Penerjemah : reireiss
Source ENG : Jingle Translations
Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup.
Terima kasih~
Chapter 27 - Cinta Pertama, Teman Masa Kecil
[POV Will]
Aku sangat bodoh!!!
Di dalam kereta kuda, aku memegangi kepalaku, mengutuk diriku yang bodoh ini.
Baru saja, pagi ini, saat mendengar berita pertunangan antara gadis yang kucintai sejak kecil dengan Putra Mahkota, aku langsung pergi, meninggalkan Istana.
Pertama kali aku bertemu dengan adalah saat aku masih kecil.
Dan tanpa sadar, aku jatuh cinta padanya.
Aku selalu merasa saat berada di dekatnya, dan bahkan aku tidak bisa mengatakan apapun saat ia berada di dekatku.
Meski begitu, aku mengerti bahwa sikap ini masih berada di tahap-tahap awal.
Tapi aku tidak punya niat untuk menyembunyikan perasaanku, jika memungkinkan, aku ingin menjadikannya sebagai tunanganku suatu hari nanti.
Bahkan jika aku tidak bisa mengatakan apapun kepadanya, dengan mengungkap perasaanku secara tidak langsung, aku yakin dia akan mengerti.
T/N : Terlalu positif Anda, jadi keduluan ama yang langsung gercep deh. :D
Itulah kenapa aku terus mengawasinya.
Demi mendapatkannya suatu hari nanti.
Tapi... Setahuku, dia sama sekali tidak memikirkanku. Dia tidak pernah memperhatikan perasaanku.
Itu tidak mengherankan. Lagi pula, aku belum pernah mencoba yang terbaik untuk membuatnya menyadari perasaanku ini. Jadi tidak pantas untuk mengatakan bahwa dia tidak pernah memperhatikanku.
Meski begitu, aku tetap merasa senang.
Saat ayahnya mengincar Putra Mahkota untuk menjadi tunangannya, aku yakin Putra Mahkota tidak akan menerima lamaran itu.
Karena itu aku tetap diam.
Pada saat itu, aku berusaha untuk meyakinkan ayahku untuk mendapatkan restu.
Dengan begitu, aku bisa melamarnya secara terbuka.
Itulah yang kupikirkan.
Di saat ayahku hampir menyerah dan akan merestuiku dengannya. Pertunangannya dengan Putra Mahkota diumumkan secara resmi.
Apalagi dikatakan bahwa upacara pernikahan akan berlangsung dalam waktu yang singkat, yakni enam bulan.
Saat aku melihat ekspresi ayahnya yang puas, aku berpikir bahwa itu bohong.
Rasanya sekelilingku berubah menjadi gelap, dan tanpa sadar, aku sudah naik kereta kuda.
Tapi saat akhirnya aku bertemu dengannya, semua kata-kata yang ada di kepalaku, tak bisa kuucapkan sedikit pun.
Seperti biasa, aku hanya bisa terdiam. Sampai sekarang kekecewaan berada di hatiku.
Meskipun itu sia-sia, entah bagaimana aku tetap ingin menyampaikan perasaanku kepadanya, tapi pada akhirnya, bahkan sebelum aku mengucapkan cinta, dia sudah mengucapkan kata ‘Kakak’.
—Jika ini adalah akhir dari segala upayaku, maka ini terlalu kejam.
"William-sama. Kami sudah sampai."
Mendengar suara itu, aku segera tersadar. Aku sudah berada di Istana.
Dengan goyah aku menuju ke menara timur yang merupakan markas Ordo Penyihir, adik lelakiku, yang mendengarku sudah kembali, mendekatiku.
"Ani'ue"
T/N : 兄 上 = cara formal memanggil kakak laki-laki
".....Glen, ya?"
Glen menatapku dengan cemas dan seolah ingin menanyakan sesuatu, aku dengan cepat berjalan menuju ke menara.
Saat ini, aku benci untuk membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengannya (Lidi).
"Apa kau pergi menemui Putri Lidiana?"
".....Mana mungkin, tutup mulutmu itu."
"Tapi... Aku tahu bagaimana perasaan kakak kepadanya."
"Apa yang KAU mengerti!"
Dengan tatapan yang kuat, bahkan adik lelakiku, yang seorang Komandan Ksatria, tersentak.
Aku juga frustrasi dengan situasi ini.
"Padahal... Padahal... Aku mengira sedikit lagi dia akan mengerti, tapi semua ini malah terjadi. Bagaimana kau bisa memahami perasaanku ini!?"
Melontarkan kata-kata itu padanya, adikku menoleh dengan tatapan menyakitkan di matanya.
Aku tidak membutuhkan belas kasihanmu!
Dengan marah aku menggigit bibirku.
"Kakak..."
"Jangan pedulikan aku. Kembalilah ke sisi Putra Mahkota."
"Tapi..."
“Berapa kali aku harus mengatakannya. Khawatirkan saja dirimu sendiri.”
"Baik..."
Setelah itu, dengan enggan, adikku pergi.
Dan dengan langkah cepat, aku kembali ke ruang kerja pribadiku di dalam menara.
Saat ini aku tidak ingin menemui siapa pun.
"Kepala...."
Suara bawahanku, memanggilku, tanpa menatap matanya. Aku berkata kepadanya,
"Jangan biarkan siapa pun mendekati ruangan ini."
"Tapi..."
"....Kumohon, hanya untuk hari ini saja."
Saat aku mengatakan kata ‘kumohon’, bawahanku tidak mengatakan apapun lagi, dan aku masuk ke ruanganku, meninggalkannya.
Aku yakin... Siapa pun... Siapa pun pasti menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi kepadaku saat ini.
Tapi... Hanya dia (Lidi) saja yang tidak menyadarinya.
"Lidi..."
Sambil memegang meja kantorku, aku menggumamkan nama orang yang kucintai.
‘Suatu hari nanti’, aku selalu berpikir begitu.
Seolah-olah waktunya tidak tepat, tampaknya, impianku itu tidak akan pernah jadi kenyataan.
Jika sudah begini...
Aku harap dia akan bahagia dalam pernikahannya, aku tersenyum dari lubuk hatiku.
Selama dia bahagia, maka dengan gagah berani aku akan mundur.
***
Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!
Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!
***
Puas dengan hasil terjemahan kami?
Dukung SeiRei Translations dengan,
***
***
Apa pendapatmu tentang bab ini?
0 Comments
Post a Comment