Chapter 31-40 : Kenangan Masa Lalu Bersamanya
Source ENG (MTL): NOVEL FULL
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
DAM 31
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 1
Qin
Zhi’ai telah menyelesaikan semester pertamanya di sekolah menengah dan sedang
liburan musim dingin. Setelah Festival Musim Semi, dia mendapat ajakan Xu
Wennuan yang mengundangnya bermain seluncur.
Saat
tiba di arena seluncur, dia mengetahui bahwa selain Xu Wennuan, ada beberapa
teman Wu Hao yang datang. Gu Yusheng salah satunya.
Awalnya,
Qin Zhi’ai tidak tahu. Setelah diperkenalkan Wu Hao, dia menyapa yang lain.
Saat dia menyewa sepatu roda bersama Xu Wennuan, dia melihat Gu Yusheng
bersandar di dinding, dengan sebatang rokok di mulutnya.
Qin
Zhi’ai berpikir itu hanya kebetulan, tetapi Wu Hao tiba-tiba berkata, “Kakak
Sheng, kenalkan teman pacarku, Qin Zhi’ai.”
Gu
Yusheng tidak segera menanggapi. Sebaliknya, ia menyalakan rokok dan menatap ke
bawah. Dia meniupkan cincin asap dan mencondongkan kepalanya melihatnya.
Orang
yang dikagumi Qin Zhi’ai tiba-tiba berdiri di hadapannya dan memandangnya
dengan serius.
Qin
Zhi’ai merasakan jantungnya berdetak kencang, dan napasnya berhenti seketika
saat tatapannya tertuju pada Zhi’ai.
Tidak
seperti laki-laki lain, Yusheng tidak memandangnya dari kepala hingga ujung
kaki atau tersenyum.
Tatapannya
hanya sedetik, dan dia berbalik setelah mengangguk.
Pada
saat Qin Zhi’ai berhenti menatapnya, dia sudah ditarik ke kursi oleh Xu Wennuan
dengan sepasang sepatu roda merah muda.
Xu
Wennuan berbicara tanpa henti tentang bagaimana Wu Hao pergi ke rumahnya dan
memberinya hadiah selama Festival Musim Semi saat berganti sepatu.
Qin
Zhi’ai mengganti sepatunya seperti robot, karena dia masih terkejut dengan
bagaimana Gu Yusheng memandangnya. Ketika hampir selesai, dia tiba-tiba menyela
Xu Wennuan, “Apakah Wu Hao kenal Gu Yusheng?”
“Ah?”
Xu Wennuan mungkin terkejut dengan perubahan topik yang tiba-tiba, tetapi dia
berkata, “Ya, mereka teman sekamar, dan mereka sudah saling kenal sejak kecil,
karena mereka tumbuh di lingkungan yang sama.”
Xu
Wennnuan hendak berkata lagi, tapi Wu Hao datang, jadi dia melambai pada Qin
Zhi’ai dan pergi ke arena seluncur es bergandengan tangan. Saat Qin Zhi’ai
mengenakan sepatu roda, dia berdiri dan melirik Gu Yusheng.
Dia
belum berganti sepatu, masih bersandar di dinding, merokok. Qin Zhi’ai
berseluncur sebentar dan kembali ke tempat dia mulai.
Dia
melihatnya masih berdiri di sana, dan masih merokok. Saat berpapasan kembali
dengan Xu Wennuan setelah tiga jam berseluncur, dia menunjuk ke Gu Yusheng dan
berbisik, “Kenapa dia tidak bergaul dengan kita?”
“Setiap
kali dia bersikap seperti itu, dia pasti sedang kesal. Kamu tidak lihat? Tidak
ada anak laki-laki lain yang berani berbicara dengannya?”
Setelah
mendengar jawaban Xu Wennuan, Qin Zhi’ai akhirnya menyadari bahwa tidak ada teman
yang mengajaknya bicara, meskipun mereka berkali-kali berpapasan.
DAM 32
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 2
Xu
Wennuan tidak banyak menceritakan Gu Yusheng. Dia teringat sesuatu yang penting
karena menjawab pertanyaan Qin Zhi’ai. “Punya waktu luang malam ini? Wu Hao
mengundang makan malam.”
“Ya,”
jawab Qin Zhi’ai perlahan, dan melirik Gu Yusheng. Dia datang jika Wu Hao
mengundang kita semua.
Sebenarnya,
Gu Yusheng sudah pergi sebelum mereka berhenti bermain skating.
Setiap
kali Xu Wennuan mengajak Qin Zhi’ai keluar, dia selalu mengiyakan karena ada
Yusheng.
Berteman
dengan mereka, Qin Zhi’ai mulai paham meskipun teman-teman Gu Yusheng terkadang
bercanda dengannya, mereka sangat berhati-hati dengan apa yang mereka katakan.
Dia juga mengetahui bahwa rokok dan alkohol yang diminumnya tidak dijual umum.
Qin
Zhi’ai akhirnya menyadari Gu Yusheng berbeda dari anak laki-laki kaya lainnya.
Adapun yang membuatnya berbeda, tidak bisa digambarkan, tetapi dia telah
melihat seorang pejabat tinggi keluar dari mobilnya hanya untuk menyambutnya.
Qin Zhi’ai melihat pejabat itu di Berita Nasional.
Pada
saat itu pula dia menyadari bahwa mereka berasal dari dunia yang berbeda.
Baginya,
dia adalah dewa.
Tetapi
baginya, Zhi’ai bisa disamakan dengan pelayan.
Cintanya
kepada pria itu tersembunyi di lubuk hatinya, perlahan-lahan semakin dalam,
sampai pria itu mengambil alih seluruh hidupnya.
Gu
Yusheng tidak pernah memulai percakapan dengannya, sementara dia terlalu gugup
setiap kali melihatnya.
Tetapi
jika kita benar-benar menyukai seseorang, dia tidak akan pernah puas hanya
dengan menjadi teman, karena setiap detik melihatnya , kita ingin memilikinya.
Suatu
hari, mereka menginap di warnet sepanjang malam. Pada tengah malam, Qin Zhi’ai
melewati Gu Yusheng menuju ke kamar mandi. Dia bersandar di kursi dengan
mengantuk, menonton serial Amerika. Botol teh hijau di mejanya kosong.
Dia
mungkin tidak memperhatikan, jadi hanya setelah dia mencoba untuk minum barulah
dia menyadari bahwa teh hijau sudah habis. Dia mengerutkan kening, melemparkan
botol ke atas meja, meletakkan tangannya di belakang kepalanya, dan terus
menatap layar.
Qin
Zhi’ai sangat perhatian hingga dia secara tidak sadar pergi ke meja depan
setelah keluar dari kamar mandi ingin membeli sebotol teh hijau untuk Gu
Yusheng, tetapi dia takut ada yang mengetahui rahasianya, jadi dia menghitung
jumlah orang, dan membelikan semua orang sebotol teh hijau dengan menggunakan
uang sakunya untuk sebulan.
Dengan
sebotol teh hijau, dia akhirnya mengucapkan kalimat pertamanya kepada Gu
Yusheng. “Ini, minumlah.” Hanya tiga kata sederhana yang membuat telapak
tangannya berkeringat. Dia tidak berani menatapnya, jadi dia meletakkan teh
hijau di atas meja secepat mungkin.
DAM 33
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 3
Melihat
ada teh hijau di atas meja, Gu Yusheng mengerutkan kening, dan menatapnya
bingung. Setelah sekitar lima detik, dia tampak berpikir dan mengambilnya.
Ketika
Qin Zhi’ai berpikir dia telah menerima teh hijau, Zhi’ai merasa senang, tetapi
berusaha tidak menunjukkannya.
Gu
Yusheng membuka tutup botol, tetapi dia tidak meminumnya malah
mengembalikannya.
Qin
Zhi’ai terkejut dan tidak tahu bagaimana merespons.
Tepat
pada saat itu, telepon Gu Yusheng berdering, lalu menjawab setelah melihat nama
penelepon.
Setelah
dia menutup telepon, Qin Zhi’ai akhirnya tahu mengapa dia melakukannya. Dia
memakai earphone, jadi mungkin salah mengerti apa yang dikatakannya. Dia
mencoba menjelaskan: “Bukan untukku”
Dia
bahkan tidak melanjutkan kalimatnya, karena dia tiba-tiba bangkit, mengambil mantelnya,
dan berlari keluar tanpa sepatah kata pun.
Dia
tidak akan pernah tahu bahwa gadis yang berdiri di sebelahnya hari itu, pada
kenyataannya, akan berkata, “Aku tidak memintamu membuka tutup botolnya. Aku
hanya ingin memberikannya kepadamu.”
Kesan
Zhi’ai akan Yusheng adalah dia tipe anak laki-laki yang sangat sempurna. Dia
sama mulianya, elegan seperti karakter laki-laki dalam manga Jepang yang dia
baca sembunyi-sembunyi di kelas.
Namun,
Wu Hao berkata bahwa Gu Yusheng membutakan semua orang dengan wajah ganteng dan
temperamennya. Dia sama sekali tidak sempurna.
Di
antara teman-temannya, dia adalah yang paling menyenangkan, pemarah, dan tidak
sabar. Dia perokok berat dan selalu mengatakan hal-hal memalukan dengan
sengaja. Meskipun ia memiliki banyak kebiasaan buruk, gadis-gadis masih sangat
menyukainya karena wajahnya sempurna.
Qin
Zhi’ai percaya pada pendapatnya sendiri, bukan apa yang dikatakan Wu Hao.
Saat
ulang tahun Xu Wennuan, ketika semua orang merayakan di ruang karaoke pribadi,
dia melihat Gu Yusheng yang asli pertama kalinya, dan akhirnya mengetahui
mengapa Wu Hao mengklaim dia selalu kejam.
Hari
itu, Gu Yusheng terlihat senang. Dia menjawab siapa pun yang berbicara
dengannya.
Setelah
itu, semua orang bersenang-senang dan mabuk. Ada yang mengusulkan menari di
klub. Dalam sekejap mata, semua orang meninggalkan ruangan kecuali Yusheng dan
Zhi’ai. Yusheng bersandar di sofa dengan mengantuk, memainkan teleponnya.
Cahaya
redup layar menyorot, tetapi juga melembut, terlihat garis-garis di wajahnya. Setelah
beberapa saat, ponsel mungkin kehabisan baterai, karena layar tiba-tiba menjadi
gelap.
Dia
melemparkan telepon ke samping, berbaring di sofa dengan tangan bersilang di
belakang kepalanya, dan menutup matanya. Qin Zhi’ai berpikir bahwa dia tidak
akan melihatnya, jadi dia berjongkok di depan meja, berpura-pura makan kue
ulang tahunnya, dan mengintip Gu Yusheng dari waktu ke waktu.
Sementara
dia melirik, Yusheng tiba-tiba membuka matanya, dan berteriak padanya. “Hei!”
DAM 34
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 4
Qin
Zhi’ai tidak percaya Gu Yusheng berbicara kepadanya, meskipun dia adalah
satu-satunya yang ada di sana. Dia merasa seperti melayang di udara, tetapi
masih berpura-pura bingung, dan menjawab, “Hah?”
Dia
menatapnya diam-diam, pupil matanya yang gelap membuat jantungnya berdetak
cepat tidak normal.
Qin
Zhi’ai mengepalkan garpu di tangannya, mencoba menekan ringan dadanya, dengan
tenang bertanya, “Ada apa?”
Gu
Yusheng menatapnya diam-diam. Ketika Qin Zhi’ai berpikir Yusheng akan
mengabaikannya, dia tiba-tiba tersenyum. “Yah, tidak apa-apa. Karena kamu sudah
menatapku, aku pikir harus menyapamu.”
Yusheng
sudah memperhatikan bahwa dia sedang menatapnya! Ketenangan Qin Zhi’ai goyah
dan wajahnya memerah.
Gu
Yusheng tidak melanjutkan berbicara, dan ruangan menjadi sunyi lagi. Hanya
nyanyian tanpa suara melayang di sekitar mereka.
Setelah
beberapa menit, Gu Yusheng bertanya, “Siapa namamu?”
Dia
tidak ingat namanya, meskipun mereka bertemu berkali-kali. Dia merasa sedih.
“Qin Zhi’ai.” Tapi kemudian, dia menjadi lebih bahagia karena bisa berbicara
dengannya, dan bahkan menambahkan, “Kamu bisa memanggilku Xiao’ai, yang berarti
cinta.”
Gu
Yusheng tiba-tiba tertawa, melirik kue besar yang setengahnya dimakan oleh Qin
Zhi’ai sendirian, dan berkata dengan nada biasa, “Berarti cinta? Menurutku itu
berarti kamu suka makan!”
Qin
Zhi’ai sadar disebut rakus. Dia tersipu dan menatap sepotong kue di garpunya,
tidak tahu apakah dia harus memasukkannya ke mulutnya atau tidak.
Mungkin
itu reaksi bodohnya, tapi polos yang benar-benar membuatnya senang, ketika dia
melanjutkan, “Kamu tidak suka arti itu? Hmm, bagaimana dengan..”
Yusheng
mengubah posturnya seolah-olah berpikir keras. Dia mengangkat kepalanya setelah
beberapa detik, dan menatap matanya. “Bagaimana kalau ‘berhubungan’?”
Kata-kata
itu memalukan, yang membuat wajah Qin Zhi’ai seperti terbakar. Dia sangat marah
dan canggung, tetapi tidak bisa melanjutkan kalimat lengkap, hanya satu kata.
“Kamu” Dia melempar garpu ke tanah dan berlari keluar.
Apa
yang dikatakan Wu Hao benar, dia benar-benar pandai mempermalukan orang lain.
Gu
Yusheng memasuki tahun ketiganya di sekolah menengah, sementara Qin Zhi’ai baru
saja memasuki sekolah menengah.
Ulang
tahun Xu Wennuan pada akhir April, dan hari berikutnya adalah Mei pertama. Gu
Yusheng, Wu Hao, dan teman-teman mereka telah memasuki bulan terakhir persiapan
Ujian Masuk Perguruan Tinggi, jadi mereka jarang nongkrong daripada sebelumnya.
Qin
Zhi’ai masih bisa mengingat malam setelah Ujian Masuk Perguruan Tinggi tahun
itu.
DAM 35
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 5
Setelah
Ujian Masuk Perguruan Tinggi, hubungan Wu Hao dan Xu Wennuan merenggang.
Bagi
laki-laki atau perempuan, cinta selalu menjadi bagian penting dari kehidupan
muda.
Karena
itu, bagi Xu Wennuan, perpisahan merupakan ujian bagi cinta mereka.
Mereka
berdua dalam suasana hati yang buruk, dan bertengkar hebat setelah mabuk. Xu
Wennuan menangis dan melarikan diri, diikuti Qin Zhi’ai.
Ketika
mereka baru saja keluar dari tempat karaoke dan hendak memanggil taksi, Wu Hao
keluar dan menarik Xu Wennuan kembali.
Seperti
di sebuah acara TV, Xu Wennuan berjuang sementara waktu, tetapi Wu Hao mencium
bibir Xu Wennuan dengan keras, bahkan ketika mereka masih berdiri di depan
orang lain, Xu Wennuan memegang lehernya dengan lengannya. Mereka bergairah
meskipun di jalanan.
Itu
adalah pertama kalinya Qin Zhi’ai melihat orang-orang berciuman dalam kehidupan
nyata. Awalnya, dia terkejut, lalu dia menundukkan kepalanya saat menyadari apa
yang terjadi di depannya.
Dia
berbalik, tetapi melihat Gu Yusheng.
Dia
juga mengikuti semua orang keluar dan bersandar pada sebuah tiang di dekatnya.
Yusheng menatap orang-orang yang berciuman dengan sebatang rokok di mulutnya,
lalu berkomentar kepada Qin Zhi’ai, “Pencium yang buruk.”
Orang
macam apa yang menatap orang berciuman dan memberikan komentar? Qin Zhi’ai
memerah.
Gu
Yusheng menatap mereka, lalu kembali ke Qin Zhi’ai. Dia menatap matanya,
tersenyum di cincin asap, dan melanjutkan, “Apa? Kamu tidak percaya? Kamu mau?”
Qin
Zhi’ai tahu kata-kata setelah itu akan menjadi ‘cium aku,’ tapi dia tiba-tiba
berhenti dengan tersenyum bingung. Dia menatapnya sebentar, mematikan rokok,
dan berganti topik. “Ayo ke rumahku.”
Itu
adalah pertama kalinya Qin Zhi’ai duduk di sepeda Gu Yusheng, bahkan meski Qin
Zhi’ai duduk di boncengan sepeda, Gu Yusheng tetap mengayuh sepeda dengan
kencang seperti hembusan angin.
Ketika
mereka bersenang-senang di ruang karaoke, hujan turun di luar, jadi udara saat
itu segar dan basah.
Duduk
di belakangnya, Qin Zhi’ai merasa seperti sedang bermimpi.
Ketika
Gu Yusheng berhenti, dia menyadari telah tiba di gedung apartemen tempatnya
tinggal.
Dia
hendak mengucapkan terima kasih, tetapi Yusheng segera pergi.
Qin
Zhi’ai menyadari bahwa dia belum memberi tahu alamatnya, tapi bagaimana dia tahu?
Kegembiraan
yang tak dapat dijelaskan membuatnya tersipu, apakah dia punya perasaan
untuknya?
Malam
itu, dengan keberanian yang datang entah dari mana, dia tiba-tiba berteriak
kepadanya, “Gu Yusheng!”
Gu
Yusheng berhenti dan berbalik menatapnya.
Qin
Zhi’ai menggenggam pakaiannya erat-erat, matanya berputar, dan tergagap,
“Apakah … kamu bebas besok? Aku, aku… Aku ingin menonton film bersamaku.”
“Air..
Air...” gumam Gu Yusheng menyeret Qin Zhi’ai kembali dari ingatannya.
DAM 36
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 6
“Air...
Air...” gumam Gu Yusheng yang menyeret Qin Zhi’ai kembali dari ingatannya.
Mungkin
karena dia sudah melamun untuk waktu yang lama, dia tertegun selama satu menit,
kemudian menyadari gumaman Gu Yusheng.
Segera
dia bangkit dari tempat tidur, mengambil gelas, bergegas turun, dan menuangkan
secangkir air hangat.
Gu
Yusheng sangat mabuk sehingga tidak bisa minum airnya sendiri, jadi Qin Zhi’ai
membantunya. Setelah itu, dia menyelimutinya dan menatapnya sebentar. Kemudian
dia berdiri, berjalan menuju sofa, lalu duduk dengan bantal di lengannya, lalu
mengeluarkan telepon untuk melihat jam.
Sudah
jam tiga pagi.
Sekali
lagi, dia kembali ke masa lalu selama lebih dari dua jam.
Ya,
sekali lagi.
Selama
bertahun-tahun, dia tidak bisa mengingat berapa kali dia tenggelam dalam
ingatannya, seolah-olah kehilangan kendali saat sendirian dan diingatkan oleh
kalimat, benda, atau adegan tertentu.
Dunianya
begitu jauh sehingga mereka tidak bisa bertemu di tengah. Dan melalui ingatan
masa lalu, dia dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa pria yang dicintainya
pernah ada di dunianya.
Yang
dicintainya bukanlah kenangan masa lalu, tetapi Yusheng seutuhnya selama
periode itu.
Pada
jam empat pagi, Qin Zhi’ai berjalan ke samping tempat tidurnya dan
memandangnya, alkoholnya hampir tercerna, jadi dia tertidur lelap pada saat
itu.
Dia
banyak muntah sebelum tidur, jadi dia akan merasa tidak enak ketika bangun
dengan perut kosong.
Pengurus
rumah akan datang dalam beberapa jam, tetapi butuh waktu untuk memasak sarapan.
Gu Yusheng akan bangun sebelum sarapan siap.
Qin
Zhi’ai akhirnya turun ke bawah.
Pengurus
rumah telah mengisi kulkas dengan bahan-bahan yang lengkap. Qin Zhi’ai
mengambil beberapa sayuran dan daging tanpa lemak, kemudian memotong-motongnya
dan memasukkannya ke dalam panci.
Selesai
menyiapkan bubur pada waktu subuh.
Qin
Zhi’ai tahu Gu Yusheng tidak ingin melihatnya, dan dia juga takut dia akan
melihat wajahnya tanpa riasan, jadi dia mematikan kompor, memasukkan bubur ke
dalam wadah, dan berjalan ke Gerbang setelah mengganti pakaiannya.
Dia
bermaksud memanggil pengurus rumah, tetapi dia melihat pengurus rumah berjalan
ke halaman ketika dia baru saja meninggalkan vila. Qin Zhi’ai berbalik dengan
cepat, mengambil sepasang kacamata hitam dari tasnya, dan memakainya dengan
membelakangi pengurus rumah, lalu berbalik menyambutnya.
Sebelum
Qin Zhi’ai pulang, dia belum memberi tahu pengurus rumah, jadi pengurus rumah
tidak berharap melihatnya, “Nona, kau kembali?”
“Ya..”
Zhi’ai mengangguk dan memberitahunya, “Dia ada di rumah, mabuk, dan masih
tertidur. Aku memasak bubur untuknya, jadi ingatkan dia makan setelah sadar.”
DAM 37
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 7
Qin
Zhi’ai menyebutkan “dia” alih-alih Gu Yusheng, yang membingungkan pengurus
rumah sesaat, sampai pengurus rumah itu menyadari siapa yang dimaksud, dan
menjawab, “Oke, Nona.”
Tolong
buatkan secangkir teh dengan madu, dia akan merasa lebih baik setelah
meminumnya.”
“Baik
Nona,” jawab pengurus rumah. Ketika dia menyadari ini masih pagi, dia bertanya,
“Nona, ini masih terlalu pagi, apakah Anda akan bekerja?”
Sebenarnya,
tidak ada pekerjaan. Dia takut Gu Yusheng marah jika melihatnya saat bangun. Dia berbohong kepada
pengurus rumah dan mengangguk, “Ya.”
Pengurus
rumah mengira dia jujur.
Setelah
memastikan pesanannya tersampaikan, Qin Zhi’ai menggelengkan kepalanya dengan
lembut.
Dia
tahu bahwa pengurus rumah telah bekerja dengan Gu Yusheng selama bertahun-tahun
dan mengenalnya lebih baik daripada dia, dan bisa merawatnya dengan baik,
tetapi setelah menggelengkan kepalanya, Qin Zhi’ai masih berkata, “Jaga dia
baik-baik.”
“Pasti,
Nona.”
Qin
Zhi’ai menunduk dan tidak berkata apa-apa.
Pengurus
rumah menunjuk ke rumah, “Kalau begitu, aku akan masuk.”
“Oke,”
jawab Qin Zhi’ai. Ketika pengurus rumah membuka pintu, dia berteriak padanya
lagi.
Dia
tahu bahwa pengurus rumah kembali menatapnya, tetapi dia tidak melihat ke
arahnya. Dia menatap pohon melati yang mekar di halaman dan berkata, “Jangan
katakan padanya bahwa aku datang.”
Pengurus
rumah itu terkejut dan bertanya tanpa berpikir, “Kenapa?”
Berkat
kacamata hitam di wajahnya, kesedihan dan kekecewaannya tersembunyi dengan
baik. Pada saat itu, Qin Zhi’ai berusaha menjaga nada suaranya stabil, dan
berkata acuh tak acuh seolah-olah dia mengatakan sesuatu yang tidak relevan,
“Karena jika dia tahu, dia tidak akan memakannya.”
Pengurus
rumah tahu betapa Gu membencinya, tetapi masih sama terkejutnya saat Qin Zhi’ai
memintanya memberi kontrasepsi, dia diam dan tidak tahu harus berkata apa.
Dibandingkan
pengurus rumah, Qin Zhi’ai tetap tidak emosional dan berjalan pergi setelah
mengucapkan terima kasih.
Gu
Yusheng bangun setelah beberapa saat. Kepalanya sangat pusing, dia membuka
matanya dan berusaha keras bangun dari tempat tidur, duduk sebentar, lalu
keluar dan pergi ke kamar mandi. Dia mengambil pakaian santai dari ruang ganti
dan memakainya.
Ketika
dia akan keluar dari kamar, dia tiba-tiba ingat bahwa dia muntah semalam.
Gu
Yusheng berhenti dan melihat ke tempat tidur. Seprai bersih dan karpet tidak
menunjukkan bekas muntah. Apakah aku lupa? Gu Yusheng sedikit mengernyit,
mengalihkan pandangannya, membuka pintu, dan turun.
DAM 38
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 8
“Tuan
Gu, sudah bangun?” Pengurus rumah segera menghentikan pekerjaan saat Gu Yusheng
berjalan menuruni tangga.
Gu
Yusheng tidak berbicara, hanya mengangguk sedikit, dan berjalan menuju ruang
makan.
Pengurus
rumah mengikuti dan melakukan apa yang diinstruksikan Qin Zhi’ai setelah Gu
Yusheng duduk, pertama, dia membawakan secangkir teh hangat dengan madu, kemudian
ke dapur membawa semangkuk bubur yang dimasak oleh Qin Zhi’ai.
Gu
Yusheng hampir menghabiskan teh dan meletakkan cangkirnya, lalu dia mengambil
bubur di depannya dan mengaduknya dengan sendok. Dia mengambil sesendok bubur
dan memasukkannya ke mulutnya.
Qin
Zhi’ai menghabiskan banyak waktu untuk memasak bubur itu, jadi terasa lezat.
Ketika
Gu Yusheng menyuap bubur, alisnya bergerak sedikit, dia kembali memakannya.
Seluruh
mangkuk bubur langsung dimakan.
Pengurus
rumah, yang berdiri di samping, melihat bahwa dia menyukainya dan bertanya,
“Tuan Gu, apakah ingin tambah?”
Jelas,
bubur itu sangat cocok untuk Gu Yusheng. Dia mengangguk, dan berkata dengan
tidak jelas, “Mhm...”
Setelah
minum bubur, perut Gu Yusheng terasa nyaman. Ketika dia minum setengah mangkuk
kedua, dia bertanya tanpa terduga, “Dari mana belajar cara memasak bubur ini?”
Pengurus
rumah terkejut dengan pertanyaannya. Dia menyadari bahwa dia belum pernah
memasak bubur semacam ini sebelumnya, meskipun dia telah bekerja untuknya
selama bertahun-tahun. Tidak heran dia bertanya. Lalu dia ingat kata-kata Qin
Zhi’ai, takut bahwa Gu Yusheng melihat keraguan dan meragukannya, jadi dia
cepat-cepat mengangguk dan berbohong, “Yah, aku melihatnya di TV beberapa hari
yang lalu dan menuliskannya, karena rasanya ringan dan baik untuk perut.”
“Mhm...”
Gu Yusheng menjawab dengan santai, dan terus memakannya. Kali ini, dia menelan
sangat lambat, seolah-olah dia menikmatinya. Saat habis, dia tiba-tiba berhenti
dan mengerutkan kening.
Pengurus
rumah berpikir bahwa Gu Yusheng telah menemukan sesuatu yang tidak normal, jadi
dia takut.
Gu
Yusheng tidak mengatakan apa-apa, diam-diam menatap melalui jendela untuk waktu
yang lama, sampai matanya sakit dan dia berkedip, lanjut makan bubur, dan
berkata dengan santai, “Rasa ini sangat akrab sepertinya pernah memakannya
sebelumnya.” Gu Yusheng menggelengkan kepalanya dan tidak membahasnya lagi.
Setelah
sarapan, pengurus rumah memberikan obat kumur kepada Gu Yusheng. Ketika Gu Yusheng mengulurkan tangan untuk
mengambilnya, sebuah pemandangan melintas di benaknya.
Tadi
malam saat mabuk, seseorang memberinya secangkir air. Dia tidak ingat apakah
dia tidak bisa bergerak sendiri, tetapi orang itu telah membantunya duduk di
tempat tidur dan memberinya air.
Kemudian,
sepertinya dia sakit kepala dan orang itu juga memijat kepalanya.
DAM 39
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 9
“Apakah
kamu di rumah tadi malam?”
Pertanyaan
tiba-tiba Gu Yusheng membuat ujung jari pengurus rumah bergetar, tapi dia masih
berpura-pura tenang. “Ya.”
Apakah
aku salah mengingat? Gu Yusheng mengerutkan kening lagi.
“Tuan
Gu?” Pengurus rumah bertanya ketika dia melihat Gu Yusheng tidak bereaksi.
Panggilan
itu menyadarkan Gu Yusheng.
Mungkin
dia sudah sangat mabuk sehingga mengira mimpi sebagai kenyataan. Saat di lantai
atas, dia bahkan berpikir muntah malam sebelumnya, tetapi tidak menemukan jejak
muntah sama sekali.
Memikirkan
hal ini, Gu Yusheng mengambil cangkir. Dia merapikan pakaiannya, tetapi
wajahnya tiba-tiba menjadi dingin saat hendak pergi. “Oh, dia seharusnya sudah
kembali. Ingatkan dia untuk menunggu di tempat biasa Rabu depan, itu ulang
tahun kakekku.” Dia berkata dengan nada dingin, bukan nada biasa yang digunakan
sebelumnya.
Ekspresi
kesal terlihat di wajah Gu Yusheng. Dia mengambil telepon dari meja dan
langsung beranjak.
***
Keluarga
Gu adalah keluarga terkemuka di Beijing, dengan warisan yang berumur ratusan
tahun, Keluarga Gu kaya dan memiliki banyak koneksi.
Tuan
Besar Gu tidak bermaksud mengadakan perayaan ulang tahunnya, hanya dengan
anggota keluarga dan teman dekatnya.
Namun,
pada hari Rabu itu, banyak orang yang ingin datang tanpa undangan untuk
memberikan hadiah berharga.
Perayaan
ulang tahun seharusnya menyenangkan, bahkan jika mereka tidak diundang,
Keluarga Gu tidak bisa mengusir mereka, karena sudah dalam perjalanan. Sebelum
pukul lima sore, sudah ada banyak orang di Ruang tamu Gu Mansion.
***
Gu
Yusheng hanya mengatakan kepada pengurus rumah untuk memberi tahu Qin Zhi’ai
bahwa dia akan menunggunya di tempat biasa, tetapi dia tidak memberi tahu
waktunya.
Seperti
terakhir kali kakek kembali dari Shanghai dan mereka pergi ke Gu Mansion untuk
makan malam, Qin Zhi’ai pergi ke Hutong pagi-pagi sekali.
Gu
Yusheng pasti sedang sibuk, karena dia belum datang, bahkan setelah Qin Zhi’ai
berada di sana selama lebih dari dua jam. Matahari musim panas terik, meskipun
Qin Zhi’ai berdiri di tempat teduh, dia masih berkeringat dan merasa haus.
Nomor
teleponnya diblokir Gu Yusheng, jadi dia tidak bisa menelepon, meskipun dia
tidak tahu berapa lama harus menunggu. Dia ragu-ragu sejenak, lalu berjalan ke
supermarket di seberang jalan dan membeli sebotol air es.
Ketika
isinya hampir habis, mobil Gu Yusheng akhirnya tiba. Qin Zhi’ai melemparkan
botol kosong ke tempat sampah, dan masuk ke dalam mobil dengan hadiah yang
telah dia persiapkan sebelumnya untuk Tuan Besar Gu.
Mereka
tidak bertemu satu sama lain selama dua bulan, tetapi Gu Yusheng tetap acuh dan
dingin seperti biasanya.
Qin
Zhi’ai tahu bahwa Gu Yusheng tidak mau berbicara dengannya, jadi dia tidak
mengatakan apa pun setelah masuk ke dalam mobil. Gu Yusheng sangat terlambat,
jadi tiba ke halaman, tidak ada tempat untuk parkir. Gu Yusheng harus memarkir
mobilnya di luar jalan.
DAM 40
– Kenangan Masa Lalu Bersamanya 10
Tuan
Besar Gu sibuk menyapa tamu, jadi dia tidak sempat memperhatikan Gu Yusheng dan
Qin Zhi’ai.
Mengetahui
itu, Gu Yusheng berjalan menuju halaman dengan hadiah di tangannya sesaat
setelah memarkir mobil tanpa menunggu Qin Zhi’ai.
Saat
Qin Zhi’ai tiba di vila dengan hadiahnya, Gu Yusheng sedang berbicara dengan
Tuan Besar Gu.
Meskipun
ada jarak antara mereka, dan kerumunan yang berisik, Qin Zhi’ai masih bisa
mendengar percakapan mereka dengan jelas.
“Di
mana Xiaokou?”
“Dia
sedang bertemu teman di halaman.”
Qin
Zhi’ai menghentikan langkahnya, dan melirik mencari teman Liang Doukou.
Dia
tidak menyapa atau memberikan hadiahnya kepada Tuan Besar Gu sampai Gu Yusheng
meninggalkannya.
Mereka
sudah lama tidak bertemu, jadi Tuan Besar Gu sangat senang dan berbincang cukup
lama dengannya. Sampai teman lain datang menyambutnya, Qin Zhi’ai tidak bisa
beranjak.
Untuk
pertama kalinya sejak Qin Zhi’ai menyamar sebagai Liang Doukou, dia sangat
bijaksana karena takut terlihat perbedaannya.
Untung
ingatannya cukup baik, dan dia cukup pintar sehingga tahu siapa yang dekat dan
siapa yang tidak cocok dengan Liang Doukou. Selain itu, dia dilatih meniru cara
Liang Doukou bergerak dan berbicara, sehingga dia bisa menghadapi situasi
seperti itu dengan mudah.
Dia
tahu siapa yang harus dipeluk dengan hangat dan siapa yang harus dijauhi.
Setelah
berbincang-bincang dengan istri sepupu tertua Liang Doukou, dia melihat ibu
Liang Doukou berbicara dengan beberapa istri kaya.
Sebagai
“anak perempuannya”, otomatis dia berjalan ke arahnya. Namun, ketika dia pindah,
dia melihat sepupu Liang Doukou, Jiang Qianqian.
Qin
Zhi’ai sudah di beri tahu Zhou Jing bahwa Liang Doukou membenci Jiang Qianqian,
meskipun mereka bersaudara.
Zhou
Jing tidak memberitahunya mengapa mereka membenci satu sama lain, tetapi dari
apa yang dikatakan, Qin Zhi’ai menyimpulkan bahwa Liang Doukou yang memulai
perkelahian, yang berakhir dengan kekalahan Liang Doukou.
Dengan
cerita yang sama berulang-ulang, sepertinya menjadi kebiasaan Liang Doukou
mencari masalah dengan Jiang Qianqian, meskipun dia tahu akan kalah. Karena
itu, untuk membuat dirinya mirip Liang Doukou, Qin Zhi’ai pura-pura bertengkar
dengan Jiang Qianqian setiap kali bertemu.
Sebetulnya Qin Zhi’ai tidak terbiasa menjadi biang keributan, jadi begitu dia melihat Jiang Qianqian, dia berbalik dan pergi, pura-pura tidak melihatnya. Namun, seseorang menghentikannya setelah baru beberapa langkah.
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment