Side Story 5


Penerjemah: reireiss

Source ENG: Novel Updates

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.

Terima kasih~


***

TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!

HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.

JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.

JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!

***

Istana Kekaisaran

"Kamu pikir, aku adalah seseorang yang akan membiarkanmu memiliki anak dari garis keturunan selain aku."

Mengetahui Eunseol bisa saja meninggalkannya untuk Kaisar kapan pun itu, Haewoon sangat khawatir hal ini akan memicu Eunseol untuk melarikan diri.

"Berikan aku anak agar kamu tidak bisa lari."

Karena itu, saat Haewoon tahu kalau dia mengandung bayinya yang telah lama ditunggu-tunggu, Haewoon sangat lega. Namun, bukannya menghilang, kecemasannya justru semakin memburuk.

"Haewoon, kumohon..." Mulut Eunseol berkedut.

Dia terlihat cantik, jadi Haewoon membungkukkan tubuh bagian atasnya dan mencium bibir Eunseol.

"Seseorang mungkin mendengar kita."

"Ssstt..."

Haewoon menggigit bibir Eunseol dan menghisapnya. Bertentangan dengan suaranya yang santai, lidahnya masuk dan merusak bagian dalam mulut Eunseol. Dia mengisap air liur Eunseol yang manis, memasukkan lidahnya begitu dalam sehingga Eunseol tidak bisa bernafas, dan akhirnya membuat Eunseol menggantungkan lengannya di leher Haewoon.

"Haa... Haa..."

Haewoon menciumnya untuk menutup mulut Eunseol. Jantung Haewoon berdegup kencang saat dia mendengar bahwa Eunseol ada di Istana dan dia berpikir bahwa mungkin Haewoon harus menciumnya untuk yang terakhir kalinya. Haewoon berpikir kalau mungkin inilah yang terbaik untuknya. Haewoon harus melindunginya tidak peduli dirinya jatuh ke jurang apapun itu.

Perlahan, Haewoon menarik dirinya sendiri untuk menjauh darinya dan melepas armor-nya yang bernoda darah.

BANG.

Sulit untuk mengenakan armor dan melepasnya sendiri tanpa bantuan pelayan. Meski begitu, Haewoon melepasnya dengan mudah. Suara logam yang jatuh di lantai bergema di ruangan yang sunyi, membuat bahu Eunseol bergidik.

"Kamu pasti sangat ketakutan."

"Haewoon... Aku ingin kembali ke Kediaman."

Eunseol ingin kembali ke Jangwon. Eunseol ketakutan, tempat ini seperti es yang tipis. Untuk pertama kalinya, Eunseol memohon padanya karena Eunseol takut sesuatu yang besar akan terjadi di Istana Kekaisaran yang tidak dikenalnya.

"Kaisar yang memanggilmu ke sini, jadi kamu harus menutup mata terhadap ketidaksopanan."

Haewoon baru bergerak setelah dia melepas pakaian yang dia pakai di balik armor.

Eunseol tidak ingin tahu apa maksud yang Haewoon bicarakan. Tapi, saat Haewoon memeluknya, Eunseol mengingatkan dirinya sendiri bahwa ini adalah kamar tidur Kaisar.

"Haewoon!"

"Ya, Istriku yang menutup mulutku dan tidak membiarkanku untuk bernafas."

Haewoon memeluknya dengan lembut. Tanpa ragu-ragu, Eunseol yakin bahwa Haewoon akrab dengan Istana Yeoncheong. Alasannya adalah karena saat ini Haewoon menuju ke pintu di belakang ranjang, itu adalah sesuatu yang bahkan tidak Eunseol ketahui.

Saat Haewoon mendorong pintu itu, terlihat sebuah halaman kecil. Halaman itu memiliki taman kecil yang hanya bisa ditemukan di rumah perempuan. Eunseol langsung tersadar bahwa itu adalah sebuah ruang yang berada jauh dari taman Kaisar.

"Ah... Di mana kita?"

Eunseol segera menyadari bahwa tempat ini tampak seperti di luar (Istana) tapi masih di dalam (Istana). Setiap lentera di sini dinyalakan dengan halus dan tempat ini dipenuhi dengan bunga yang sama dengan bunga musim ini, karena itulah Eunseol mengira kalau ini adalah halaman. Tidak mungkin bunga bisa bersinar begitu terang di malam hari.

"Aku akan membuatkanmu tempat seperti ini di Jangwon."

Eunseol menatapnya dan dengan suara rendah Haewoon menyuruhnya untuk berhenti menatapnya.

Di bawah cahaya yang lembut, Haewoon melangkah tanpa alas kaki di lantai keras yang terbuat dari batu giok. Pada saat itulah, terdengar suara air mengalir.

"Air..."

Saat terdengar suara air, Haewoon tersenyum singkat karena Eunseol yang melihat ke bawah, ke arah suara air yang mengalir.

"Hanya saat aku ingin membersihkan diri, kamu memiliki begitu banyak pertanyaan. Tapi tampaknya, aku telah memikat perhatian Istriku yang belum aku tangkap."

Eunseol tidak memiliki keinginan akan hal-hal materi. Eunseol adalah seorang perempuan yang tidak menginginkan atau tidak ingin melihat apapun yang tergeletak di sekitarnya. Haewoon senang karena dia telah menemukan suatu hal baik untuk Eunseol, tapi dia tidak ingin memperlakukannya seperti itu. Namun, sudah lama sejak Eunseol memiliki mata yang ingin tahu seperti anak kecil, jadi dia ingin melihatnya lebih lama lagi.

"Apa kamu ingin mencoba merasakannya sendiri?"

"Ya."

Saat Eunseol menjawabnya tanpa berpikir 2 kali, Haewoon menurunkannya di jembatan yang terbuat dari batu giok. Permukaan batu giok yang terkubur di dalam air dan dapat dimainkan seperti batu loncatan itu memiliki tekstur yang kasar sehingga tidak akan membuat seseorang terpeleset meski orang itu berjalan tanpa alas kaki.

"Cukup. Aku sudah melihat semuanya. Haewoon, aku ingin kembali ke Jangwon."

Mata Eunseol masih penuh dengan rasa ingin tahu meski dia berkata ingin pulang. Jadi, Haewoon menjahilinya.

"Apa kamu tidak akan gugup kalau kamu menjadi Permaisuri?"

Eunseol menarik nafas dalam-dalam. Dan dengan lembut, Haewoon meraih tubuh Eunseol yang berayun-ayun karena tersandung.

"Kamu harus berhati-hati. Pikirkan setiap langkah yang kamu ambil, lakukan untukku."

Wajah Eunseol memerah, tidak biasanya Haewoon mengatakan hal seperti itu. Eunseol tidak bisa mengangkat kepalanya seakan-akan ada seseorang yang menghalanginya.

Eunseol tidak tahu kalau Haewoon terus menatap tengkuknya yang memerah dengan begitu serius.

"Ini."

Dengan memegang Eunseol, Haewoon berjalan langkah demi langkah ke dalam air, dan tubuhnya benar-benar tenggelam. Saat Eunseol memeluknya karena terkejut, Haewoon tersenyum lesu.

"Pakaianmu basah semua, apa yang harus kita lakukan?"

Saat ini musim panas, jadi airnya cukup hangat dan terasa nyaman. Ini adalah tempat pemandian milik Kaisar yang terbuat dari kayu. Tempat ini memiliki ventilasi yang baik dan uap airnya hampir tidak naik.

Eunseol menyadari bahwa alasan kenapa dia mengira tempat ini sebagai tempat di luar (Istana) bukan karena lentera berwarna-warni tapi juga karena angin yang sepoi-sepoi. Angin mendorong uap keluar.

"Kamu melakukan ini dengan sengaja, kan?"

"Hm, coba tebak."

Haewoon memegang pinggang Eunseol. Kaki Eunseol tidak menyentuh lantai. Begitu Eunseol menatapnya dari atas, noda darah di wajah Haewoon terlihat jelas. Saat Eunseol dengan lembut menyekanya dengan tangannya yang basah, Haewoon tersenyum perlahan dengan wajah bahagia.

Kain musim panas yang ringan menempel di tubuh Eunseol. Diam-diam Haewoon menusuk-nusuk punggung Eunseol dengan jarinya.

"Ini......"

Eunseol mengangkat bahunya.

"Karena Istriku sangat jujur, jadi aku tidak merasa bersalah dengan memiliki pikiran yang cabul di sini."

Eunseol memutar tubuhnya. Begitu Eunseol menyadari apa yang disentuh oleh tubuhnya yang basah, Eunseol teringat dengan malam-malam yang dia habiskan bersama Haewoon.


***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?