Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 2 – Rencananya
[POV Lidi]
"Lidiana von Vivouare"
Itulah namaku.
Aku memiliki kenangan tentang kehidupanku
di dunia sebelumnya. Aku mengingat semuanya saat masih kecil. Itu terjadi
secara spontan, tapi aku menerima kenyataan bahwa aku dilahirkan dan dibesarkan
di sebuah negara bernama Jepang. Aku hidup di sana sampai usia dewasa.
Seiring dengan ingatan itu, aku merasa
khawatir.
Pengetahuan yang aku dapatkan di Jepang
tidak dapat diterapkan di sini, dalam banyak hal tempat ini juga sangatlah
berbeda.
Di dunia ini ada sihir, dan bahkan ada
sistem kasta yang jelas.
Anehnya kedudukan sosialku di dunia ini
adalah putri dari seorang bangsawan dengan gelar Duke.
Ayahku adalah Perdana Menteri, dia dikenal
sebagai seorang bangsawan terkemuka di negara ini.
Dengan kata lain, dalam waktu dekat dan
dengan tingkat kemungkinan yang sangat tinggi, aku tidak punya pilihan selain
bertunangan dengan seseorang dari Keluarga Kerajaan.
Meski aku masih muda, pikiranku sudah
seperti wanita dewasa. Setelah ingatanku tentang dunia sebelumnya pulih, aku
mulai gemetar ketakutan.
Tentu saja, aku adalah putri bangsawan
yang bermartabat. Namun dalam kehidupanku di dunia sebelumnya, aku hanyalah
rakyat biasa.
Selain itu, kini, setelah aku mengingat
semuanya, aku menjadi merasa bahwa menikah dengan Keluarga Kerajaan adalah hal
yang tidak terduga.
Sebagai Keluarga Kerajaan, mereka memiliki
kewajiban yang harus dipenuhi. Tentunya para bangsawan juga memiliki hal itu, tapi harus dipahami bahwa skala tersebut tidak dapat dibandingkan. Urusan yang
melelahkan akan lebih banyak dibandingkan dengan urusan yang menyenangkan.
Aku pun berpikir untuk menghindari hal-hal
yang melelahkan.
Juga di negara ini ada hal yang tidak aku
sukai.
Di negara ini terdapat sistem poligami,
tapi hanya bagi Keluarga Kerajaan. Di luar Keluarga Kerajaan poligami tidak
diizinkan, karena Keluarga Kerajaan tidak memiliki pilihan lain selain harus
memiliki ahli waris, itu adalah hak istimewa yang dimiliki Keluarga Kerajaan.
Bagiku yang terlahir dan besar di Jepang, hal itu sangatlah mengganggu. Bahkan aku membencinya.
Aku tidak memiliki pilihan lain, selain
berbagi suami dengan wanita lain. Hal itu adalah hal yang sangat tidak mungkin
bagiku.
Karena alasan itulah, meski aku masih
muda, aku bersumpah untuk tidak akan menikah dengan Keluarga Kerajaan.
Tapi tampaknya hal itu tidak berjalan
dengan mudah.
Sepertinya ayahku ingin membuat ikatan
dengan Keluarga Kerajaan tidak peduli apapun yang terjadi, dengan berbagai cara
ia mencoba membawaku ke Istana untuk dikenalkan dengan Putra Mahkota. Karena
itu, dengan putus asa, aku menolak dengan bersikeras bahwa aku masuk
angin, sakit kepala, atau penyakit-penyakit lainnya. Dan entah bagaimana,
desas-desus menyebar bahwa aku adalah seorang gadis bangsawan dengan tubuh yang
lemah.
Kenyataannya, aku adalah seorang anak yang
sehat dan superior, aku bahkan tidak pernah sekalipun sakit. Tapi dibandingkan
dengan aku harus datang ke Istana, maka dijuluki sebagai anak yang lemah dan
sakit-sakitan merupakan pertukaran yang murah. Jika Putra Mahkota atau Keluarga
Kerajaan lainnya memutuskan untuk menikah dengan orang lain maka itu merupakan
hal yang baik bagiku, jadi aku selalu berpura-pura sakit.
Berkat hal itu, aku tidak harus muncul di
pergaulan kelas atas yang tidak aku sukai, dan hal yang lebih menggembirakan
lagi aku belum bertunangan meski aku sudah berusia 18 tahun. Akibatnya ayahku
mulai tidak sabar.
Bagi gadis bangsawan kelas atas sepertiku,
tentunya ada banyak tawaran pertunangan, tapi ayahku menolak semuanya, karena
ia merasa bahwa tidak ada yang cocok untukku.
Sayangnya, ayahku terus berpikir bahwa
Putra Mahkota merupakan calon yang cocok untukku, dilihat dari usia yang tidak
berbeda jauh. Kalau begini terus, ayah akan menjadikanku sebagai Putri
Mahkota. Meski tidak mengatakannya, tapi jika dilihat dari perilakunya,
jelas-jelas ayahku mengharapkan hal itu.
Dan hasilnya, namaku berada di urutan pertama
dalam daftar Calon Putri Mahkota untuk Putra Mahkota, Frederick.
***
“Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan?”
Di dalam kamar, aku terus memegang
kepalaku.
Tentunya sebagai putri dari seorang Duke,
luas ruangan ini tidak masuk akal dengan akal sehat orang Jepang normal.
banyaknya furniture yang dibuat dari
hal-hal yang diinginkan wanita dengan desain yang elegan, dan ada dekorasi
mewah yang tersebar di sana-sini. Di ruang dalam terdapat tempat tidur
berukuran besar, dan di tempat inilah aku duduk.
“Ini buruk. Jika hal ini terus berlanjut, aku akan benar-benar menjadi Putri
Mahkota…”
Sambil bergumam pada diriku sendiri, aku
gemetar ketakutan.
Kenapa... Kenapa semuanya malah menjadi
seperti ini?
***
Sehari sebelum, aku berumur 18 tahun.
Usia 18 tahun adalah saat seseorang secara
resmi diakui sebagai orang dewasa di negara ini. Itu sama bagi pria dan wanita.
Begitu mereka menjadi dewasa, memiliki
tunangan merupakan hal yang biasa, terutama jika itu adalah seorang putri dari
bangsawan bergelar tinggi.
Ayahku sangat antusias meminangkanku
dengan Putra Mahkota, aku yang selama ini mati-matian melarikan diri, pada
akhirnya tidak bisa menghindar lagi. Sebelum ayahku mengambil tindakan, aku
harus bergerak terlebih dahulu.
Beberapa saat kemudian, ayahku, Sang
Perdana Menteri kembali ke kediaman dengan wajah gembira.
Aku memiliki firasat yang buruk, begitu ia
kembali, ayah segera memanggil ibuku dan aku dengan wajah penuh senyum.
“Bergembiralah, Lidi! Pertunanganmu akhirnya telah diputuskan!”
Lidi adalah nama panggilanku.
Mendengar bahwa pertunanganku telah
diputuskan, dengan tangan yang berada di atas dada ibuku berkata ‘Ya
ampun’ dengan suara gembira.
Ibuku pasti khawatir tentang putrinya yang
sulit mendapatkan tunangan.
Saat melihat ayahku, aku merasa dia
seperti ingin menari saking gembiranya.
Ini adalah hal yang tidak menyenangkan
bagiku, dilihat dari ekspresi ayahku, aku sudah tahu siapa tunanganku.
Jika saja itu bukanlah Keluarga Kerajaan,
aku tidak memiliki niat untuk mengajukan keberatan.
Jika tunanganku itu hanyalah bangsawan
biasa, aku akan setuju dan menikahinya.
Meski sudah mengetahuinya, aku tetap berharap bahwa itu tidak benar, aku tetap menunggu kata-kata ayahku dengan jantung yang berdebar-debar…
“Tunanganmu adalah Putra Mahkota Frederick!”
“Astaga!”
Seketika hatiku tenggelam…
Ayah dan ibuku sangat gembira, para
pelayan memberi selamat kepada mereka.
Semua orang di sini tampak sangat gembira,
kecuali aku.
Bagaimana ini bisa terjadi. Aku telah
menghindar selama bertahun-tahun, tapi semua upayaku itu menjadi tidak berarti.
Putra Mahkota Frederick.
Dia berumur 21 tahun, dengan kata lain ia
3 tahun lebih tua dariku. Berambut pirang dan bermata biru, dia memang seorang
pria tampan dari Keluarga Kerajaan. Dia adalah orang yang tidak memiliki satu
pun rumor jelek atau pun perilaku tercela. Beberapa tahun yang lalu, ia menjadi
bagian dari Pengawal Kekaisaran di Ordo Ksatria, dia menjadi Wakil Kapten di
sana. Dia berperilaku lembut dan baik, semua orang memujanya.
Sepertiku, dia belum memutuskan untuk
bertunangan, karena itulah semua bangsawan terkemuka di negara ini berpikir
untuk menikahkan anak perempuan mereka kepadanya. Ayahku juga termasuk ke dalam
kategori itu, dan aku tidak tahu apa yang dia lakukan, sampai dia berhasil
membuatku menjadi tunangan Putra Mahkota Frederick.
Semua yang kukatakan tadi hanyalah dugaan,
itu karena aku belum pernah bertemu dengan Putra Mahkota.
Tentu saja, dahulu ayahku berkali-kali
mencoba untuk membuatku bertemu dengan Putra Mahkota, ia menyebutnya 'Pertemuan yang Ditakdirkan' dan tentu saja aku terus menggunakan alasan sakit
untuk menghindar dari pertemuan itu.
Bagiku, Putra Mahkota adalah orang yang
berada di peringkat satu sebagai orang yang tidak ingin kunikahi.
Dan sekarang, aku resmi menjadi
tunangannya!? Sungguh mimpi buruk!
Aku tidak pernah sekalipun menghadiri
pesta yang juga dihadiri oleh Putra Mahkota.
Akibatnya aku hanya mau mengetahui dia
lewat rumor.
Melihat ayah dan ibuku yang bahagia, aku
hanya bisa menghela nafas panjang.
***
“Apa yang harus kulakukan…”
Aku tidak bisa menolak pertunangan ini
karena ayahku telah menyetujuinya. Selain itu, karena tunanganku adalah
Keluarga Kerajaan, maka aku tidak bisa menolaknya begitu saja.
Jika dilihat dari sudut pandang normal,
tentunya Putra Mahkota adalah tunangan yang luar biasa tapi dia tidak menarik
minatku sekali.
Tidak peduli seberapa tampan atau baiknya dia, karena ada kemungkinan dia melakukan poligami, maka bagiku dia ‘tidaklah baik’.
Apa ada cara untuk menghindari pertunangan
ini?
Aku memutar otak... Terus berpikir... Memikirkan rencana untuk membatalkan pertunangan. Pada akhirnya aku tidak bisa
memikirkan apapun. Aku harus segera melakukan sesuatu, jika tidak dalam sekejap
mata ayahku pasti akan segera mengadakan upacara pernikahan lalu membuat
pengumuman di mana-mana.
Memikirkannya saja membuatku menggigil,
tiba-tiba aku teringat apa yang temanku katakan di pesta teh beberapa hari yang
lalu.
Baru-baru ini, [Pesta Topeng] telah
mendapatkan popularitas di masyarakat.
Semua orang yang datang akan mengenakan
topeng yang menutupi wajah mereka, sambil menyembunyikan wajah dan identitas,
mereka menikmati pesta malam. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang
menyenangkan dari, tapi itulah inti dari acara tersebut.
Hanya bangsawan kelas atas yang bisa
berpartisipasi dalam acara itu, dan konon ada seorang pemuda yang selalu hadir
di pesta itu.
Tentu saja wajahnya tertutupi oleh topeng,
tapi aura yang ia pancarkan adalah aura bangsawan tingkat tinggi, gerakan dan
tingkah lakunya yang indah membuat para wanita bangsawan muda ingin
menghabiskan waktu dengannya.
Yang kuingat dari kata kata temanku
adalah…
“Orang itu, akan diam-diam menyelinap pergi bersama dengan seorang perempuan
saat pesta masih berlangsung. Kamu bertanya ke mana? Itu adalah pertanyaan yang
tidak sopan... Aku mendengarnya dari salah satu perempuan yang pergi
bersamanya, perempuan itu bilang… Itu adalah pengalaman yang luar biasa. Tapi
tampaknya, orang itu tidak akan pernah berkencan dengan orang yang sama.”
Mendengar hal itu, aku hanya tertawa. Tapi
kini, aku harus mengucapkan terima kasih kepada temanku itu.
“Itu dia!”
Hanya itu pilihan yang tersisa.
Aku masih ‘suci’. Jangankan menikah,
Aku saja belum pernah bertunangan, jadi itu wajar.
Pada kenyataannya, dunia ini, merupakan
dunia yang cukup liberal. Hanya karena seorang perempuan sudah tidak ‘suci’,
mereka tidak akan bisa menghindar dari pernikahan.
Kecuali, jika pasangan mereka itu adalah
Keluarga Kerajaan.
Entah mengapa, salah satu syarat untuk
menjadi Putri Mahkota atau Permaisuri adalah mereka harus ‘suci’.
“Aku bisa meminta orang itu untuk mengambil ‘kesucianku!’”
Dengan begitu, aku bisa memutuskan
pertunangan dengan Putra Mahkota. Mungkin itu akan menimbulkan rumor yang
kurang baik, tapi karena ‘kesucian’ adalah syarat yang tidak bisa ditentang
dari Keluarga Kerajaan, maka itu tidak masalah. Semuanya pasti akan baik-baik
saja, dan aku akan mendapatkan tunangan dari bangsawan biasa.
Bahkan jika itu membuat ayahku marah dan
dia sampai mencabut hak waris, maka itu tidak masalah. Pindah ke Vihara atau ke
suatu tempat, apapun itu aku akan menjalani kehidupan yang damai. Lebih dari
sekedar menjadi Putri Mahkota.
Kenapa aku tidak segera menyadari hal itu?
Seketika aku langsung menyadari bawa dalam hidupku aku memiliki cakupan
pertemanan yang kecil, aku hanya memiliki satu teman masa kecil.
Tampaknya ayahku telah merencanakan semua
ini sejak lama, Ia tidak membiarkanku memiliki interaksi di lingkungan yang
luas karena ia ingin aku tetap ‘suci’.
Tapi untungnya, kini aku menyadari hal
itu.
Menurut apa yang dikatakan teman minum teh
ku, lelaki itu cukup playboy.
Dia, bisa dengan mudah menggaet para
perempuan. Jadi seharusnya tidak akan ada masalah.
Secara objektif, penampilanku ini, dapat
dikatakan cantik, aku juga memiliki dada yang wajar.
Tidak ada alasan baginya untuk
menolakku, jadi aku hanya perlu mendapatkannya sebelum orang lain.
Karena dia adalah seorang playboy, bisa saja dia tidak ingin
susah-susah mengambil ‘kesucianku’ dan menolaknya, jadi sebaiknya aku tidak
mengatakan tentang hal itu kepadanya.
Meski saat ini aku masih ‘suci’, tapi di
kehidupanku yang sebelumnya, aku adalah orang yang memiliki pengalaman. Karena
itu untuk pengalaman pertamaku, Aku menginginkan orang yang juga berpengalaman
agar tidak terlalu terasa sakit.
“Baiklah, mari lakukan itu!”
Setelah aku memutuskannya, aku segera
mempersiapkan diri untuk datang ke Pesta Topeng.
Dengan rencanaku yang sempurna, aku segera
menghubungi teman minum tehku yang merupakan seorang putri dari bangsawan
tingkat Earl.
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment