau mengatakan apa pun.
Pengurus rumah tangga tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jadi dia berbalik untuk melihat Gu Yusheng.
Gu Yusheng menatap Qin Zhi'ai dari samping. Kali ini, dia berkata dengan suara yang lebih serius, "Pulanglah."
Qin Zhi'ai terlihat tidak ingin pergi dari sini.
Lu Bancheng takut Gu Yusheng dan Qin Zhi'ai akan terus bertengkar. Jadi dia bergegas pergi ke Qin Zhi'ai dan berbisik, "Aku akan membantumu menemukannya. Kamu harus pulang sekarang." Sambil berbicara seperti itu, Lu Bancheng mendorong Qin Zhi'ai ke arah pengurus rumah tangga. Pengurus rumah tangga segera mengerti apa yang di maksud. Ia meraih lengan Qin Zhi'ai dan berjalan keluar dari taman bermain.
Tidak lama kemudian, mobil Qin Zhi'ai yang terparkir di pintu masuk taman bermain pergi dari sini.
Kini suasana menjadi lebih tenang.
Lu Bancheng berdiri di sebelah Gu Yusheng untuk beberapa saat. Lalu dia menoleh ke samping untuk melihat luka di tangan Gu Yusheng. Qin Zhi’ai pasti menggigitnya dengan sangat keras, karena tangan Gu Yusheng sampai berdarah seperti itu.
Lu Bancheng merasa terluka hanya dengan melihatnya. Dia mengangkat tangan Gu Yusheng dan menggosoknya dengan tangannya. Dia mencoba meyakinkan Gu Yusheng, "Bagaimana kalau aku menelepon Xiaowang dan membiarkannya membawamu ke dokter."
Gu Yusheng menatap lurus ke air mancur tanpa bicara. Tepat ketika Lu Bancheng berpikir Gu Yusheng tidak akan menanggapinya, Gu Yusheng tiba-tiba berbicara dengan nada yang sangat rendah. Itu tidak terdengar seperti suaranya. "Kamu bisa meminta mereka untuk pergi sekarang."
Lu Bancheng tahu Gu Yusheng mengacu pada para staf di sini. Dia bilang ‘oke’ dan pergi melakukan perintah Gu Yusheng.
Setelah mengirim para staf untuk pergi, dia kembali melihat Gu Yusheng, Gu Yusheng sudah tidak ada di tempat tadi. Lu Bancheng mengerutkan kening. Saat dia akan memanggil ‘Kakak Sheng’ dengan keras, dia melihat bayangan di air mancur. Seperti ada seseorang yang sedang membungkuk dan mencari sesuatu di dalam air.
Lu Bancheng kenal dengan sosok itu. Itu adalah Gu Yusheng.
Pada awalnya Lu Bancheng terkejut, tetapi dia segera mengerti apa yang terjadi setelah dia mengingat apa yang terjadi malam ini.
Lu Bancheng menawarkan diri untuk ikut membantu menemukan kalung itu, tetapi Gu Yusheng menolaknya.
Semua staf diusir. Hanya tersisa Gu Yusheng dan Lu Bancheng di taman bermain ini.
Lu Bancheng terus memperhatikannya, tetapi ia gagal melawan rasa kantuknya dan akhirnya ia tertidur di bangku.
Sepanjang malam Gu Yusheng tidak tidur. Dia bahkan tidak risih dengan kotoran di sekelilingnya sampai pada akhirnya langit berubah menjadi cerah.
Lu Bancheng tidak tidur nyenyak. Ketika dia mendengar Gu Yusheng membuat suara, dia membuka matanya dan bertanya pada Gu Yusheng dengan suara mengantuk. "Apa kamu menemukannya?"
Gu Yusheng tidak menanggapinya. Dia hanya mengambil kunci mobil dari sakunya lalu berjalan keluar dari taman.
Lu Bancheng segera mengikutinya. Ketika dia hendak bertanya lagi apa dia sudah menemukan kalung itu, dia melihat cahaya memantul di antara jari-jarinya, rantai tipis dan kotor ada di tangan Gu Yusheng.
Lu Bancheng yang mengemudi. Ketika mereka berkendara dari sisi timur kota menuju ke barat, Lu Bancheng memandangi baju Gu Yusheng yang kotor dari kaca spion. Lalu dia memecah kesunyian. "Haruskah kita pergi ke All...?"



DAM 250 – Berjuang Demi Perhatian 10

Sejak naik ke mobil sampai sekarang, Gu Yusheng tetap diam, dia menutup matanya. Setelah mendengar kata-kata itu, dia membuka matanya, menyipit, dan berkata, "Baiklah."
Suasana di mobil kembali sunyi dan canggung. Lu Bancheng menatap lurus ke depan, ia mencengkeram kemudi. Setiap kali dia melirik Gu Yusheng, dia melihat Gu Yusheng terus menggosok kalung yang dia ambil dari air mancur.
Lu Bancheng meminta resepsionis hotel untuk mengirimi mereka dua pasang pakaian. Lalu, Lu Bancheng mengambil pakaian yang cocok untuknya, kemudian pergi ke kamar mandi di kamar tamu dari suite ini.
Karena semalam dia tidak beristirahat dengan baik, Lu Bancheng mandi dengan air panas untuk waktu yang lama. Setelah keluar, dia mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil berjalan ke kamar utama. Di depan pintu kamar utama dia berkata, "Kakak Sheng?"
Tidak ada respons.
Lu Bancheng terus mengetuk pintu. Karena tidak dikunci jadi dia membuka pintu itu sendiri.
Namun, kamar itu kosong. Gu Yusheng tidak ada di sana, hanya ada pakaian kotor di tempat sampah dan handuk mandi berserakan di tempat tidur.
Jelas bahwa Gu Yusheng langsung pergi setelah mandi dan berganti pakaian bersih.
Kunci mobilnya masih ada di meja, jadi dia tidak mengambil mobilnya. Maka tempat yang dia tuju pasti...
Lu Bancheng mengeringkan rambutnya dengan linglung, lalu mengambil kartu kamarnya dan keluar dari kamar mereka, yang berada di lantai paling atas. Tanpa naik lift, dia langsung menuju ke pintu keluar, naik ke atap hotel.
Seperti yang diduga Lu Bancheng, pintu atap terbuka, dan Gu Yusheng ada di sana.
Dengan pengalamannya di ketentaraan, Gu Yusheng berdiri tegak. Dengan sebatang rokok di tangannya, dia berdiri diam, menghadap ke matahari terbit.
Seluruh tubuhnya tampak dikelilingi oleh sinar matahari yang keemasan, sangat cemerlang. Di sekitar kakinya ada puntung rokok dengan panjang yang berbeda-beda.
Situasi itu begitu indah sehingga tampak seperti sebuah lukisan.
Namun, melihat Gu Yusheng, yang tidak memiliki ekspresi dan berada dalam kondisi yang sunyi, dia berpikir bahwa Gu Yusheng pasti merasa kesepian.
Awalnya, Lu Bancheng ingin mengajak Gu Yusheng sarapan di hotel, tetapi melihat kondisinya yang seperti ini, dia tidak berani mengganggunya.
Keadaan di atap ini sangat sepi dan kadang-kadang ada hembusan angin pagi yang perlahan bertiup.
Setelah beberapa saat, Gu Yusheng mengangkat kepalanya, meniupkan asap ke langit, lalu mengeluarkan rokok di antara jari-jarinya dan berbalik.
Ketika dia melihat Lu Bancheng, dia sedikit terkejut. Sepertinya dia tidak berharap akan ada seseorang yang berdiri di belakangnya.
Lu Bancheng tersenyum dan berbicara lebih dulu. "Turun dan makanlah sesuatu, lalu istirahat. Kamu sudah makan malam, kan?"
Gu Yusheng mengangguk dengan lembut, tidak mengatakan sepatah kata pun.
Hanya ada beberapa orang di ruang makan untuk sarapan.
Memilih tempat duduk dekat jendela, Gu Yusheng dan Lu Bancheng duduk berhadapan.
Setelah memesan beberapa hidangan, Lu Bancheng melihat Gu Yusheng yang bersandar malas di kursi dan melihat ke arah kalung yang rusak.
Lu Bancheng menatapnya dengan minat untuk sementara waktu, lalu dia tidak bisa menahan tawa. Dia meletakkan gelas di atas meja setelah mengambil setengah tegukan air. Pada titik tertentu, dia tidak bisa menahan diri untuk mengatakan hal yang sejak semalam ingin ia katakan, "Kakak Sheng, apa kamu tahu seperti apa penampilanmu sekarang?"
Gu Yusheng mengabaikan Lu Bancheng.
Terbiasa dengan reaksinya, Lu Bancheng justru terus berkata, "Saat ini, kamu terlihat seperti seorang selir yang berjuang untuk mendapatkan perhatian."