Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 3 – Pertemuannya
“Hahaha…”
Itu berjalan dengan baik.
Sudah 1 bulan sejak aku mengembangkan
rencana itu. Waktu untuk melaksanakan rencana itu akhirnya telah tiba.
***
Marianne yang seusia denganku memiliki
kepribadian yang penuh dengan ingin rasa tahu, ia juga sangat menyukai hal-hal
yang menyenangkan.
Jika aku memberitahunya bahwa aku ingin
bertemu dengan pria itu di Pesta Topeng, maka dia pasti akan dengan senang hati
bekerja sama denganku.
Aku segera menghubungi dan bertanya
kepadanya, sambil menjaga rahasia rencana untuk menghilangkan ‘kesucianku’, aku
berkata padanya bahwa aku ingin melihat pria yang sebelumnya pernah ia
ceritakan itu.
Mendengar hal itu, mata Marianne berbinar.
Ia pun mencondongkan tubuhnya ke depan.
“Ya ampun! Apakah Lidiana-sama akhirnya menaruh minat pada lelaki?”
“Y-Ya. karena aku akhirnya bertunangan, kurasa aku tidak akan bisa muncul
lagi di tempat-tempat seperti itu. Karena itu, ini adalah kesempatan terakhirku
untuk melihat pria itu…”
Marianne berbicara seolah-olah aku tidak
pernah tertarik pada lelaki sampai sekarang.
Bukannya aku tidak pernah tertarik, hanya
saja ayahku tidak pernah membiarkan ada lelaki yang berada di dekatku.
Marianne mengangguk semangat mendengarkan
kata-kataku.
“Bagaimanapun, Lidiana-sama telah bertunangan dengan Putra Mahkota. Oh benar,
seharusnya saya mengucapkan selamat terlebih dahulu... Benar-benar selamat.
Selamat dari lubuk hati saya. Semua gadis bangsawan selalu berpikir bahwa tidak
ada orang lain selain Lidiana-sama yang akan menjadi Putri Mahkota. Pengumuman
mengenai pertunangan belum dilaksanakan, jadi saya merasa khawatir. Meskipun
hal itu adalah masalah pribadi, Bukankah itu adalah hal yang sangat
menggembirakan?”
“Be-Begitu, ya. Terima kasih.”
Aku tidak mengharapkan ucapan selamat itu…
Sekarang aku benar-benar tidak bisa
mengungkapkan tujuanku yang sebenarnya untuk menghadiri pesta itu.
Kalau begini, jika tujuanku sampai
terungkap, Marianne pasti akan mengajukan keberatan.
“Lalu tentang pesta itu, maukah kamu membantuku?”
Jika putra mahkota ada di sana, Aku
khawatir, apa yang harus aku lakukan, tapi tampaknya itu bukanlah urusan yang
harus dipikirkan.
“Tentu saja! Saya mengerti perasaan Lidiana-sama, anda ingin menghilangkan
stres belum menikah dengan Putra Mahkota. Setelah menikah, anda tidak akan bisa
melakukan hal seperti itu lagi. Selain itu, jika itu adalah Pesta Topeng, tidak
akan ada penyelidikan yang ketat, dan semua orang yang hadir adalah bangsawan
kelas atas, jadi anda tidak perlu khawatir. Meski sebelumnya anda tidak
menghadiri banyak pesta, tapi pesta ini pasti akan menyenangkan untuk
Lidiana-sama.”
Mendengar ucapan Marianne yang tanpa
henti, aku hanya bisa mengangguk.
Marianne dengan gembira membicarakan
mengenai gaun yang akan dikenakan pada Pesta Topeng nanti. Ia membicarakan ini
dan itu, garis lurus atau garis samping dan hal-hal lainnya. Bahkan ia juga
membicarakan mengenai warna yang sedang trend
saat ini.
Sejujurnya aku tidak peduli dengan gaun,
tapi untuk membuat pria itu jatuh cinta pada pandangan pertama tanpa melihat
wajahku, aku mungkin perlu melakukan cukup banyak upaya. Jadi aku mendengarkan
ucapan Marianne, dan berkonsentrasi pada rencana di hari Pesta Topeng itu.
***
Hari ini adalah hari di mana rencananya
akan dilaksanakan. Aku mengatakan kepada orang tuaku bahwa aku akan menginap di
rumah Marianne. tidak ada seorang pun di kediamanku yang meragukan hal itu.
Karena aku meminta izin dengan santai, jadi itu wajar saja.
Marianne memiliki sebuah ruangan yang
terpisah dari kediaman. Itu adalah tempat yang sulit dijangkau oleh mata
orang-orang dan juga menjadi tempat yang nyaman untuk menginap, jadi aku
memutuskan untuk menggunakan tempat itu.
“Mengerti, Lidiana-sama? Pastikan anda kembali sebelum malam tiba.”
Sebelum pergi, Marianne berulang-ulang
kali mengatakannya.
Yang pergi ke pesta adalah aku, sendiri.
Sementara dia hanya berdiam diri di
kediamannya.
“Tentu saja. Aku hanya ingin melihatnya. Setelah Pesta Topeng berakhir, aku
akan segera kembali.”
Aku hanya akan melakukannya sekali dan
kembali. Seharusnya itu tidak memakan waktu lama.
Aku naik ke kereta kuda yang sudah
disiapkan Marianne dan berangkat menuju ke tempat pesta dengan semangat.
***
Berhasil masuk dengan aman, mataku melihat
berbagai macam warna topeng yang indah. Tidak ada undangan tertulis untuk
memasuki Pesta Topeng ini.
Singkatnya, topeng itu sendiri adalah
undangan untuk masuk ke pesta ini.
Malam ini, topeng yang dibagikan adalah
topeng bermotif kupu-kupu.
Topeng ini terlihat cukup indah, tapi
tampaknya, ini tidak dibuat dari bahan yang bagus sehingga saat aku
menerimanya, rasanya aku ingin segera membuangnya.
Warna topeng yang diberikan kepadaku
adalah perak. Di dalam Aula Pesta, terdapat banyak lelaki dan perempuan dari
berbagai usia yang saling berbincang dengan memakai topeng.
Aku melihat sekitarku.
Tampaknya orang yang kucari-cari belum
datang, konon ‘ia’ memiliki aura yang berbeda dengan orang lain. Jadi
seharusnya aku bisa langsung menyadari orang itu. Mari kita tunggu saja
sebentar.
Sambil memikirkan itu, tiba-tiba, aku
merasa khawatir, bagaimana kalau ternyata dia tidak muncul malam ini.
Kalau begitu, haruskah dengan pria lain… Tapi
aku merasa enggan melakukannya dengan pria yang berbeda dari yang sudah aku
rencana... Setiap rencana pasti ada halangannya.
Jika pria itu tidak datang, maka aku akan
mempertimbangkan untuk menunda rencanaku.
Untuk saat ini, tidak perlu memikirkan hal
itu dan berharap semoga hal itu tidak terjadi.
Tujuanku hanyalah pria itu, jadi tentunya
aku memiliki untuk tidak berdansa atau pun menikmati pesta.
Aku tidak mengerti apa yang menyenangkan
dari berdansa dengan orang yang nama dan wajahnya tidak kau kenal.
Yah... aku memang bisa mengetahui siapa
orang-orang ini dengan menerka-nerka setelah mengamati karakteristik yang khas
dari badan mereka, meski begitu aku tetap tidak tertarik untuk menikmati pesta
ini.
Tapi rasanya, aku menyukai suasana pesta,
buktinya aku mulai memancarkan perasaan ceria.
Aku tidak bisa menahan diri untuk berdiri
diam, aku pun membawa kakiku melangkah ke area makanan.
***
“Oh... Ini cukup enak!”
Makanan yang disiapkan ini cocok dengan
lidahku.
Karena ini adalah pesta, maka secara alami
makanan diatur dalam gaya prasmanan berdiri. Ada banyak makanan yang menarik
perhatianku, aku mencoba semua makanan yang menarik itu satu persatu, dan tentu
saja hal itu membuat suasana hatiku senang.
Di meja prasmanan sebelahnya, terdapat
manisan-manisan yang terlihat sangat enak.
Aku pun merasa goyah, dan segera pergi ke
meja prasmanan itu.
Aku menjadi bingung, mana yang harus aku
makan terlebih dahulu.
...Pada akhirnya, aku merupakan tujuanku yang sebenarnya dan terus makan.
Berapa lama waktu telah berlalu? Setelah
aku memakan semua makanan yang menarik perhatianku, aku merasa tenang dan
kembali ke rencana awal yang sebenarnya.
...Ini buruk.
Aku benar-benar melupakan tujuanku.
Waktu telah lama berlalu sejak pesta
dimulai. Apakah orang itu datang?
Atau mungkin, dia sudah pergi, berkencan
dengan targetnya?
Aku berkeringat dingin. Sialan. Aku telah
gagal.
Seharusnya aku tidak pergi makan.
Di kehidupanku yang sebelumnya, aku selalu
lemah dengan hal-hal yang manis dan lezat.
Makanan manis di dunia ini sangat enak,
akibatnya tidak mungkin aku membiarkan kesempatan emas ini lewat begitu saja.
Tapi karena hal itu, aku menjadi lupa
dengan tujuan penting, semua ini menjadi tidak berguna.
Aku ingin tahu apakah aku masih memiliki
kesempatan untuk menemui orang itu.
Dengan tergesa-gesa, aku menuju ke Aula
Dansa, namun dari belakang terdengar sebuah suara yang membuatku aku terhenti.
“Nona.”
Aku pun menghentikan langkahku dan
berbalik.
Aku sedang sibuk saat ini, aku
bertanya-tanya siapa yang berani memanggilku, tapi begitu aku berbalik, aku
melihat tatapan tajam yang sedalam samudra, kemudian pikiranku terhempas entah
ke mana.
...Seorang pria tampan memanggilku.
Meski ditutupi oleh topeng, tapi jelas
terlihat bahwa dia memiliki wajah yang halus. Rambut hitam yang bergelombang
dengan lembut. Perawakan yang cukup tinggi sehingga aku harus mengangkat
mataku, dan proporsi tubuh yang terlihat terlatih. Aku benar-benar terpesona
dengannya.
Sepintas aku mengerti. Pria yang
memanggilku ini, berbeda dengan pria lainnya.
Matanya seolah menusuk ke arahku. Aku
memperhatikan wajahnya.
Dan tampaknya pria itu juga
memperhatikanku.
Untuk sesaat, Aku merasa seperti melupakan
segala hal karena merasa takjub dan terpesona.
Jadi ternyata kau orangnya!
Aku segera tersadar.
Tidak salah lagi. Pria yang dibicarakan
Marianne, pasti orang ini.
Awalnya aku mengira, aku harus repot-repot
mencarinya. Tapi tak disangka, justru dia yang datang ke arahku. Bisa dikatakan
aku beruntung.
Mulai sekarang, kegagalan tidak boleh
terjadi.
Aku harus melakukannya dengan hati-hati.
“Apakah anda memiliki urusan dengan saya?”
Aku berpura-pura kebingungan.
Meski di lubuk hatiku, aku berteriak
‘Bagus!’, tapi tentunya aku tidak mungkin melupakan sikap seorang gadis
bangsawan.
Untuk meninggalkan kesan yang baik, aku
membalas kata-katanya dengan tenang.
Tanpa tahu isi hatiku, pria ini
mengekspresikan senyum yang ramah dan dengan sopan membungkuk.
Topeng emas yang dipakainya memantulkan
cahaya yang berkilauan.
“Ya, tentu saja. Selamat malam, Nona. Saya yakin ini adalah pertama kalinya
saya melihat anda. Apakah ini pertama kalinya anda datang ke pesta ini?”
“Selamat malam. Senang berkenalan dengan anda. Seperti yang anda katakan,
Ini adalah pertama kalinya saya menghadiri Pesta Topeng. Anda bisa
menyadari bahwa saya baru pertama kali datang ke sini, ada pasti mengetahui
banyak hal. Apakah saya sudah melakukan sesuatu yang tidak sopan?”
Meskipun aku mengeluarkan suara yang
gelisah, tapi aku sama sekali tidak peduli bahwa aku melakukan hal bodoh
sekali pun.
Selama 18 tahun aku menjadi Putri Duke,
aku tidak hanya berdiam diri saja.
...Seperti yang diharapkan dari seorang playboy.
Meski dia tidak tahu wajahku, tapi dia
bisa tahu bahwa ini adalah pertama kalinya aku datang ke pesta.
Pria itu menggelengkan kepalanya.
“Tidak. Sikap anda sempurna. Saya hanya merasa terpesona dengan kecantikan
anda, karena itulah saya menyapa anda.”
Dia memegang tanganku, kemudian
menciumnya. Aku membiarkannya, karena itu terhitung sebagai salam, tapi tanpa
pikir panjang, rasa dingin menusuk tulang belakang ku. Daya tarik pria ini
tidak bisa dianggap remeh.
“...Anda terampil. Padahal saya memakai topeng, tapi anda bisa tahu bahwa
saya ini cantik atau jelek.”
“Keanggunan yang anda pancarkan dan perilaku anda mencerminkan bahwa anda
adalah perempuan yang sangat cantik.”
Uuuwwwaaahhh… Benar-benar playboy!!!
Percakapan yang cukup memalukan ini
membuat seluruh tubuhku merinding.
Jenis percakapan seperti inilah yang
menjadi salah satu alasan kenapa aku tidak suka tampil di pergaulan kelas atas.
Sambil melanjutkan percakapan yang tidak
berarti, aku memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.
Aku bertanya-tanya kapan dia akan
mengakhiri percakapan tidak penting ini dan segera menyelinap pergi, membawaku
pergi dari sini.
“...Bolehkah saya bertanya, mengapa anda memanggil saya?”
Maaf saja, tapi kesabaranku sudah habis.
Dia tampak cukup terkejut saat aku
menanyakannya. Kemudian tatapannya yang tadi terasa sedikit menakutkan berubah
menjadi santai dan lembut.
“Haha... Kamu orang yang tergesa-gesa. Padahal aku ingin mengenalmu lebih
dalam terlebih dahulu, aku tidak punya tujuan lain selain itu.”
“Benarkah?”
Akhirnya aku berhasil
‘mengundangnya’, meski begitu aku tetap harus bersikap seperti seorang gadis
bangsawan, jadi aku harus menunjukkan sikap sedikit curiga.
Meski sebenarnya aku tidak
memedulikan apapun lagi, yang ada di kepalaku saat ini hanyalah, cepat ‘makan’
aku... Tidak, tolong ‘makan’ aku!
Sekarang dia benar-benar berbicara
informal denganku, mungkinkah itu karena aku yang ‘mengundangnya’ terlebih
dahulu?
Kalau dia terus bersikap formal,
kurasa, aku tidak bisa tenang dan akan ‘berhubungan’ dengannya, jadi sejujurnya
itu melegakan.
Dengan gaya bahasa yang informal, dia
melanjutkan pembicaraan.
“Betapa
kasarnya... Apakah kamu meragukanku? Aku benar-benar hanya ingin mengenalmu...
Sebenarnya, sebelum memasuki aula pesta aku sudah mengatur sebuah ruangan untuk
beristirahat. Kalau kamu mau, kita bisa berbincang-bincang di sana saja.
Bagaimana?”
Kali ini dia ‘mengundang’ secara
langsung.
Baiklah! Baiklah!!!
Seharusnya kau mengatakan itu lebih
cepat.
Aku tidak boleh membiarkan kesempatan
emas ini pergi begitu saja.
Sambil bertindak semanis mungkin, aku
mengangguk.
“...Baiklah.
Aku juga ingin mengenalmu lebih dekat lagi.”
Entah mengapa dia tidak membalas
perkataanku.
Setelah hening selama beberapa saat,
dia tertawa.
“!?”
Entah mengapa tawanya membuatku
takut.
“Apa
ada yang salah?”
Dia bertanya. Apakah wajahku
menunjukkan kalau aku takut padanya?
“Ti-Tidak,
bukan apa-apa.”
Lidi... Kau tidak perlu takut... Anggap saja rasa takutmu itu hanyalah imajinasi.
Sambil tertawa, dia melingkarkan
lengannya ke pinggangku dan mulai berjalan.
Tentu saja ini merupakan perkembangan
yang sangat baik, jadi aku hanya diam dan mengikutinya.
Aku benar-benar mengabaikan rasa
takutku yang sebelumnya.
Tapi tak lama lagi di masa depan nanti, aku menyesal karena belum mempelajari tentang ‘Etika antara Pria dan Wanita’.
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment