Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 33 - Dia dan Keinginannya


[POV Lidi]


***

WARNING!! R-18!!

Risiko yang terjadi saat atau sesudah membaca, harap ditanggung masing-masing~

***


"....Ahh––  Freed––!! Tolong–– Aku sudah akan–!! Uwaa... Nnng.... Aaahhh!!"

"Tidak boleh, jangan ‘keluar’ dulu."

Freed dengan lembut membelai kulitku, terus mengabaikan protesku. Dengan ujung jarinya, dia membelai tubuhku, hanya dengan itu saja bisa membuatku gemetar.

Entah sudah berada lama dia melakukan ini.

Setelah berkata bahwa dia akan menghukumku, Freed langsung mendorongku ke tempat tidur, lalu Freed mempermainkan aku dengan lidah dan tangannya.

Pakaianku sudah robek olehnya, saat ini tubuhku terbuka dengan tidak senonoh.

Tanganku yang sebelumnya dipegang olehnya dengan erat kini telah terbebas.

Tapi, aku sudah tidak bisa menahan diri, tubuhku telah tersihir. Bahkan aku sudah tidak berpikir untuk lari lagi dari sini.

Tubuhku merasakan rasa nikmat yang luar biasa, aku tak bisa berhenti untuk merespon semua rangsangan ini.

Freed mengangkat kedua kakiku, merangsang ‘inti tubuhku’ dengan lidahnya.

Sejak tadi dia terus menerus melakukan ini.

Tempat rahasiaku, dadaku, dia menyentuh semua tempat yang menjadi titik lemahku.

Aku sudah tidak bisa menahannya lagi, tapi Freed terus saja merangsang tempat-tempat yang tak senonoh dari tubuhku.

"Freed-!! Kumohon--!!"

Setiap aku bereaksi dengan rangsangan yang ia buat, aku berkali-kali memohon kepadanya.

Meski pada awalnya aku tidak menyukai semua ini, tapi perlahan sentuhan Freed terasa nyaman, bahkan ‘di sana’, dan sebelum aku menyadarinya, pikiranku perlahan mulai menghilang.

Aku ingin lebih, ingin lebih banyak lagi, aku pun segera memohon untuk itu, tapi Freed tidak mau berhenti melakukan ini dan tidak melanjutkannya ke langkah yang lebih.

Dia juga tidak membiarkanku untuk mencapai puncak, dia terus menyiksaku seperti ini.

Meskipun tidak dimasuki, tempat rahasiaku sudah mengendur, karena nektarku tumpah keluar.

Freed menjilat nektarku yang keluar itu dengan menghindari tempat rahasiaku secara perlahan.

"Fuaa––!!"

"Aku kan sudah bilang tidak boleh. Ini adalah hukuman untukmu."

"Yaa– sudah... Mustahil-!!"

Dia terus menelusuri tempat rahasiaku dengan ujung lidahnya tanpa henti, air mataku mengalir keluar karena tidak bisa menahan rangsangan ini.

"Ini juga sulit bagiku, karena aku tidak bisa merasakan Lidi. Ahh... Tapi Lidi juga merasakan hal yang sama, kan? Karena ‘tempat ini’ sudah menginginkanku, buktinya ia sudah berkedut sepanjang waktu."

Aku merasa sangat malu karena Freed terus menatap ke tempat itu.

Di depan mata Freed, cairan cintaku tumpah keluar, aku merasa kalau Freed menatapku dengan aneh.

"Ah... Keluar, ya. Bisa sampai seperti ini, ternyata Lidi cabul, ya."

"Ng..... Tidak ada.... Bukan.... Sudah."

"Meski Lidi berkata ‘tidak’, tapi tidak begitu dengan yang tubuh Lidi katakan."

"Kau.... Salah...."

Kali ini dia menjilat dadaku.

Rasanya kepalaku terasa sangat panas, bahkan seolah-olah seperti mendidih.

"Tidak... Jalan lagi... Menghukumku.... yaa!!

Aku memohon kepadanya dengan berurai air mata, akhirnya Freed berhenti bergerak.

Meski Freed sudah berhenti, tapi ekspresi wajahnya tidak berubah.

Masih dengan ekspresi yang kaku, dengan serius dia bertanya padaku.

"Kau tidak mau dihukum?"

"Tidak... Hal semacam ini.... Aku tidak mau."

"Lalu apa yang kau inginkan, Lidi?"

"Sentuh aku dengan benar..... Aku ingin mencapai puncak."

Aku tidak menginginkan hubungan yang seperti siksaan ini.

Aku mengatakan semuanya dengan terengah-engah, lalu dengan lembut Freed membelai “Bunga Raja”, kemudian dia merenung sebentar.

"Begitukah. Kalau begitu aku akan memberimu apa yang kau inginkan. Tapi... Sebelum itu, berjanjilah, jangan pernah berbohong lagi kepadaku."

Perlahan ekspresi Freed kembali seperti biasanya, ia terus membelai “Bunga Raja”.

Lalu, dengan lembut dia menjatuhkan ciuman di sana.

"Berbohong...?"

"Betul."

"Aku tidak pernah..... Berbohong."

"Tapi sebelumnya kau berbohong padaku, kan?"

Pikiranku masih kabur, aku tidak paham dengan apa yang Freed bicarakan.

Penyebab kenapa Freed menjadi seperti ini. Pemicu dari kemarahan Freed....

Aku kembali mengingat saat aku masih menikmati festival seragam militer, aku selalu berusaha menghindar dan melarikan diri dari Freed.

Ahh... Itu.

"Tidak.... Itu tadi, aku hanya malu.... Lagi pula, kalau aku tidak pergi, aku tahu hal ini pasti akan terjadi. Hal semacam ini.... Benar-benar gila....."

Saat aku mengatakan itu, mata Freed berkedip. Mungkin karena itu adalah sesuatu yang tidak dia sangka. Dia terus menatapku.

".....Apakah begitu?"

".....Ya."

Dia pun mengangguk dan menghela nafas panas.

Freed melepaskan kakiku yang dia pegang sejak tadi, dan dengan tangan kanannya, dia menepuk kepalanya sendiri dengan keras.

"Uwaaa... Maaf... Aku langsung menyimpulkan begitu saja... Aku...."

Wajahnya terbaca saat dia menggumamkan kata-kata itu.

Akhirnya napasku kembali normal, aku duduk dan menatapnya tanpa berkedip.

"A-Ada.... Apa?"

"Ah.... Tidak apa-apa. Pokoknya aku benar-benar minta maaf. Karena kehilangan kewarasanku dalam berpikir logis. Aku malah melakukan sesuatu yang mengerikan pada Lidi."

"......Sudah... Tidak apa-apa."

Aku yang seharusnya merasa kesal menjadi melunak karena melihat wajah Freed yang memerah.

Lagi pula, aku juga salah di sini, padahal aku sudah setuju untuk datang ke kamar pribadinya tapi aku malah mencoba melarikan diri di tengah jalan.

Ini mungkin terdengar aneh... Tapi, kurasa aku menyukai semua yang dia lakukan ini.

Ini sangat terasa nikmat, meski menyakitkan karena dia tidak membiarkanku mencapai puncak.

"Aku tidak akan pernah berbohong pada Freed."

"Lidi."

Aku bisa mengerti perasaannya yang tidak suka saat ada orang terdekatnya yang berbohong, jadi aku tidak akan pernah berbohong kepadanya.

Saat Freed bertanya tentang apa aku yang berbohong, aku merasa sangat takut, takut karena tidak bisa meluruhkan kesalahpahaman ini.

Tapi syukurlah semuanya berjalan dengan baik, aku tersenyum ke arah Freed dengan lembut dan Freed langsung memelukku dengan erat.

"Kau..... Kenapa kau bisa sangat tampan..."

"Apa?"

Seorang wanita yang benar-benar telanjang dipeluk oleh seorang pria yang memakai seragam militer, situasi luar biasa macam apa ini.

Selama drama penyiksaan panjang tadi, Freed tidak melepaskan apapun lagi selain sarung tangannya.

Saat Freed memelukku dengan erat, aku juga balas memeluknya. Tak lama, Freed tertawa.

Aku merasa sangat lega.

Ahh... Akhirnya dia tersenyum.

"Kenapa kau tertawa?"

"Hm? Aku hanya memikirkan Lidi yang berbicara informal kepadaku saat ini. Kau sangatlah imut."

"Ah..."

Aku baru tersadar saat Freed mengatakannya, tubuhku menegang. Oh tidak... Apa yang sudah kulakukan, bagaimana bisa aku berbicara informal seperti itu.

Aku yang merasa panik ditenangkan oleh Freed yang membelai punggungku dengan lembut.

"Tidak apa-apa. Kita sudah melakukan hal yang lebih seperti ini. Kau tidak perlu terus berbicara formal denganku."

"Tapi..."

"Aku ingin sederajat dengan Lidi. Kumohon..."

"Freed..."

Aku pun mengangguk dan menikmati elusannya yang menenangkanku. Aku memperhatikan aiguillette dari seragam Freed yang mengenai kulit telanjangku.

Aku memang sangat menyukai seragam militer, tapi ini terasa saat terkenal kulit secara langsung.

".....Maaf, lepaskan aku."

Saat aku mengatakan itu dengan suara yang manis dan lembut, Freed kembali cemberut.

"Kenapa?"

"Aiguillette nya menyakitiku."

Freed langsung melepaskanku saat aku menunjuk ke arah aiguillette nya yang menyentuh kulitku.

"Maaf, kau baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja."

Itu tidak terlalu menyakitkan.

Freed kemudian memeriksa tubuhku, tapi jelas bahwa yang dia periksa itu bukanlah kulitku yang memerah karena aiguillette melainkan tanda-tanda merah yang ia buat di seluruh tubuhku.

Tanda-tanda merah ini seperti menunjukkan bahwa ada seseorang yang mengklaimku sebagai miliknya, dan saat aku mengingat hal yang Freed lakukan barusan, wajahku menjadi memerah karena malu.

"Apa yang sedang Lidi pikirkan?"

Saat Freed menanyakan hal itu aku hanya bisa memelototinya, bagaimana bisa dia menanyakan hal itu padahal dia tahu dengan jelas apa yang kupikirkan. Kemudian, Freed memberiku ciuman yang lembut.

Menciumku berulang-ulang lalu ia menatap mataku dan berkata...

"Aku menyukaimu, Lidi. Aku benar-benar sangat menyukaimu. Mungkin hanya beberapa hari sejak kita bertemu, tapi aku tidak berbohong. Aku sangat mencintaimu sehingga aku tidak bisa menahan diri untuk terus bertemu denganmu."

"......."

Mata Freed yang menatapku terlihat dipenuhi dengan cinta, aku tidak berpikir dia berbohong.

Aku sadar bahwa diriku ini sangat senang saat mendengar ucapan cintanya itu.

Meski begitu, aku masih tidak tahu, apakah aku mencintainya atau tidak.

Sejak bertemu Freed, sepertinya banyak hal yang terjadi. Meskipun aku sudah berusaha sebisaku, tapi tetap saja tidak ada yang bisa kulakukan dengan pertunanganku ini.

"Aku...."

"Kau tidak mengerti, kan? Tidak apa-apa. Kita memiliki banyak waktu di masa mendatang. Aku tahu, tidak apa-apa, mulai saja semuanya dengan perlahan."

Aku tidak tahu lagi harus menjawab Freed seperti apa...

"Kau tidak suka saat aku menyentuhmu?"

Secara naluriah aku menggelengkan kepala.

Setiap kali Freed menyentuhku, aku sama sekali tidak merasa keberatan.

Sebenarnya aku memiliki banyak hal yang harus kupikirkan saat ini, tapi biarlah, untuk hari ini aku akan melupakan semua itu.

"Aku mengerti..... Kalau begitu, bagaimana saat aku memelukmu?"

"Aku tidak... Membencinya."

Dalam keadaan linglung, aku menjawab dengan seperti itu.

Kini, aku mulai bertanya-tanya apa aku benar-benar menginginkannya.

Jika aku tidak suka, pasti aku akan langsung berkata ‘tidak’.

Meski begitu ada bagian dari diriku yang terkejut bahwa aku tidak keberatan untuk dipeluk olehnya.

Kurasa, itu pasti karena kita sudah ‘melakukannya’, jadi aku tidak membenci sentuhannya.

Bagaimanapun juga, pernikahanku dengannya sudah diputuskan. Kurasa tidak membenci sentuhannya adalah hal yang baik bagiku, mana mungkin aku ‘melakukannya’ dengan orang yang membuatku tidak nyaman, bukan?

Saat aku memikirkan semua itu, Freed memandangku dengan senyum yang menawan dan mengatakan sesuatu yang memalukan...

"Kalau begitu, bagaimana kalau kita melanjutkannya?"

"....Ya."

Dia kembali menyentuh seluruh tubuhku.

Sekali lagi, bibirnya melumat bibirku.

Lidahnya mendesak mulutku untuk terbuka. Aku tidak bisa melakukan hal lain, selain menanggapi keinginannya, akhirnya dia berhasil masuk.

"Nnnnng...."

Lidah kami saling terjalin, dia pun melanjutkannya dengan memijit dadaku dengan lembut. Tubuhku kembali bereaksi dengan sensitif.

Lidah kami yang tadi terjalin kini terpisah.

Entah mengapa aku menjadi merasa kesepian, aku pun kembali menciumnya atas keinginanku sendiri.

"Lidi.... Jangan memancingku."

"Itu karena..."

Aku terus menatapnya, seolah-olah tidak tahan dengan semua ini. Freed melepaskan kancing logam di lengannya.

Saat dia mencoba untuk melepaskan pakaiannya, aku meraih tangannya, mencoba menghentikannya.

"Lidi?"

"....Jangan melepasnya."

"Hah?"

"Kau bilang, kau akan membiarkanku menikmatinya sampai aku puas, kan? Kalau begitu jangan melepasnya. Aku ingin melihat penampilan Freed yang seperti ini."

Tanpa sadar aku sudah kehilangan akalku.

Freed menatapku dengan tatapan kosong, kemudian dia malah tertawa terbahak-bahak.

"Pfft...! Hahahaha!!"

"Jangan tertawa, sangat jahat"

Saat aku mengatakan itu, Freed berkata ‘Maaf... Maaf’ tanpa henti. Lalu, dia kembali merapikan kancing lengannya. Aku memerhatikan semua itu.

Aku tidak merasa khawatir, itu semua karena fakta bahwa aku menyukai seragam militer sudah ketahuan.

Sesuai rencana, aku menikmati festival seragam militer ini.

Masih ambil mencoba menahan tawanya, Freed menatapku, lalu berkata...

"Sepertinya kau benar-benar menyukainya. Aku suka Lidi bersikap seperti ini. Haruskah aku mengubah nada bicaraku juga?"

"Eh?"

"Sebelumnya, saat aku berbicara dengan para putri bangsawan itu. Sepertinya Lidi selalu menatapku sepanjang waktu, karena itu aku jadi berpikir, mungkinkah Lidi menginginkannya?"

"Ah!"

Aku ketahuan!!

Freed memang menakutkan.

Aku tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi kalau dia bisa melihat festival seragam militer yang ada di benakku.

Aku tidak bisa menyangkalnya lagi. Freed justru tertawa dan berkata untuk menenangkanku.

"Jika ini adalah sikap Lidi yang sebenarnya, maka mulai sekarang, sepertinya aku tidak akan pernah bosan. Jadi tolong, tetaplah bersikap seperti ini."

"Apa maksudmu?"

Saat aku memiringkan kepalaku dan menanyakan hal ini, Freed hanya tersenyum.

"Tidak apa-apa, tidak masalah jika kau tidak mengerti. Ayo kita bersenang-senang."

Sambil berkata seperti itu, Freed turun dari tempat tidur. Dia meluruskan pakaiannya yang sedikit kusut.

Aku pun terbangun dari posisiku saat ini, mendudukkan diriku dan menatapnya.

"Bagaimana Lidi menginginkannya?"

Setelah merapikan pakaiannya, Freed benar-benar mengubah nada suaranya, tulang belakangku menggigil seperti terkena sengatan listrik.

Suara itu... Itu...

Itu adalah suara yang dia gunakan saat berbicara dengan para putri bangsawan tadi.

Hanya saja, kali ini, ada sedikit rasa manis yang tercampur dalam nada suaranya.

Suara yang sangat seksi itu langsung mengguncang pikiranku.

Seketika, kepalaku memanas. Melihat penampilan Freed yang memakai seragam militer berwarna hitam legam...

Mengingat tindakan yang tadi dia lakukan kepadaku, tubuhku terus bereaksi.

Sekali lagi, aku merasakan sebuah sensasi yang meluap.

Freed menyipitkan matanya saat melihat ekspresiku ini.

Bagaimana ini? Aku tidak tahan lagi.

Aku memohon kepada Freed dengan suara yang bergetar.

"Tolong... Masukkan.... Jarimu..."

"Di mana?"

Setelah aku memohon, Freed langsung menanggapi kata-kataku dengan sebuah pertanyaan.

Sesuatu seperti memasukkan jari, tentu saja tidak ada tempat selain ‘di sana’.

Tempat yang bisa membuatku menggila.

Aku sudah tidak tahan...

"Aku... Aku... Di sini..."

Aku tidak bisa mengatakannya, aku memalingkan mataku darinya, tidak bisa menyampaikan niatku.

Aku pikir dia sudah memaafkanku, tapi tampaknya Freed malah ingin bermain-main.

"Aku tidak bisa mengerti ketika kau hanya mengatakan ‘di sini’. Jika kau tidak bisa mengatakannya, kau menunjuk di mana tempatnya."

"!!!"

Apa!

Padahal dia tahu apa yang kuinginkan, tapi dia justru mengatakan hal yang sangat sangat memalukan yang membuat tubuhku kaku.

Apa dia bermaksud agar aku merentangkan kakiku sendiri?

Aku memandang Freed dengan tatapan kaget.

Tapi, Freed terus menatapku dengan tatapan acuh tak acuh...

Begitu aku mendongak, jantungku berdetak dengan cepat, rasanya seperti dihancurkan oleh penderitaan yang berdenyut.

Meskipun diminta untuk melakukan hal tidak masuk akal yang melakukan, perlahan, aku menurutinya.

Ini buruk...

Aku yang masih gemetaran dan merasa sangat malu menjadi semakin merasa malu saat Freed berkata...

"Kalau kau tidak cepat, apapun yang terjadi nanti, aku tidak akan bisa memberimu banyak cinta. Lidi, kalau kau tidak bisa melakukannya sendiri, maka haruskah aku memerintahkanmu untuk melakukannya?"

Sebelum aku bisa memahami apa yang dia bicarakan, dia langsung mengatakannya...

"Lidi, buka kakimu."


***

Chapter selanjutnya masih R-18 ya...

(⊃д⊂)

***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***


Previous | Table of Contents | Next


***

Apa pendapatmu tentang bab ini?