Side Story 6


Penerjemah: reireiss

Source ENG: Novel Updates

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.

Terima kasih~


***

TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!

HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.

JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.

JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!

***

WARNING!! R-18!!

Risiko yang terjadi saat atau sesudah membaca, harap ditanggung masing-masing~

***

"Lubang mana yang harus aku masuki?"

"Kupikir, aku akan menggunakan mulut kali ini."

"Telanlah semuanya. Kaisar telah menjadikanmu sebagai Istriku, jadi lakukan tugasmu."

Dia tidak bermoral.

Dia ceroboh.

"Kurasa aku tidak akan bisa bangun dari ranjang untuk sementara waktu."

"Lain kali, kalau aku meninggalkanmu sendirian, aku akan meninggalkan sesuatu di dalam dirimu sehingga saat aku pulang, kamu hanya perlu merentangkan kakimu dan aku akan memasukimu."

Haewoon selalu menghabiskan waktu bersamanya sepanjang malam. Kamar tidur Eunseol telah lama diubah menjadi milik Haewoon.

T/N: Kalimat-kalimat di atas itu merujuk ke ingatan Eunseol akan malam-malam yang dia habiskan sama Haewoon

***

"Haewoon..."

"Sebagai pemilik Kediaman, yang lebih rendah harus bangkit dan memuji pemiliknya."

Haewoon telah mendengar semuanya, mulai dari betapa beraninya Eunseol meskipun ada perintah sembrono dari Kaisar agar Eunseol pergi ke Istana Kekaisaran dan betapa tenang dan beraninya Eunseol untuk pergi dari Kediaman dan datang ke sini.

Bagaimana bisa dia bertindak begitu tegas dan tetap lembut di dalam? Semakin Haewoon mengetahui semua itu, semakin tubuh Haewoon memanas.

"Sampai kamu kembali, seharusnya tidak ada keributan di Kediaman..."

Haewoon tahu Eunseol memiliki pengalaman di medan perang, tapi Haewoon tidak bisa membawanya ke sana lagi karena Haewoon tidak bisa melihatnya terluka, bahkan jika itu hanya sehelai rambutnya.

"Kamu akan menjadi komandan yang hebat."

"Aku tidak bisa menjadi komandan. Bagaimana bisa aku berani?" Eunseol menggelengkan kepalanya gugup. Karena Eunseol sudah lama tidak berada di medan perang, Eunseol hanya bisa memimpikannya.

"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi sekarang." ujar Haewoon sambil tersenyum.

Kemudian, Haewoon mengangkat Eunseol dengan mudahnya dan meletakkannya kembali di atas batu safir.

"Haewoon... Ah, Haewoon!"

Pakaiannya yang basah kuyup terkoyak dengan satu gerakan. Kaki Eunseol yang tidak ternoda berjuang dengan menyedihkan.

"Aku pergi selama beberapa hari, dan kamu sudah sebasah ini?" Ujar Haewoon sambil menempatkan tubuhnya yang kokoh dan memposisikan kejan**nannya di antara kedua kaki Eunseol.

Eunseol mencoba menyatukan kedua kakinya tapi Haewoon terus menerus memindahkan tangan Eunseol dan meletakkan kaki Eunseol ke atas bahunya. Pakaian Eunseol yang basah menempel di pan**tnya. Dengan lembut Haewoon menggosok pakaian yang terbuat dari kain katun putih itu dengan telapak tangannya.

"Ehmmm..."

Sejak saat Haewoon mengetahui bahwa anaknya sedang tumbuh di perut Eunseol, Haewoon ingin bersikap lembut padanya.

Sentuhan Haewoon begitu lembut sehingga Eunseol merasa seluruh tubuhnya meleleh. Itu sangat manis sehingga membuat giginya sakit.

Ini adalah hari di mana Eunseol menyadari bahwa tubuhnya bisa meleleh di tangan Haewoon. Ada saat-saat di mana suatu sisi di hatinya terasa kosong.

Terkadang, Eunseol ingat saat-saat di mana dirinya didorong dengan keras hingga batasnya. Setiap kali hal itu terjadi, Eunseol akan memiliki penampilan yang sangat aneh sehingga dia tidak bisa melihat wajah Haewoon dengan benar keesokan harinya.

"Kamu adalah wanita yang menyambutku dengan kaki yang terbuka lebar. Di sini sangat basah sampai-sampai aku pikir tidak masalah kalau aku langsung memasukkannya."

"Ini... Haewoon..."

Pemandangan di sini sungguh indah. Eunseol berharap dirinya bisa melihat-lihat hal yang indah dan cantik.


***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?