Penerjemah : reireiss 

Source ENG : Jingle Translations 

Dukung kami melalui Trakteer agar terjemahan ini dan kami (penerjemah) terus hidup. 

Terima kasih~ 


Chapter 13 - Keterkejutannya



[POV Freed]

"Nn..."

Aku membisikkan kata-kata cinta kepadanya, kembali aku merasakan bibirnya.

Aku membuka mataku, menatapnya, melihat wajahnya yang menunjukkan ekspresi gembira.

Sepertinya dia menikmati semua ini.

"Nn… Ah…!"

Suaranya yang manis keluar dari bibirnya setiap kali kami memisahkan bibir kami.

Hanya dari suaranya saja, aku kembali memanas. Aku tidak merasa puas hanya dengan mencicipi bibirnya saja, aku menginginkan yang lebih.

Dia melingkarkan tangannya ke leherku, menarik tubuhku lebih dekat.

Dia menunjukkan senyum yang menggoda.

"Kau sangat berani..."

"Hm... kau tidak menyukai wanita yang berani?"

Dia merespon pertanyaanku dengan memiringkan kepalanya.

Tiba-tiba, aku berpikir, mungkinkah dia merasa gelisah...

Konon, para pria akan merasa tertarik dengan wanita yang berani.

Mungkinkah dia memiliki pengalaman buruk? ...Memikirkannya ...Ada seorang pria yang tahu tentang dirinya selain aku, membuatku cemburu. Seketika aku terbakar oleh kecemburuan.

Aku bahkan ingin membunuh semua lelaki yang pernah menghabiskan malam dengannya.

Tapi untuk sekarang, aku harus menekan perasaan itu.

"Tidak, aku menyukainya."

Aku kembali menciumnya, berharap ini akan membantunya merasa tenang.

Ahh... Bagaimana bisa dia seimut ini...

Kalau itu dia... Aku tidak masalah bahkan jika ini adalah ‘hubungan’ yang monoton.

Bahkan jika aku harus mengikuti aturan sesuai dengan ‘etika’, aku tak masalah dengan itu.

Selama itu adalah dia... Aku pasti akan menyukainya.

Aku mengajaknya berbicara untuk membuatnya merasa nyaman.

Aku melepas pita di gaunnya, dadanya terbuka, aku pun menyentuhnya.

…Lembut.

Kulitnya sangat lembut, bibirku membentuk senyum saat aku merasakan dadanya yang lembut dan elastis.

Napas panjang keluar dari mulutnya.

"Ahh..."

"Apa terasa nikmat?"

"Nnn..."

Dia menganggukkan kepalanya, benar-benar imut. Jariku bergerak, menyentuh puncak dadanya.

Padahal aku menyentuhnya dengan pelan, tapi dia sangat sensitif.

"Imut..."

Tanpa sadar aku mengatakannya dengan keras. Aku memejamkan mata, ingin merasakan lebih banyak kenikmatan, aku menggigit cuping telinganya yang lembut.

Tampaknya dia menikmati semua perlakuanku, seketika aku aku melepas gaun bagian atasnya.

Kembali aku menikmati dadanya yang sangat sensitif itu.

Dia merasa malu, dia memalingkan wajahnya dariku.

"...Ini memalukan, jadi jangan lama-lama menatapku."

---Ahh... Aku menyerah... Aku benar-benar tidak tahan.

Kau yang menggodaku terlebih dahulu, dan sekarang kau bilang, kau malu.

Apa yang sebenarnya telah kau lakukan padaku?!

Kenapa aku menjadi seperti ini...?

Aku menarik napas dalam-dalam dan menatapnya.

Aku sadar, mataku mencerminkan hasrat...

"Jangan terus menerus menggodaku. Sejak tadi sampai sekarang, aku terus menahannya, kau tahu?"

"Menggoda? Aku tidak... Ahh!"

Aku tidak tahan lagi dengan keimutannya, jadi aku mempermainkan dadanya yang menggoda itu.

Dia terlihat sangat menikmatinya...

"Ahh... Ahhh!!"

Aku tersenyum senang melihat reaksinya.

Aku ingin terus mendengar suaranya itu...

Dia kembali melingkarkan tangannya, memeluk kepalaku.

Tindakan ini... Dia seperti memohon untuk dicintai...

Aku pun merespon tindakannya dengan semakin memainkan dadanya.

"Hahh... Ahh... Nnn... Lagi!"

"Aku senang kau menikmatinya... Bagaimana dengan ‘di sini’?"

Aku sudah tidak bisa menahannya lagi...

Tanganku bergerak ke bagian bawahnya...

Sesampainya di tempat itu, aku menelusuri pintu masuknya menggunakan jariku, rasa ini...

"Basah..."

"Itu... Karena..."

Meski dia terus menggelengkan kepalanya dan menyangkalnya dengan malu-malu, tapi dia tetap membuka kakinya.

Melihat sikapnya yang seperti ini... Membuatku bersemangat...

...Seberapa jauh kau akan membuatku jatuh cinta padamu?

Saat aku menyentuhnya... Aku semakin kehilangan akal sehatku.

Kalau ini terus berlanjut... Kurasa aku akan melupakan ‘etika’.

Tapi aku tidak bisa menahannya... Dia sangat menggoda.

Aku ingin jatuh cinta kepadanya untuk selamanya.

"Bagaimana bisa kau seimut ini? Aku tidak percaya orang sepertimu itu ada... Baiklah, aku akan menyentuhmu."

Bahkan jika dia membencinya... Aku berbisik di telinganya.

Hanya dengan itu saja... Dia memberikan respon yang luar biasa.

Aku ingin membuatnya memohon kepadaku...

Aku ingin membuatnya hilang kendali...

Aku menginginkan itu... Akhirnya aku memasukkan jari tengahku.

Aku tersenyum pahit di pintu masuknya yang ketat.

"Ketat…"

Aku hanya memasukkan satu jari saja, tapi kenapa ini begitu ketat... Aku sampai tidak bisa bergerak karena saking ketatnya.

"Sangat ketat…"

Aku tetap berusaha untuk masuk...

Dia terus merespon tindakanku.

…Tiba-tiba ...Aku merasakan sesuatu ...Aku membeku.

---Jangan-jangan!!

Mataku membelalak...

Ini tidak mungkin...!! Tapi... Tapi... Aku bisa merasakannya dengan jariku.

"Tidak mungkin... Tidak, tentu tidak!!"

Meskipun bukti berada tepat di depanku, aku tetap menggelengkan kepala karena tidak percaya.

Aku pikir ini bukan yang pertama kali untuknya. Wajar jika aku berpikir seperti itu.

Siapa yang akan begitu responsif pada pengalaman pertamanya?

Tapi... Ini...

Dia membuka matanya, menatapku penuh kebingungan, dan dengan gelisah dia memanggilku...

"Apollo?"

Tampaknya dia tidak mengerti apa yang membuatku terkejut...

Haruskah... Aku harus memastikannya?

Mungkinkah ini sesuai dengan apa yang kupikirkan? Tapi... Aku takut untuk bertanya padanya.

"...Diana. Apakah... Ini... Mungkinkah... Ini pertama kalinya... Bagimu?"

"Iya... Aku masih ‘suci’."

Tubuhku menegang!

Dia bilang... Itu benar!!

Keterkejutanku perlahan menghilang, rasa senang muncul dari dalam diriku.

Dia terdiam.

Matanya menatapku dengan penuh curiga...

Ahh... Harusnya dia mengatakan itu sejak awal!!

Aku menatapnya dengan hasrat yang membara.

Aku tidak bisa menatapnya secara langsung karena senang, aku mengalihkan pandanganku ke arah lain...

Aku merasa seperti anak remaja yang tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaannya.

Jawabannya itu membuatku benar-benar berterima kasih kepada Para Dewa dunia ini.

Aku sangat senang!!

Dengan begini semuanya akan menjadi mudah!!

Aku tidak pernah berpikir kalau dia masih ‘suci’... Karena itu, aku berpikir... Meski dia tidak bisa menjadi Istri sahku...

Setidaknya aku bisa menjadikannya sebagai Selir.

Terlepas dari kenyataan bahwa aku mencintainya, dia suka atau pun tidak suka... Aku akan menjadikannya sebagai milikku. Karena itu, sejak tadi aku memikirkan cara untuk mengikatnya...

Tapi semuanya akan berbeda kalau dia masih ‘suci’.

Hanya ada satu solusi.

Dilihat dari sikapnya, dia pasti putri dari seseorang bangsawan yang bekerja di pemerintahan.

Kalau tebakanku itu benar... Maka tingkat kebangsawanan keluarganya pasti cukup tinggi.

Terlebih... Pesta Topeng ini hanya bisa dihadiri oleh bangsawan tingkat Earl ke atas.

Aku yakin peringkatnya berada di atas Earl.

Atau jika tidak... Dia pasti seseorang yang terkait dengan keluarga  bangsawan tingkat Earl atau lebih tinggi.

Aku sudah memutuskan...

Dengan bangsawan tingkat Earl... Tidak akan ada yang mengeluh jika aku menjadikannya sebagai Istri sahku.

Dan ditambah Ayahanda berkata kalau pada akhirnya keputusan berada di tanganku sendiri.

Aku minta maaf kepada Putri Perdana Menteri, tapi tidak mungkin baginya untuk menerima cintaku selamanya.

Jika itu adalah Perdana Menteri, aku yakin dia bisa menemukan orang lain untuk putri tercintanya.

Saat aku memikirkan semua itu, dia berkata...

"Emm... Apakah itu merepotkan bagimu?"

"Eh?!"

…Apa yang dia bilang!?

Aku tidak mengerti... Aku tercengang mendengarnya. Merepotkan? Aku? Dia?

Tidak ada yang merepotkan!!

Dia terus memandangku, merasa bersalah.

Aku harus segera mengatakan sesuatu...

"Tidak, bukan itu.... Kukira kau terbiasa dengan semua ini... Aku hanya tidak menyangkanya..."

"Ini benar-benar yang pertama kalinya bagiku."

Aku menjawab, "Ya, aku mengerti... Karena itulah... ‘di sini’ sangat ketat..." dengan serius.

Setelah aku berpikir dengan keras... Mungkin sikapnya ini adalah reaksi alaminya.

"Pada umumnya orang-orang tidak bereaksi seperti itu..." Gumamku.

Maka... Satu-satunya kemungkinan hanyalah... Dia tidak tahu tentang ‘etika’.

Dia bahkan tidak tahu hal yang mendasar tentang itu, bagaimana dia bisa mengenal seorang pria.


***

Mungkin ada beberapa dari kalian yang ingin membaca suatu novel tertentu tapi belum ada yang menerjemahkan novel tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.

Kami bisa menerjemahkan novel yang kalian inginkan tersebut melalui sistem Request Novel!

Jika kalian ingin me-request novel, silakan tulis judul atau beri tautan raw dari novel tersebut DI SINI!

***

Puas dengan hasil terjemahan kami?

Dukung SeiRei Translations dengan,


***





***

Apa pendapatmu tentang bab ini?