Di dalam ruang rapat yang besar ini suasana amat sunyi, para ksatria yang memakai baju besi satu per satu berkumpul.
Aku tidak memakai baju besi, melainkan memakai seragam militer.
Ini sedikit berbeda dari pakaian formal yang kupakai saat Upacara Pertunangan. Seragam militer ini di desain untuk berperang, jadi tidak ada hiasan yang berlebihan, tapi kurasa, Lidi akan menyukai pakaian ini.
Aku menyeringai karena masih saja mengingat Lidi padahal situasi sedang darurat seperti ini.
Aku bertanya-tanya apa yang harus kulakukan saat mendengar bahwa dia sudah pulang, tapi mungkin itu yang terbaik.
Dengan situasi seperti ini, setidaknya aku tidak akan kembali selama sebulan.
Meninggalkan Lidi sendirian di Istana bukanlah pilihan yang baik.
Saat Ayahanda memasuki ruangan, aku menundukkan kepalaku.
Berita tentang Tarim yang bergerak ke selatan tengah dilaporkan oleh Perdana Menteri, bersama dengan keputusan untuk mengirim bala bantuan.
Seperti yang kuduga.
"Frederick."
"Iya."
Sesuai dengan suara Ayahanda, aku melangkah maju.
Aku berlutut dan menundukkan kepala, lalu Ayahanda berkata,
"Putra Mahkota Frederick, kau ditunjuk sebagai Panglima Tertinggi dari pasukan bala bantuan ini. Pimpin Ordo Primera Chivalric dan cegah invasi yang dilakukan Tarim, lakukan hal apapun untuk menghentikan invasi itu. Tidak boleh ada kegagalan."
"Putra ini menerima perintah."
Aku menunjukkan persetujuanku untuk berangkat ke garis depan dan memimpin Ordo Primera Chivalric.
Selanjutnya, Ayahanda menghadap ke arah Divisi Penyihir dan berkata,
"Komandan Divisi Penyihir, William von Pellegrini."
"Iya."
Menanggapi panggilan itu, Will melangkah maju.
Jubah biru gelapnya berkibar.
"Aku memerintahkanmu dan unitmu untuk memberikan dukungan dari belakang. Dan, buka kunci gerbang transfer sehingga bala bantuan dapat segera dikirim."
"Saya mengerti. Gerbang transfer sudah disiapkan, proses transfer bisa dilakukan kapan saja."
"Bagus."
Mungkin itu karena sebelumnya Alex sudah memberikan informasi.
Ayahanda mengangguk puas pada Will yang sudah menyelesaikan persiapan.
Dan, sekali lagi Ayahanda mengalihkan pandangannya ke arahku.
"Frederick, Pedang Suci ini milikmu."
"Iya."
Ayah mengulurkan Pedang Suci, Areus, selama ini Ayahanda selalu menaruh pedang itu di pinggangnya.
Itu adalah Pedang Suci legendaris yang konon milik dari pendiri negara ini.
Aku menatapnya, sarung yang bertatahkan permata dalam berbagai ukuran. Untuk sementara waktu, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku.
Pedang Suci yang selalu di bawa-bawa oleh Raja negeri ini.
“Sekarang, kau sudah memiliki seseorang yang harus kau lindungi. Makan, kau sudah pantas memakai Pedang Suci ini. Semoga kau mendapatkan restu dari Pendiri.”
"Putra ini pasti akan memenuhi harapan tersebut."
"Bagus..."
Aku pun menerima Pedang Suci.
Orang yang harus kulindungi yang disebutkan Ayahanda tadi, tentu saja itu adalah Putri Mahkotaku, Lidi.
Sekarang aku sudah resmi menjadi Putra Mahkota karena telah memberikan ‘Bunga Raja’. Makan wajar jika Pedang Suci kini diberikan kepadaku sebagai bukti dari pewaris Kerajaan.
Kupikir, Pedang Suci ini akan begitu berat, tetapi sebaliknya, ini terasa ringan.
Saat aku menatapnya dengan takjub, Pedang Suci ini mengeluarkan sinar putih kebiruan.
“Pedang Suci sudah memilih pemiliknya. Kau telah diakui.”
Mendengar kata-kata Ayahanda, aku menaruh pedang di pinggangku.
Mungkin Pedang Suci ini bereaksi terhadap darah Keluarga Kerajaan.
Aku pun berdiri tegak dan menghadap Ayahanda.
“Putra ini pasti akan membawa kemenangan bagi negara kita. ――――Berangkat!!”
***
"Putra Mahkota, saya berterima kasih atas bala bantuannya."
"Ya."
Setelah keluar dari gerbang transfer, segera, seorang pria dengan rambut berwarna abu-abu berada di hadapanku.
Pria yang melewati usia paruh baya itu adalah Margrave Shallum.
Baju besi yang ia kenakan sudah diwarnai dengan merah darah, bau darah sudah memenuhi udara.
Kurasa mereka sudah memulai peperangan jarak dekat.
Tampaknya Margrave Shallum sedang bersemangat.
"Bagaimana situasinya?"
“Saat ini pertarungan sedang mengalami jeda. Jumlah musuh sekitar 5000 orang. Mereka hanyalah kavaleri. Karena mereka bergerak ke selatan sebelum jadwal yang biasanya, jadi jumlah mereka lebih kecil dari biasanya. Pasukan saya berjumlah 3000 orang. Situasinya saat ini seri.”
"Aku mengerti, kerja bagus."
Aku segera memuji Margrave Shallum karena bisa menahan pasukan berjumlah 5000 orang hanya dengan 3000 orang saja, aku pun bergegas menuju ke markas.
Diiringi dengan langkah kaki yang bergema, dengan cepat kami bertukar informasi.
Pemimpin Ordo Primera Chivalric dan Will juga menemaniku.
Kali ini keduanya adalah pemimpin bala bantuan, jadi kami perlu berbagi informasi.
“5000 orang, ya. Memang ini tidak seperti biasanya. Tetapi, jika itu masalahnya kita bisa menyelesaikannya dengan cepat. Kali ini aku membawa Ordo Primera Chivalric atas perintah Yang Mulia Raja. Mereka berjumlah 3000 orang. Setelah melakukan persiapan, kami akan segera bergabung.”
"Baik. Setelah mereka bergabung, silakan gunakan pasukan saya yang berjumlah 3000 orang tersebut sesuai dengan kebijakan Anda, Putra Mahkota."
"Aku mengerti, dengan senang hati aku akan menerimanya."
Aku juga berbicara dengan pemimpin Ordo Primera Chivalric yang berada di belakangku.
“Bertrand, kita akan segera pergi. Perintahkan para ksatria untuk mempersiapkan diri.”
"Dimengerti."
Seorang pria yang mengenakan baju besi perak mengangguk, menerima perintahku.
Dengan memegang helm di satu tangannya, ia berekspresi sangat serius.
Pemimpin Ordo Primera Chivalric, Bertrand adalah orang jujur yang baru-baru ini mewarisi gelar Marquis.
Bertrand von Lowe.
Dia pria yang dapat diandalkan, berusia di atas 30 tahun yang mengumpulkan berbagai perusahaan elit yang unik di daerah kekuasaannya.
Atas rekomendasinya, kali ini aku membawa 3000 ksatria, tetapi aku yakin tidak akan ada kegagalan.
Setelah berbicara tentang keadaan untuk sementara waktu, kami duduk di markas.
"Bagaimana dengan yang terluka dan tawanan perang?"
"Ada beberapa, dan itu sama seperti biasanya. Mereka menerima perawatan di tenda bantuan."
"Will."
"Ya, Putra Mahkota?"
Setelah mendengar kata-kata Margrave, aku memanggil Will.
“Kirim beberapa orang yang berspesialisasi dalam sihir penyembuhan ke sana. Dan bangun penghalang pertahanan di sekitar markas.”
Will menyetujui kata-kataku
"Dimengerti."
Meninggalkan tempat kejadian, Will memberikan instruksi kepada bawahannya.
“Segera setelah persiapan selesai, kami akan berangkat ke garis depan. Aku ingin menyelesaikannya dengan cepat. Aku akan melancarkan serangan awal terhadap markas Tarim dengan sihir.”
"Putra Mahkota, sihir itu..."
Mendengar kata-kataku, Will segera menatapku dengan cemas.
Aku menjawab bahwa itu akan baik-baik saja.
"Tidak akan ada masalah. Aku sedang dalam keadaan sempurnaku. Menggunakan sihir agung beberapa kali tidak akan menjadi beban bagi tubuhku."
"Saya harap tidak akan ada masalah."
Dia pasti khawatir karena sebelumnya aku hampir kehilangan kendali.
Will pun segera mundur setelah aku menenangkannya.
"Putra Mahkota, persiapan sudah selesai."
Mendengar Bertrand, aku segera berdiri dan mengambil Pedang Suci.
Aku merasa seolah-olah, entah bagaimana Pedang Suci bergetar karena gembira saat akan menghadapi pertempuran.
Aku tersenyum tipis seolah tertarik olehnya.
Kegembiraanku telah meningkat untuk waktu yang lama.
"Will, aku mempercayakan punggungku kepadamu."
"Tentu saja. Saya akan melindungi Putra Mahkota, Anda tinggal maju tanpa mengkhawatirkan apapun."
“Ya, aku percaya padamu. Aku tidak perlu khawatir.”
Aku menaiki kuda favoritku yang kubawa dan segera pergi untuk memimpin pasukan.
Will mengikutiku dari belakang, mengerahkan banyak formasi sihir.
Aku menarik Pedang Suci dan dengan megah mengangkatnya. Pedang Suci memancarkan cahaya putih kebiruan dari bilahnya.
Aku berbalik ke pasukan dan berbicara dengan lantang.
"Jangan biarkan mereka melangkahkan kaki ke wilayah negara kita!! Mulai sekarang, usir Tarim!! Maju!!"
***
"Divisi Penyihir, sebarkan penghalang di barisan depan!!"
“Dimengerti. Tim pertama, gunakan penghalang pertahanan. Selanjutnya, tim kedua, siapkan formasi sihir.”
Pertempuran terjadi selama 2 Minggu, kini penyerangan terhadap markas Tarim dimulai.
Dengan ini konflik akan segera berakhir.
Dari kudaku, aku memberi perintah untuk mengerahkan penghalang pertahanan, dan Will melakukannya dengan tenang.
Menanggapi perintah Will, para bawahannya membuat penghalang seperti jaring yang tersebar di seluruh pasukan.
Senjata utama suku penunggang kuda nomaden, Tarim adalah busur.
Mereka berspesialisasi dalam memanah, itu membuat mereka menjadi lawan yang menyusahkan.
Serangan busur jarak jauh bisa mengakibatkan luka yang cukup fatal.
Untuk meminimalisir korban, kami melawan serangan busur tersebut dengan penghalang yang dibuat oleh Divisi Penyihir. Meski begitu, kami tetap harus waspada, karena mereka sering melapisi panahnya dengan racun.
Untuk menggunakan sihir, aku harus berada beberapa meter di depan pasukan.
Jelas aku menjadi sasaran, tetapi aku dilindungi oleh sihir Will.
"Putra Mahkota, tolong cepat."
"Mengerti."
Panah yang mengarah kepadaku telah diblokir oleh penghalang yang dibuat Will.
Aku mengangguk pada Will, dan setelah mengonfirmasi arah angin, aku menyiapkan Pedang Suci, aku masih menunggang kuda.
Aku berkonsentrasi untuk mengedarkan kekuatan magisku ke pedang.
Akhir-akhir ini, konsentrasiku tidak berjalan dengan baik dan sering terganggu, tetapi kali ini aku bisa mengendalikan kekuatan magisku dengan mudah seperti bernafas.
Tidak salah lagi, itu berkat aku yang sudah memberikan ‘Bunga Raja’ ke Lidi.
Melihatku dengan mudah mengisi pedang dengan kekuatan sihir, Will memundurkan kudanya beberapa langkah.
Jarak dari tempatku ke pasukan musuh masih sekitar 100 meter, tetapi itu tidak masalah.
Aku akan mengalahkan mereka dengan satu pukulan.
"Bersinarlah, Bunga Api――――"
Pedang Suci yang diisi dengan kekuatan magis bereaksi terhadap kata-kataku.
Kekuatan sihir ini jauh lebih baik dibandingkan dengan pedangku yang biasa.
Memang layak pedang ini disebut Pedang Suci.
Pedang Suci menyerap kekuatan magisku dan mengeluarkan sinar putih kebiruan.
Merasa bahwa pedang ini sudah dipenuhi dengan kekuatan magis, aku segera mengayunkannya ke arah pasukan musuh.
Udara bergetar, dan api biru melonjak keluar dari Pedang Suci. Api yang keluar bagaikan angin puyuh yang sangat kencang, seketika menyapu pasukan musuh.
Dalam sekejap, nyala api memotong musuh, dan percikan api yang meletus membakar sekelilingnya.
Hanya dengan itu, setengah dari pasukan musuh telah kalah.
Dengan tenang, aku mengamati hasil seranganku, pasukan musuh menunjukkan gerakan bingung karena tiba-tiba menderita kerugian besar.
Mungkin, untuk sementara waktu, mereka berencana untuk mundur.
Tapi, aku tidak akan membiarkan itu terjadi, aku memberikan instruksi kepada pasukan di belakangku.
“Tentara musuh telah runtuh. Jangan lewatkan peluang ini!! Seluruh pasukan, serang!!”
Dari belakangku, seruan perang muncul sebagai tanggapan.
Segera, 6000 ksatria menukik pasukan Tarim yang berusaha untuk mundur.
Pasukan Tarim yang kini berjumlah kurang dari 2000 orang.
Sudah pasti akan kalah.
...Kamilah pemenangnya.
Semua itu terjadi dengan cepat.
Itulah yang kupikirkan, tetapi pada saat ini semua tentara Tarim menghadap ke belakang dan menyiapkan busur.
Begitu aku melihat pergerakan mereka, tanpa pikir panjang aku segera memberi perintah.
“Divisi Penyihir!! Segera pasang penghalang lagi!! Garis depan adalah prioritas utama!! Mereka akan melancarkan serangan!!!"
Atas perintahku, para penyihir yang sebelumnya menyiapkan formasi serangan, kini segera membuat penghalang.
Hampir di saat yang bersamaan, panah-panah itu menghujam seperti hujan es.
Setelah diblokir oleh penghalang yang terbentang, panah-panah itu jatuh ke tanah.
Panah yang mengarah ke arahku tidak punya kesempatan untuk melewati penghalang yang dibuat Will.
Meskipun kami mampu bertahan melawan serangan Tarim hanya dengan ini, tetapi langkah yang Tarim lakukan akan sangat berbahaya jika aku tidak segera menyadarinya dan memberi perintah.
Aku berkeringat dingin, aku memuji Tarim yang mengembangkan taktik terampil dengan melancarkan serang sambil mundur.
...Aku benar-benar tidak menyangka mereka melakukan hal seperti ini.
Sampai tahun lalu Tarim hanyalah sebuah kelompok yang dianggap bar bar.
Tetapi, tindakan yang tersusun tadi itu berada di tingkat elit seperti tentara yang terlatih.
Tidak kusangka mereka bisa melakukan hal seperti ini.
...Mungkin saja mereka memiliki ahli taktik yang terampil.
"Putra Mahkota, apakah Anda terluka?!"
Will, yang tadi sedikit mundur dariku, kini bergegas menaiki kudanya ke sini.
Di sekelilingnya, 5 formasi magis dikerahkan.
Biasanya, seseorang hanya bisa membuat 2 formasi magis di saat yang bersamaan. Tapi, Will yang memiliki reputasi jenius bisa membuat sampai 8 formasi magis di saat yang bersamaan.
"Aku baik-baik saja. Ganti tim kedua untuk mendukung Divisi Penyihir. Saat ini, tentara kita mengalami keuntungan. Kita akan segera menyelesaikannya."
“Baik. Tim penyihir kedua!! Berikan dukungan. Tim pertama, pertahankan penghalang!!”
Selanjutnya, aku menginstruksikan Will yang sedang memberikan instruksi kepada bawahannya.
"Will, ambil kesempatan ini untuk mencari tahu siapa komandan mereka. Tarim di tahun ini berbeda dari Tarim yang biasanya."
"Komandan Tarim? Saya mengerti."
Saat mendengar suara Will di belakangku, aku juga menginstruksikan para ksatria.
“Pusat mereka sudah runtuh. Ordo Primera Chivalric, serang pusatnya!!”
"Baik!!!"
Tidak ada cara lain untuk menyerang.
Sambil menonton para ksatria yang menukik para pasukan Tarim, aku berbicara dengan Bertrand yang sedang mendekati ke arahku.
“Ini adalah momen kritis. Agar mereka tidak pernah berpikir untuk menginvasi lagi, kalahkan mereka sepenuhnya.”
"Dimengerti, Putra Mahkota!!"
Aku melihat Bertrand yang dengan kuat mengangguk dan segera menyerang pasukan Tarim.
Giliranku sudah berakhir.
Aku memutuskan untuk beristirahat sambil terus mengawasi jalannya pertempuran.
Hanya ada dari pasukan Tarim yang terus melawan.
Setelah beberapa saat, pertempuran berakhir dan berubah menjadi pertarungan pembersihan, jadi aku mempercayakan sisanya ke Margrave Shallum.
Aku menoleh ke Will untuk mendengar hasilnya.
Namun, tiba-tiba dia tidak terlihat senang.
"Apa yang salah?"
Will membawa kudanya mendekat dan membungkuk kepadaku.
"Putra Mahkota, saya meminta maaf. Saya tidak bisa melihat ke kejauhan karena seni magis yang menutupinya."
Aku benar-benar terkejut dengan semua itu.
"Kau tidak bisa?"
Will tersenyum pahit.
"Mungkin kalau saya berada sedikit lebih dekat saya bisa melihatnya, tetapi sulit untuk melakukan itu di saat seperti ini."
Mendengar kata-kata Will, aku melihat ke arah pasukan Tarim.
Ketika itu berubah menjadi pertarungan pembersihan, jenderal musuh sudah melarikan diri.
Aku menyimpulkan, tidak ada gunanya untuk menyelidiki lebih lanjut.
"Aku mengerti. Itu cukup. Maaf, sudah mengambil waktumu."
"Tidak, justru saya meminta maaf karena tidak bisa membantu."
“Tidak, terima kasih atas dukunganmu, berkat itu kita bisa menang. Dengan ini perang berakhir dengan cepat. Mari kita pulang.”
Itu benar, mari kita cepat pulang―――.
Saat aku merilekskan diriku, benda-benda putih turun dari langit. Aku menatap ke atas.
Benda-benda putih itu adalah salju.
Mula-mula salju beterbangan di sana-sini, tetapi dengan cepat ia menumpuk.
"...Ini tepat waktu."
"Benar."
Will mengangguk pada gumamanku.
Segera setelah aku memberikan sinyal, seluruh pasukan mundur.
Perang telah berakhir―――
―――Dan tanpa kusadari, musim sudah berubah menjadi musim dingin.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
Previous | Table of Contents | Next
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment