Chapter 21 Part 1
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
***
TOLONG JANGAN BAGIKAN INFORMASI TENTANG BLOG INI!!
HAL ITU BISA MENGEKSPOS KAMI PADA PENULIS ATAU WEB RESMI.
JIKA ITU TERJADI, KAMI AKAN DIPAKSA UNTUK MENGHENTIKAN DAN MENGHAPUS NOVEL INI.
JADI MARI KITA HINDARI ITU BERSAMA-SAMA!!
***
Henrietta bersumpah, dia tidak ingin menyinggung Ophelia.
Dia ingin memukul dirinya sendiri beberapa hari yang lalu jika dia bisa. 'Tidak
tahu! Aku benar-benar tidak tahu! Seberapa kuat Ophelia!'
Henrietta adalah seorang penyihir yang kekuatan magisnya
terbuka sejak usia muda. Walau aku tidak bisa menyebut diriku hebat karena aku
tidak bisa mengasah keterampilanku, tapi kemampuanku itu sudah cukup untuk
membuatku tidak merasa kesulitan saat melawan ksatria atau tentara bayaran.
Tapi, aku, yang begitu percaya diri ini, hanyalah debu di
hadapan Ophelia. Penyihir yang kuat tidak perlu mengungkapkan energi mereka.
Suatu hari, aku pergi ke perpustakaan Duke, membaca buku mantra, dan
mengenalnya.
Namun, aku tidak bisa membayangkan seberapa kuatnya dia,
karena aku belum pernah bertemu dengan penyihir lain. Jadi, bahkan setelah aku
tahu kalau Ophelia adalah seorang penyihir, aku tidak bisa melepaskan
penyesalanku itu.
'Orang itu! Kalau bukan karena orang itu!'
Aku mengulangi kata-kata itu puluhan hingga ratusan kali.
Aku bermaksud untuk menghibur Tuan Muda yang ditinggalkan sendirian setelah
kematian Duke dan Duchess. Pada malam pemakaman, Henrietta duduk di tempat
tidur Alexander, menunggunya.
Tapi waktu terus berlalu dan Alexander tak kunjung
kembali. Aku tidak tahu, kalau saat itu, Tuan Muda membawa kembali Ophelia yang
mencoba untuk pergi secara diam-diam.
Kemudian, saat aku menemukan Buku Pendapatan Tahunan
Arpad di kamar Tuan Adrian yang aku masuki secara tidak sengaja, aku berpikir
kalau akhirnya aku punya kesempatan. Aku yang selama ini selalu membersihkan
kamar Ophelia sepanjang waktu, tidak sulit bagiku untuk mengambil helaian
rambutnya dan menaruhnya di Kantor Duke.
Tapi Henrietta adalah orang yang bodoh. Begitu Ophelia
membelai rambutnya saat di koridor, Henrietta tersadar kalau semua ini tidak
lain adalah jebakan yang dipasang Ophelia.
Ophelia adalah penyihir yang kelasnya jauh berbeda dari
dirinya. Henrietta jatuh tersungkur di hadapan Ophelia, seperti halnya orang
lemah yang tunduk pada orang yang berkuasa. Namun, pada saat yang sama, dia
tidak melepaskan secercah harapan.
Aku masih tidak tahu apa kekuatan sihirku. Jadi aku
berpikir, kalau aku bekerja keras untuk meningkatkan kekuatanku. Apa aku bisa
melawan Ophelia?
Karena itu, selama 3 tahun, Henrietta membaca dan
mempelajari buku-buku sihir hampir sepanjang malam, sambil berpura-pura tunduk
pada Ophelia. Memang, ada cara untuk meningkatkan kekuatan magis.
Pada hari, di mana dia kembali dari liburan, Henrietta
merasa percaya diri. Kekuatan magis yang mengalir di tubuhnya sangat besar, dan
itu membuatnya berharap kalau mungkin saja dia bisa melampaui Ophelia.
Begitu dia memasuki Kediaman dengan senyum di bibirnya.
Dia melihat Alexander yang menempel pada Ophelia, Alexander menangis.
Henrietta menutup mulutnya dengan kedua tangan. Alexander
yang dia kenal bukanlah pria yang seperti itu.
Aura yang angkuh dan mulia adalah ciri khas dari mereka
yang lahir dalam berkah dari banyak orang. Tatapan dingin dan gerakan anggun
seperti binatang buas.
Aku jatuh cinta pada keindahannya dan terus menyimpannya
di hatiku. Karena ingin terus berada di dekatnya, aku menolak tawaran Duke
sebelumnya dan memilih untuk menjadi pelayan. Henrietta merasa senang, karena
begitu dia bangun dari tidur, dia bisa membersihkan tempat tidur Alexander dan
membersihkan seisi kamarnya.
Setelah mengedipkan mata beberapa kali, Alexander
tersadar kalau pelayan yang ada di dekatnya adalah Henrietta, dia pun tersenyum
sedikit.
"Kau tidak harus melakukan hal ini."
Meski mengatakan hal itu, saat aku membantunya untuk
berganti pakaian, dengan anggun Tuan Muda akan membiarkan aku untuk
melayaninya. Namun, hubungan damai mereka tidak berlangsung lama. Suatu hari,
seolah-olah dirasuki, Henrietta menyentuh punggung Alexander yang berotot.
"Lakukan tugasmu sewajarnya saja!"
Alexander meraih tangannya dan menamparnya, wajah
Henrietta pun mengeras. Matanya memancarkan suatu kepahitan. 'Itu hanya
kesalahan', dia mencoba untuk menjelaskan. Tapi Alexander tidak mendengarkan
alasannya.
Akhirnya Henrietta diusir dari ruangan, dan sejak hari
itu, Alexander bersikap seolah-olah tidak mengenalnya.
Para pelayan lain yang bahkan tidak mengetahui apa yang
terjadi menertawakan dan mencemooh Henrietta. Sejak saat itu juga, dia dilempar
ke sana ke mari.
Meski begitu, Henrietta tetap bertahan. Karena dia
percaya kalau suatu hari nanti Alexander akan memaafkannya.
Tapi Alexander tetap bersikap seperti itu. Dia tidak
pernah memandangnya sedikit pun. Dalam pelukan Ophelia, dia menangis seperti
anak kecil.
Kata kaget saja tidak cukup untuk menggambarkan bagaimana
perasaannya saat itu. Itu bukan Tuan Muda yang aku kenal. Itu sama sekali tidak
cocok untuknya.
'......Aku sudah melakukan segalanya untukmu!'
Saat dia melihat Alexander dengan tatapan yang goyah,
tatapan matanya bertemu dengan tatapan Ophelia. Ups! Dia langsung menarik nafas
dengan cepat. Untungnya, kontak mata itu hanyalah ilusi, dengan cepat Ophelia
langsung menundukkan kepalanya dan fokus untuk menepuk punggung Alexander.
Setelah beberapa saat, Alexander berhenti menangis dan
Ophelia membawanya pergi. Henrietta ditinggalkan sendirian di sudut koridor
yang gelap.
Larut malam, saat Ophelia tertidur, dia berencana untuk
menyerangnya, tapi kini rencana itu digagalkan. Suasana di antara keduanya tadi
itu, tidak aneh kalau sekarang mereka ada di ruangan yang sama.
Mereka sedang bersama sekarang! Itu sudah jelas!
Mungkin sekarang Ophelia sedang tersenyum sambil memegang
lengan Tuan Muda yang berotot. Henrietta berpikir begitu sambil menggigit
kukunya. Dia tak kunjung pergi dan hanya terus berdiri dalam diam.
"Ya ampun, apa tikus itu berbicara?"
Tangan yang mencengkeram bahunya terasa familiar. Tidak
salah lagi, tadi itu, mata kami memang bertemu. Ophelia diam-diam menekan
Henrietta. Henrietta hampir mati saat jari-jari Ophelia yang ramping menyentuh
pipinya.
Dengan keringat dingin, dia memusatkan semua kekuatan
magis yang sudah dia kumpulkan sejauh ini di ujung jarinya ketika Ophelia
lengah, saat dia menganggap Henrietta sebagai tikus.
'Ini adalah waktu yang tepat. Sekaranglah waktunya!'
Pikirnya. Tubuhnya pun bergetar seakan bersiap untuk memukul.
Tepat sebelum sihir itu selesai, Ophelia melirik tangan
Henrietta. Itu adalah tatapan yang seolah melihat sesuatu yang tidak penting.
Sebuah sikap konsisten yang menganggap kalau tidak ada apapun yang terjadi.
Saat di mana Henrietta menatap mata birunya, Henrietta
menjadi putus asa. Sangat menyedihkan, upayanya selama ini tidak ada
apa-apanya. Ophelia memotong sihir Henrietta, tanpa satu gerakan pun.
Pandanganku menjadi gelap, aku tidak bisa bernafas. Sihir
yang dikembalikan secara paksa menyerang tubuhnya. Henrietta yang sudah
kehilangan kesadaran, ditemukan oleh pelayan yang lewat di pagi hari.
Aku harus terbaring di tempat tidur selama beberapa hari
karena kesakitan. Aku sudah kehilangan berat badan sampai tulang-tulangku bisa
terlihat, dan begitu aku membuka mata, aku melihat bayangan Ophelia tertawa di
sampingku. Dia seperti sedang menatapku sambil memainkan rambut peraknya.
Aku tidak tidur karena ketakutan. Kalau memungkinkan, aku
ingin melompat ke luar jendela. Bahkan saat aku beristirahat, rasanya seperti
bayangan Ophelia itu akan menyerangku.
"Berapa lama kau akan berbaring? Kau menganggap
dirimu itu istimewa!?"
Seorang pelayan datang dan memukulinya. Tidak bisa
mengatasi omelan yang terus menerus, Henrietta pun bangkit. Kakinya gemetar seperti
binatang kecil yang baru belajar berjalan untuk pertama kalinya.
Pelayan itu tersenyum nakal saat melihat adegan itu, dan
melemparkan pakaian pelayan Henrietta. Pelayan yang tidak mengetahui
keadaannya, mengatakan kalau Henrietta itu mendapatkan gaji yang lebih tinggi
dari pelayan lainnya tapi dia malah malas-malasan.
Henrietta mendorong pelayan itu keluar sambil bertanya
"Apa kau ingin melihatku saat aku mengganti bajuku?" Kemudian,
setelah dia memakai pakaian pelayan dengan ceroboh, dia menuju ke kamar
Ophelia.
Sekarang, hanya dengan melihat jejak Ophelia saja sudah
membuat gigiku gemetar. Aku marah karena selama ini dia terus berkata kalau dia
akan pergi, tapi hingga kini dia tidak menunjukkan tanda-tanda mengemas
barang-barangnya.
Sambil menyalakan pemanas, di dalam hatinya, Henrietta
memaki-maki Ophelia. Kemudian, dia melihat Ophelia masuk, dengan memakai gaun
yang robek-robek di beberapa bagian. Henrietta pun melebarkan matanya.
Jejak hubungan cinta yang tulus tertinggal di leher
kurusnya. Henrietta ingin menangis, tapi dia tidak bisa.
.
.
.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment